Part 30

81 19 3
                                    

Jihoon sedang berada di ruang kerjanya memeriksa beberapa dokumen dengan ditemani segelas kopi panas, dulu biasanya isterinya yang akan menyiapkan namun sekarang dialah yang harus menyiapkannya sendiri. Asisten rumah tangga yang dipekerjakannya hanya akan datang di pagi hari sampai siang hanya untuk membersihkan rumahnya saja. Ketukan pintu terdengar, setelah Jihoon mempersilahkan masuk pintu pun dibuka dan muncullah Jinsoo

"Gue udah dapet datanya bos" ucap Jinsoo menyerahkan amplop cokelat besar kepada Jihoon, Jihoon pun segera membukanya.

"Marganya juga sama?"

"Iya kebetulan banget kan? Dia dibesarkan di panti asuhan, lokasi pantinya tidak jauh dari lokasi kecelakaan bibi Jung. Dia sekolah di Shincheon lewat jalur beasiswa. Iya dia cerdas sama kayak Luna..." belum selesai Jinsoo berbicara omongannya langsung dipotong Jihoon

"Maksud lu gua gak cerdas gitu?" Jihoon agak tersinggung

"Astaga gua belom selesai jangan dipotong. Dia kerja di toko roti pemilik panti, katanya sih dia cuma mau bantu aja, tapi pemiliknya bersikukuh mau kasih dia upah. Kenapa nama dia Kim Wooseok, katanya waktu dia ditemuin nama itu udah ada di kertas yang ada di selipin di selimut bayinya. Apa bibi Jung sengaja ngasih petunjuk ini buat kita?" Jinsoo berasumsi

"Mungkin aja Soo, tapi kita gak boleh gegabah juga. Gue mau tes DNA Wooseok, tapi gue juga gak mungkin tiba-tiba minta dia tes gitu aja, gue mau perlahan deketin dia dulu"

"Minggu depan kan lu hadir di seleksi tes olim kan yang diikuti Seungwoo sama Wooseok. Lu ajak ngobrol Wooseok aja"

***

Hari senin pagi menjadi hari yang menegangkan bagi peserta olimpiade, mereka sudah sampai di sebuah gedung milik The Kim's Company yang sengaja di kosongkan dua lantai untuk seleksi olimpiade. Lantai 9 disulap menjadi kelas- kelas dan digunakan untuk seleksi, peserta akan diberi waktu selama dua jam untuk mengerjakan soal-soal. Setelah selesai mereka akan beristirahat dan makan siang di lantai 10. Seleksi dimulai jam 9 pagi, jam 11 para peserta harus sudah menyelesaikan soal-soal.

Seungwoo, Wooseok, Yuvin, Eunsang, dan Junho berada di ruangan yang berbeda. Setelah menyelesaikan soal mereka menuju lantai 10 dan berkumpul disana. Di sana sudah ada Eunsang dan Junho yang sedang duduk memakan Snack yang disediakan panitia. Wooseok segera menghampiri mereka.

"Hallo kak, ambil cake dulu kak itu ada banyak banget. Eunsang laper banget, soalnya banyak banget, mana susah banget pengen nangis" Ucap Eunsang yang memakan cake yang dia ambil.

Di ruangan itu sudah terdapat meja panjang yang menyediakan camilan berbagai jenis Cake, cookies, teh, jus, kopi dan lain-lainnya. Wooseok yang memang sudah lapar pun menuju tempat tersedianya makanan. Setelah mengambil piring dia pun mengambil beberapa Cake.

"Ambilin buat saya juga dong Seok" seseorang membisikkan tepat di telinga Wooseok.

"Kak Seungwoo!" Wooseok langsung membalikkan tubuhnya, hampir saja dia menjatuhkan piringnya karena begitu terkejut.

"Bang itu kasian Wooseoknya kaget gitu" Ucap Yuvin.

"Ambilin buat saya juga ya Seok, jadi satu aja pakai piring kamu" Ucap Seungwoo, Wooseok hanya menurut saja. Setelah selesai mengambil kue dan minuman. Mereka bertiga menuju meja yang sudah ada Eunsang dan Junho.

"Kak aku, gak yakin sama hasilnya aku deh soalnya susah banget, eh tapi ada beberapa soal yang sama kayak taun lalu untungnya" Ucap Eunsang

"Gak apa-apa, kalian kan udah berusaha" Ucap Seungwoo

"Tahun lalu kak Wooseok sama kak Yuvin gimana?" Tanya Junho.

"Tahun lalu yang lolos Wooseok sama Bang Woo" Ucap Yuvin dan langsung melirik mereka berdua. " Ya ampun bang lu ambil piringlah ambil lagi kue lu, kasian itu kue Wooseok lu embat semua, enak banget ya pasangan ini makan sepiring berdua" ejek Yuvin.

