Maaf ya kalo update nya suka lama. Aku harap kalian stay terus di cerita ini:)
➖➖➖
25. LEBIH DARI BRENGSEK
Kalau dibilang sudah bosan, mungkin satu buku tulis masih kurang untuk menjabarkan bagaimana bosannya Oife menghadapi masalah yang belakangan ini menimpanya. Tentu tidak jauh-jauh dari warna rambutnya.
Dipikir setelah menjadi murid baru di SMA ternama ini, Oife tidak akan menyesal karena memilih menempuh pendidikan di Inggris. Nyatanya tidak sesuai harapan. Oife bahkan dengan senang hati jika pihak sekolah berniat mengeluarkannya dari sini. Oife membenci saat di mana orang-orang mulai beropini buruk tentang dirinya dan berujung keluarganya disebut-sebut.
Gosip miring itu semakin melebar kemana-mana. Tak segan beberapa siswi yang sempat berpapasan dengannya di koridor menggunjing dirinya. Juga ada yang mengatakan kalau Oife simpanan Om-om. Gila kali! Sekurang-kurangnya uang saku Oife sebab Melani masih suka mengambil bagiannya, Oife tidak pernah mencoba sesuatu yang dapat merusak nama baiknya, masa depannya.
Mengingat setiap lontaran dari mulut mereka membuat sisi rapuhnya kembali terlihat walau samar. Namun apa daya saat Oife justru diingatkan lagi perihal rambutnya yang katanya terlalu mencolok. Oife dihukum sesuai perkataan Bu Nining tempo hari. Oife terima-terima saja. Toh, hanya menjalani hukuman berdiri di depan tiang bendera dengan posisi hormat. Tapi, setiap hari. Bayangankan bagaimana pegalnya kaki dan tangan kanan Oife setelah sejam berdiri.
Panas membakar kulit putih susunya. Untung sebelum ke pinggir lapangan, Hebi mengoleskan tangan juga kakinya dengan sunblock. Entah apa yang merasuki Hebi sampai membawa barang tersebut, intinya Hebi ingin menjaga kulitnya dari paparan sinar matahari saat berolahraga.
"Kalo aja ngebunuh orang gak masuk penjara, udah dari waktu itu gue bunuh tuh cowok!" gerutu Oife kesal sendiri mengingat kejadian yang tak akan pernah Oife lupakan seumur hidupnya. Ditambah urat malunya yang nyaris putus ketika dengan santainya beberapa perawat di RSJ menertawainya.
Tolong sekali. Oife merasakan kepalanya sudah mengepul sangking teriknya. Rambut peraknya panas dan mungkin bisa berubah warna jadi bening. Lelah berpeluh keringat. Oife menyeka tetesan air yang memenuhi jidat serta pelipisnya. Dua puluh menit tersisa serasa setahun lamanya.
"Sini gue gantiin." Tiba-tiba suara seseorang mengagetkannya. Oife menoleh cepat dan menemukan Galan berdiri di sampingnya. Di tangan Galan ada sebotol air mineral juga sebungkus roti. Oife berpikir Galan ingin makan di dalam kelasnya. Ternyata tangan penuhnya tersodor ke arahnya.
"Ambil," kata Galan, "Laper, kan?"
Cacing di perutnya demo meminta jatah makan siang. Tapi Oife tahan sampai bel pulang berbunyi.
Oife mendorong pelan roti dan botol minum itu, "Enggak, gue gak laper kok. Makan aja kali Lan. Gue tau lo beli buat diri lo sendiri. Terus karena nampak gue dijemur, lo ngerasa kasihan dan mengikhlaskan makanan lo untuk dikasih ke gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
JENARO
Teen FictionOife yang dijebloskan ke rumah sakit jiwa oleh cowok tak dikenal akhirnya memendam dendam. Hingga tujuan hidupnya hanya satu, membuat cowok itu berada di posisinya. Namun, siapa sangka bahwa tidak semudah itu pembalasan yang dia rencanakan. Malah Oi...