· 37 ·

227 45 2
                                    

Baru 3 hari tidak bertemu dengan Karina, perasaan Jake sudah tidak karuan. Kemarin, ia sempat menanyakan tentang perkembangan surat itu yang di pegang oleh Sean. Sean bilang, hasil analisis dari tulisan tangan tersebut, bukanlah milik Rose, Brian, Max, ataupun William. Lantas, milik siapa?

Jake terus saja berpikir selama 3 hari ini. Membuat pekerjaannya menjadi menumpuk di atas meja. Tidak seperti Jake yang dikenal oleh karyawannya yang selalu tepat waktu dalam hal urusan kerja. Sekarang, untuk tanda tanganpun, karyawannya harus menunggu selama berhari - hari.

"Hei, Mr. Anderson mengapa seperti itu, ya? Apakah ada sesuatu yang menimpanya? Kau tahu sesuatu?"

"Sssuutt, kecilkan suaramu... Mr. Anderson tidak suka jika kita membicarakannya. Habis sudah kita jika ketahuan oleh Mr. Sean-"

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Sean kebetulan lewat di kubik milik divisi marketing. Sebetulnya, ia juga tidak mengerti mengapa temannya menjadi seperti itu hanya karena sebuah surat. Toh, surat itu masih di analisis lebih lanjut oleh tim perusahannya yang tidak akan membocorkan ke karyawan lainnya.

"Eung... Anu-"

"Saya tidak mau dengar kembali bahwa kalian membicarakan Mr. Anderson. Baik urusan pribadinya maupun urusan lainnya yang diluar urusan pekerjaan. Kalian mengerti?"

"Ba-baik Mr. Sean, maaf atas kelancangan kami"

"Baiklah, lanjutkan bekerja. Akan saya anggap bahwa saya tidak mendengar apapun hari ini"

Sean pergi ke ruangan khusus tim analisis. Ia bertanya kepada salah satu temannya yang bernama Niki Lyon. Niki bekerja sebagai tim khusus bagian analisis dan juga bekerja sebagai tim pengembangan.

Sean sudah mempercayakan tentang surat ini kepada Niki. Dan Niki pun juga bukan orang yang akan membocorkan sebuah rahasia seperti ini.

"Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan hasilnya?"

"Belum, Sir... Ini akan memakan waktu lebih dari yang saya perkirakan. Kemungkinan hasilnya akan keluar dalam waktu dua hari, mungkin"

"Santai aja Nik kalau cuma ada kita berdua, ngga usah formal gitu"

"Hahaha... Okey..." Niki tertawa renyah. "Ya, jadi yang lo liat, gue masih nyoba analisis ini surat yang lo kasih. Model kertasnya bukan sembarangan kertas A4 yang biasa kita pakai, dan juga pulpen yang dia pakai buat nulis ini cukup sulit dibaca sama scanner gue"

"Rajin banget sumpah orang yang ngirim ginian. Sebenernya dia ada dendam apa sih sama temen gue?" Sean memijat pangkal hidungnya akibat pusing memikirkan ancaman ini.

"Ya, gue juga ngga tahu ya... Tapi, ada orang yang lo curigain banget ngga belakangan ini?"

"Hmm... Ngga ada sih, semua ya berjalan normal kaya biasanya. Jake aman, Karina, Joana, Samudra... Yang gue ngga tahu itu kabar Rose, Brian, Max sama William. Keempat orang itu yang bikin gue khawatir... Tapi, lo bilang tadi pagi bukan mereka kan?"

"Iya, dari yang lo sebutin itu, bukan mereka-"

Bip bip bip!

"Eh, kenapa tuh scanner lo? Kok bunyi?"

"Bentar deh-" Niki berjalan menuju scannernya dan betapa terkejutnya dia bahwa hasilnya telah keluar. Baru saja ia bilang bahwa hasilnya akan keluar 2 hari lagi. Namun, mengapa jadi tiba - tiba hari ini?