"Gak apa-apa ini satuin aja, biar gak banyak cucian piring" Ucap Seungwoo, Wooseok hanya diam saja. Kenapa dia bisa lupa kalau Seungwoo sedang mendekatinya.

"Itu mah modus lu aja bang"

"Yuvin sebenarnya lolos juga kok" Ucap Wooseok.

"Loh kok?" Eunsang bingung.

"Tapi dia sakit pas tahap kedua jadinya gak bisa ikutan, kurangin makanya gamenya, lu gak mau kejadian tahun lalu keulang lagi kan pin?" Ucap Seungwoo

"Kagak bang elah udah dikurangin ini, emak gua kan ngawasin gua banget sekarang haha"

"Hah?" Eunsang dan Junho masih keong

"Yuvin sakit karena kebanyakan bergadang main game, dia kan kalau belajar gak bisa terus-terusan harus ada jedanya, biasanya dia main game dan itu sampai keterusan jadi malah banyakan main gamenya" Jelas Wooseok. Junho dan Eunsang akhirnya mengerti

"BTW Pak Dongwook mana?" tanya Yuvin

"Tadi dia ngobrol sama temennya kak" Ucap Junho.

Ketika mereka sedang membicarakan mengenai seleksi tadi dua orang menghampiri meja mereka, Kim Jihoon dan Lee Jinsoo. Menyadari dengan keberadaan mereka Seungwoo langsung berdiri dan menyapa mereka.

"Halo Om Jihoon Om Jinsoo" Sapa Seungwoo

"Sedang istirahat ya? Hasilnya bisa langsung tahu hari ini?" Tanya Jinsoo

"Iya Om sekarang sudah bisa lebih cepat karena pakai komputer"

"Hmm apa saya bisa bicara sebentar dengan Kim Wooseok?" tanya Jihoon. Wooseok yang namanya dipanggil tentu saja sangat kaget

"Sa...ya?" tanya Wooseok, takut dia salah dengar.

"Iya, bisa kan?" Tanya Jihoon.

"I, iya" Wooseok pun mengikuti Jihoon. Seungwoo pun merasa heran kenapa Jihoon yang baru bertemu Wooseok tempo hari langsung memanggilnya untuk bicara

"Om Jihoon kok mau bicara sama Wooseok Om?" Tanya Seungwoo pada Jinsoo

"Oh... mungkin mau bicarain tentang beasiswa dia, kan itu sekolahnya punya keluarganya" Jawab Jinsoo asal

"Oh..." tentu saja Seungwoo tidak langsung percaya, untuk apa seorang pemilik sekolah mau repot-repot membicarakan beasiswa dengan penerimannya.

Jihoon membawa Wooseok ke sebuah taman di gedung itu. Dia mengajak Wooseok untuk duduk sebentar di kursi taman. Wooseok masih diam dan menurut saja tidak tahu harus berbuat apa, ditambah lagi dia tidak mengenal Jihoon.

"Hmm... Saya dengar kamu salah satu penerima beasiswa di Shincheon ya?" Tanya Jihoon.

"I, iya"

"Saya juga dengar kamu juga dibesarkan di panti asuhan, maaf jika kamu tidak keberatan, Apa kamu bisa menceritakan kenapa bisa tinggal di sana?"

"Hmm untuk apa ya Pak?" Tanya Wooseok

"Hmm saya kagum pada kamu, kamu mengingatkan saya pada seseorang yang terus berjuang untuk hidupnya dan tidak mudah menyerah"

"Hmmm..." Wooseok masih meragu

"Kalau kamu tidak keberatan tidak apa-apa" Ucap Jihoon tersenyum

"Saya juga tidak tahu kenapa saya bisa berada di panti, saya hanya tahu Bu Hanna pemilik panti menemukan saya yang masih bayi di depan pintu dengan kertas yang bertuliskan nama saya"

"Jadi kamu benar-benar tidak tahu siapa orang tua kamu?"

"Tidak Pak, hanya saja ketika itu sudah ada kalung ini" Wooseok pun menunjukkan kalungnya yang tergantung dilehernya.

Kalung?

"Boleh saya lihat?" Tanya Jihoon, Wooseok pun mengelepaskan kalungnya dan menyerahkannya pada Jihoon.

Jihoon menggenggam kalung itu dengan tangan agak gemetar. Itu kalung yang dia berikan pada Luna saat dia melamarnya. Kalung berinisial huruf L, Itu kalung Luna. Luna memang tidak mengenakan kalung itu saat ditemukan dulu, Jihoon kira mungkin hilang. Ternyata kalung itu dia tinggalkan untuk Wooseok. Jadi Wooseok benar-benar anaknya?

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang