· 32 ·

317 54 9
                                    

Jake dan Om Gwen memasuki ruang kerjanya. Nuansa coklat muda serta putih membuat kesan ruangan kerja menjadi lebih muda. Bukan seperti halayak kebanyakan yang berwarna hitam atau abu abu.

"Duduk Jake... Kalau kamu haus ada dispenser di dekat kamu. Anggap aja seperti rumahmu sendiri ya"

Jake mengangguk tegang. "Tenang son, Om hanya akan bertanya sedikit padamu. Bukan hal yang serius, jadi santai saja"

"Jadi? Om ingin bertanya apa pada saya?"

"Pertama, dimana dan bagaimana kamu bisa mengenal keponakanku?"

"Eumm..." Jake mengingat kembali pertemuannya dengan Karina yang terbilang sangat aneh. "Saya bertemu Karin saat saya sedang mencari alat gambar di toko buku untuk keponakan saya. Disana saya melihat ada alat gambar limited edition yang saya incar. Saya tidak tahu jika Karin menginginkannya juga"

"Maka dari itu karena keponakan saya masih berumur 10 tahun, jadilah saya merebutnya dari Karin lalu pergi begitu saja" jelasnya dengan nada tidak enak.

"Hahaha... Kalian lucu sekali... Pantas saja saat pulang ke apartemen ia marah marah sendiri. Katanya ada lelaki tidak tahu diri merebut alat gambar incarannya. Keponakanku bahkan bilang bahwa yang merebutnya seperti om om tua! Hahaha... lucu sekali"

Jake menganga tidak percaya. Bagaimana bisa ia dibilang seperti Om - om tua? Hei, dirinya baru berusia 26 tahun. Rasanya ia ingin menyumpah serapahi Karina.

"Yaahh... Begitulah Om" pasrah Jake. "Namun beberapa hari kemudian, saya bertemu kembali dengannya di minimarket apartemen"

"Dimana saya sedang mencari camilan sembari memegang kopi, namun lagi lagi keponakan anda tidak melihat ada saya disana. Jadilah ia menyenggol saya dan menumpahkan kopi ke jas milik saya"

"Lalu? Apa yang keponakanku lakukan?"

"Maaf sebelumnya, tapi saya memintanya untuk melaundry jas saya dengan waktu 3 hari dari hari kejadian. Saya juga memberikan kartu nama saya jikalau Karin ingin mengirimkan jas ke kantor saya"

Om Gwen tertawa begitu kencangnya hingga tak terasa ia sudah menangis. "Haduh kalian ini, benar benar ditakdirkan untuk bersama sepertinya. Selalu bertemu, namun selalu juga ada musibah kecil yang menimpa kalian"

"Tapi, saya mencari tahu tentang keponakan anda. Bukannya saya lancang, saya hanya ingin membalas budinya serta meminta maaf atas kejadian di toko buku waktu itu. Jadi saya menemuinya kembali untuk memberikan alat gambar yang sama serta ganti rugi uang laundry untuknya"

"Juga, sayaㅡ"

"Menawarkan pekerjaan, begitu bukan?"

"Bagaimana anda bisa tahu?"

"Tentu aku tahu. Karina memberitahukannya padaku. Namun ia menolaknya kan?"

"Hehehe... Benar, Karin menolak tawaran pekerjaan yang saya berikan secara cuma cuma untuknya"

"Itulah Karina. Ia tidak mau masuk kerja lewat orang dalam, Jake. Keponakan saya adalah orang yang dewasa, mandiri, dan pekerja keras. Namun, sayang..."

"... Ia ditinggalkan kedua orang tuanya. Ayahnya meninggal akibat kecelakaan pabrik. Sedangkan Ibunya yang notabenenya adalah adik saya, pergi entah ke mana bersama lelaki lain setelah beberapa tahun kemudian. Itu yang membuat Karina sempat terpuruk sangat dalam hingga mengalami stres dan depresi hebat"

"Untung saja, ia bisa melewati itu semua dengan bantuan kami keluarganya serta ada Samudra dan Joana. Mereka berdua selalu ada untuk Karina. Maka dari itu saya sempat terkejut bahwa ia bisa memiliki teman lain selain kedua sahabatnya tadi"

"Kalau saya boleh tahu, apakah Karina memiliki trauma?"