"Loh kok, udah keluar hasilnya?"

Sean juga sama terkejutnya. Ia buru - buru menghampiri Niki. "Mana? Coba gue liat"

Ketika ia dan Niki melihat hasilnya, tulisan tangan yang terbaca dari scanner Niki tertera nama Liam Robert, dan Sean baru mengetahui nama ini.

Mengapa ia mengirimkan surat seperti ini? Apakah Liam mengetahui rahasia dari masing - masing temannya? Tapi, siapa sebenarnya Liam?

"Lo tahu nama ini?"

Sean menggeleng. "Coba lo kasih hasilnya ke tim pelacak. Suratnya gue ambil balik ya, biar ngga ada yang tahu. Tapi, tolong lo kasihnya ke tim khusus pelacak orang. Kalau udah ada hasilnya, kabarin gue aja, jangan ke Jake"

"Alright, besok gue kabarin. Semoga aja tim pelacak bakal cepet kerjanya" Niki pergi keluar untuk bertemu dengan tim pelacak. Sedangkan Sean kembali ke ruangan kerjanya.

"Hey, Sean... Hasilnya udah ada?" Tanya Jake yang tiba - tiba membuat Sean terkejut dari lamunannya.

"Sialan lo, ngagetin gue aja" kesalnya. "Niki bilang dua hari lagi baru keluar. Kenapa emangnya?"

"Nope, just check it... Dan gue ngga mau terlalu lama. Perasaan gue ngga tenang banget"

"I know, dude... But first, finished your jobs... Liat-" tunjuknya ke meja Jake yang berseberangan dengan ruangan kaca miliknya. "Meja lo yang biasanya bersih dari tumpukan file dan kertas, sekarang jadi banyak begitu"

Ia melanjutkan, "Gue tahu lo khawatir, gue tau lo stres dan mikirin ini. But, c'mon... This is not you. Jadi ayo tetep kerja, gue bakal back up lo. Asal, itu semua file yang di meja lo bersih sebelum jam lima sore-"

"Yang atasan tuh gue apa lo, sih?-"

"Bukan gitu masalahnya, karyawan lo juga nungguin selama berhari hari, Jake. Dan lo malah uring uringan kaya gini" jelas Sean sabar. "Balik kerja sana!"

"Brengsek, malah gue yang di usir. Bawahan kurang ajar emang" Jake mengumpat pada Sean yang tertawa puas karena sudah menyuruh temannya agar kembali bekerja.

Sorry bro, i must hide this from you. You must focus on your jobs first until tomorrow and until that file is clear from your desk.

Niki Lyon

Kabarin gue kalau lo udah dapet hasilnya

Paling lama besok dan paling cepet nanti malem gue tunggu

Alright, ini masih di lacak

Susah karena kayanya dia ngga tinggal disini

Tapi gue bakal terus berusaha nyari bareng tim

Lo tenang aja, urusan ini ngga akan bocor keluar apalagi ke Jake

Okay, gue ngandelin lo

Thanks by the way

Anytime

Setelah mengirim pesan ke Niki, Sean kembali mengecek Jake yang sedang berusaha membersihkan kembali mejanya dari tumpukan file. Ia menggelengkan kepala akan sikap Jake yamg terkadang membuatnya lelah.

Ia lega sedikit bahwa takdir mempertemukan Jake dengan Karina. Setidaknya, temannya itu dapat tersenyum di setiap pagi dan tidak kaku seperti biasanya.

Namun di sisi lain, Sean sangat mengetahui sifat Jake yang masih tidak percaya dengan wanita sepenuhnya akibat rasa trauma yang masih belum tertutup dan masih membekas.

Maka dari itu, ia berdoa semoga saja dengan bertemunya Jake dengan Karina dapat membawa kebahagiaan untuk mereka dan terhindar dari ancaman seperti sekarang ini.

BOTH OF US

- TO BE CONTINUE -

Both Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang