Sesuai janji Samudra dan Joana, mereka datang saat malam hari tiba. Di ruangannya, Karina hanya sendirian, sedangkan Tania sudah pulang saat sore hari diantar Sean tentunya karena besok akan ada presentasi di kantornya.
"Helloo friend... Hello my bestfrienddㅡ"
"Kita bukan pororo ya, Sam" jengah Joana pada sahabatnya yang terkadang seperti ini.
"Kan biar Karina ngga sedih, ya ngga Rin?"
Karina terkikik geli dengan kedua sahabatnya. Ia benar - benar bersyukur serta beruntung mempunyai sahabat seperti Kevin Samudra Alexander dan Queen Joana Austin.
"Gimana kondisi lo? Udah baikan?"
"Yeah, as you see... Tenggorokan juga udah ngga begitu gatel kaya awal kemaren gitu..."
"I'm glad to hear that, buddy... Berarti hari ini boleh pulang dong?"
"Iya, sebenernya hari ini... Cuma kata susternya bisa check out besok pagi"
Joana tertawa akibat candaan Karina. Sesaat ia teringat sesuatu, "Lo manggil kita berdua kesini dalam keadaan urgent, ada apa?"
"Ah.. Ituu.. Eummㅡ" Karina sebenarnya ragu untuk memberitahukan temannya tentang kejadian tadi siang. Namun, jika ia tidak mengatakannya, ia takut langkah yang akan ia ambil akan salah dan berdampak buruk untuk dirinya. "Ini soal Jake... Jake tadi siang dateng ke sini, gue ngga tahu siapa yang bilang ke dia, tapi ada satu hal yang dia bilang ke gue..."
Samudra dan Joana tetap mendengarkan walaupun sebenarnya mereka sangat terkejut, namun sebisa mungkin mereka menutupinya. "...He's confess his feelings... Bukan artian nembak gue atau apa, he's just like telling me that he's comfortable with me, nyaman aja gitu, paham kan?"
"Dia juga bilang gue bisa mikir dulu jawaban apa yang bakal gue kasih buat dia nanti. Dia juga mahamin gue kalau ini tuh semua mendadak... As both of you see tho, right?"
"Gue sama dia terbilang deket aja baru terhitung sekitar berapa sih paling? Empat bulan? Lima bulan, kan? He know's me, i need some time to think about it" tutupnya.
Hening. Baik Samudra maupun Joana tidak ada yang membuka suara. Mereka menyuruh Karina tidur lebih awal. Alasannya agar mereka berdua bisa kabur bertemu Sean secepatnya.
"Kita pergi sebentar ya, Rin... Ada yang ketinggalan di kantor gue, dan begonya itu barang penting. Nanti tengah malem kalau sempet kita balik ke sini kok, jadi ngga usah di tungguin ya"
Karina yang tidak mengerti apa - apa, jelas menurut saja pada kedua sahabatnya dan memutuskan untuk tidur. "Ayo Sam, sebelum kita kena macet"
Di perjalanan, Joana yang berada di samping Samudra sesegera mungkin menelfon Sean. Mereka ingin bertemu dengannya sekarang juga entah dimana nantinya.
Sean Theodor Vincent
"Kenapa, Jo? Something happend?"
"You know me, Sean"
"Where are you? We must met up now, urgent"
"Ah, okay"
"I'm on my apartment"
"Jake is not here, don't worry"
"Jaguar Apartment, lantai tiga, kamar nomor lima"
"I'll wait you up"
"Okay, on my way with Samudra"
Untung saja Sean berada di apartemennya. Jadi, Samudra tidak perlu susah payah mencari tempat untuk mereka bertiga rapat dadakan seperti ini. "Jaguar apartment, kan? Berarti depan itu belok kiri?"
"Yes, abis itu maju sedikit udah sampe. Langsung ke basement aja biar naik lift dari sana" Joana mengarahkan Samudra dengan tenang hingga mereka akhirnya sampai dengan selamat.
Ting!
"Here we are... Pencet belnya, Sam"
Baru saja ingin memencet belnya, Sean sudah terlebih dulu keluar dengan kantung sampah di tangannya. "Loh? Udah sampe? Masuk gih, gue buang sampah dulu" suruhnya.
Tidak sampai 5 menit, Sean sudah selesai membuang sampahnya. Ia duduk dan menyiapkan teh serta cemilan untuk mereka bertiga. "Jadi? Apa yang buat kalian kesini malem malem? Is it about Jake and Karina?"
Baik Samudra dan Joana mengangguk. Mereka akhirnya menceritakan seperti yang Karina ceritakan pada mereka pada Sean dengan detail. "Oh God.... Kepala gue pusing..."
"Kita juga, Theo... Tapi gimana lagi? Dua duanya udah nyaman, we can't do anything... Semua ada di tangan mereka"
"Yes, I agree tho... Karena kan yang jalanin mereka, kita cuma bisa support aja... Kaya jatohnya tuh mantau gitu, paham kan?"
Sean mengerti dengan penjelasan dari Samudra dan Joana. Ah benar, Sean teringat sesuatu yang ingin ia tanyakan pada mereka berdua, "By the way, pelaku yang racunin Karina udah ketemu? Siapa dia?"
"Menurut gue itu Roseanne, Theo... Tapi ngga mungkin kan? Lo bilang kalau dia baru sampe bulan ini, masa tiba tiba kedatangannya di percepat?" Dengan jawaban yang di dapat dari Joana, Sean terdiam. Benar juga, kenapa dia tidak berpikir kesana? Bisa saja kan apa yang ia dengar ketika Roseanne terakhir ke kantor Jake bahwa ia akan menyelakai Karina jika Jake macam - macam dengannya.
"Sean? Is it true?ㅡ"
"We still didn't know, Kevin... And we don't have a proof if Roseanne the real culprit or not"
"Iya sih, tapiㅡ"
"Sabar, Jo... Biar gue bantu cari, ya... Setidaknya kita punya ciri ciri waiters yang nganter minumannya. Cause he's our AS card. Semua petunjuk ada sama dia, kalau bisa pun kita bakal ajak ngobrol baik baik. Kecuali kalau dia menolak, gue bakal pake cara lain supaya dia buka mulut"
"Okay then, kita juga bakal bantu. Tapi jangan sampai ketahuan Om Gwen, karena dia udah bergerak duluan buat cari Maximous Stevano"
"Okay, I got it... Sebaiknya kalian nginep aja disini. Gue punya 3 kamar, pakai aja sesuka kalian. Karena ini juga udah pagi, kasian juga Samudra kalau bawa mobil sepagi ini"
"Hahaa... Thank you, buddy... Kita jalanin misi kita mulai besok aja, lebih cepat lebih baik sebelum Maximous pergi jauh"
Mereka bertiga memutuskan untuk tidur sebelum esok hari menjalankan misi pencarian Maximous Stevano. Mereka juga berdoa semoga Om Gwen belum menemukannya terlebih dahulu. Jika iya, maka habis sudah riwayat Maximous Stevano ditangan seorang Gwen Mario, sang mantan mafia kelas atas.
BOTH OF US
- TO BE CONTINUE -
KAMU SEDANG MEMBACA
Both Of Us
Teen Fictionft. Jake Shim / 제이크 from Enhypen. A story about fighting the deepest trauma between Jake Anderson and Karina Patricia Watson. ©jaehyunhyunjae