Om Gwen tersenyum penuh arti, "Jika kau ingin mengenal Karina lebih dalam, kau tanyakan saja padanya. Tapi Om mohon padamu, jika ia belum mau mengatakannya, sebaiknya jangan dipaksa. Ia tidak suka dipaksa"

"Baik Om, akan saya ingat pesan Om" Jake mengangguk semangat seperti anak kecil yang diberi hadiah oleh Ayahnya.

"Ah ya, pertanyaan keduaㅡ"

Jake terkejut. Ia pikir pertanyaan tadi sudah selesai dan ia bisa pergi menemui Karina. "Ada lagi?"

"Hahaha... Tentu saja, Son..." tawa Om Gwen memenuhi ruang kerjanya. "Ini pertanyaan terakhir dariku"

"Jika aku memberikan kepercayaanku padamu, apakah kau bisa membahagiakan keponakanku?"

Jake terdiam. Ia belum memikirkan sampai sejauh itu. Di mana ia bisa menjaga dan membahagiakan Karina. Ia takut, takut memulai hubungan dengan Karin dan ia juga takut menyakiti Karin juga membuat wanita itu sedih. "Saㅡsaya belum memikirkan hal itu. Saat ini saya hanya masih ingin berteman dan mengenal lebih lanjut tentang Karina. Maaf"

"Tidak masalah, semua butuh proses. Saya memahaminya sebagai lelaki juga. Tidak mudah memang untuk memahami wanita. Tidak apa apa"

"Maaf sekali lagi... Tapi, saya akan berusaha untuk menjaga dan membahagiakan Karin dengan segala cara. Saya tidak ingin mengecewakan Anda dengan memberi kepercayaan kepada saya"

"Tenanglah Jake... Masih ada banyak waktu untuk mengenal keponakanku"

"Baik Om... Apakah saya boleh pamit bertemu Karina?"

"Tentu! Jiwa anak muda memang tidak bisa di tebak, ya" goda Om Gwem pada Jake yang sudah memerah menahan malu akibat salah bicara.

"Saya pamit. Terimakasih sudah mengundang saya kemari"

"Sering seringlah mampir, aku tidak punya teman bicara seperti ini. Anak lelakiku entah pergi ke mana setiap harinya" gerutu Om Gwen di depan Jake yang sudah tertawa.

"Tentu, saya akan menyempatkan diri mampir kemari untuk bertemu anda. Saya izin pamit, Om"

Jake keluar dari ruangan Om Gwen. Ia terkejut bahwa Karina sudah menunggunya dengan berdiri di samping dinding dengan tangan yang dilipat. "Ngapain aja sama Om di dalem? Kok lama banget?"

"Chill, princess... I just talk with your uncle... Boy's secret..."

Karina mendengus dan pergi ke ruang tamu. Jake yang melihat itu terkekeh kecil. "Hey, what's wrong...?"

"Nothing... Lebih baik kita pergi ke taman aja yuk, aku bosen dirumah"

"Ay ay, queen... Let's gooo...." senang Jake menggenggam tangan mungil Karina yang sangat pas untuk tangannya yang besar. Mereka berjalan di taman dengan riang seakan telah mengenal begitu lama satu sama lain.

Kini, Jake menyadari, saat melihat Karina, jantungnya tidak akan kuat. Yes, Jake has fallen into Karina. He admit it right now. Tapi Jake akan menahannya terlebih dulu sebelum ia mengungkapkannya. Ia masih harus mencari tahu lebih dalam tentang Karina Patricia Watson.

BOTH OF US 

- TO BE CONTINUE -

Both Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang