Part 9

106 24 0
                                    

    Cuaca akhir-akhir ini sangat aneh, kemarin hujan besar esoknya langsung cerah. Cuaca aneh ini pula yang membuat Byungchan izin sudah 2 hari izin sakit karena flu dan demam. Byungchan saat ini berada di rumahnya. Tidak ada Byungchan Wooseok lumayan kesepian. Biasanya akan ada suara cerewetnya mengetuk pintu kamarnya, atau menghampiri dirinya di kelas.

    Besok hari sabtu, jadwal Wooseok untuk membantu di toko roti. kebetulan hari ini tidak ada pelatihan olimpiade, karena Seungwoo sebagai ketua tim dan beberapa guru pendamping menghadiri seminar. Karena hari ini bisa pulang lebih cepat, selesai berganti baju Wooseok memutuskan pergi ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan. hari ini lumayan dingin jadi dia memutuskan untuk memakai hoodie berwarna ungu muda dan celana jins.

    Tiba di supermarket, Wooseok langsung menuju  bagian sayuran dan buah. Buah-buahannya sudah habis, Byungchan yang selalu cerewet mengingatkannya makan buah sendirinya malah sakit. Setelah selesai di bagian sayur dan buah Wooseok menuju tempat snack . Setelah mengambil beberapa biskuit Wooseok menuju kasir untuk membayar.

    Saat keluar supermarket dan kembali menuju asrama, Wooseok melihat seorang laki-laki berdiri bersandar ke tembok gedung. Aneh sekali kenapa bersandar seperti itu sambil memegang kepalanya. Wooseok pun menghampirinya.

    "Maaf apa kamu baik-baik saja?" Tanya Wooseok, tetapi laki-laki itu diam saja, akhirnya Wooseok memajukan badannya untuk melihat wajahnya.

    Wajah laki-laki itu sedang meringis kesakitan, dan yang lebih membuat terkejut lagi dia adalah laki-laki yang sedang Wooseok hindari Cho Seungyoun.

    "Youn? kenapa?" melihat Seungyoun kesakitan, Wooseok menyentuh keningnya. panas! Seungyoun hampir jatuh jika tidak Wooseok tahan, Wooseok pun langsung memberhentikan taksi yang lewat dan membopong Seungyoun ke dalam taksi.

    "Kita kemana?" tanya supir taksi

    " Youn, kamu tinggal dimana?" tanya Wooseok, Seungyoun masih memejamkan mata meringis kesakitan.

     "Blue Paradise" jawabnya lemah. Taksi pun melaju ke apartment Seungyoun. Setelah sampai Wooseok membopong Seungyoun sampai lift, jangan ditanya betapa  beratnya perjuangan Wooseok  membopong tubuh yang jauh lebih besar darinya.

    " Youn, access cardnya?" liftnya tidak akan berjalan jika mereka tidak menempelkan access card . Seungyoun dengan susah payah mengeluarkan access card  dari saku celananya.

   Sampai di unit Seungyoun Wooseok langsung mencari kamar dan membaringkannya di sana. Akhirnya Wooseok terlepas juga dari beban tubuh Seungyoun. Wooseok segera mengisi baskom dengan air hangat dan membasahi handuk untuk kompres.

    Setelah itu Wooseok mengambil access card untuk pergi ke apotek membeli obat.

                                ***

     Kembali dari apotek Wooseok memasak bubur dan sup dari belanjaannya. Kulkas Seungyoun cukup sepi, sepertinya dia lebih sering memesan makanan atau makan di luar. Di luar hujan deras, untung saja Wooseok sudah kembali sebelum hujan turun.
 
     Selesai memasak, Wooseok membangunkan Seungyoun untuk makan dan minum obat.

    "Youn makan sama minum obat dulu ya" Ucap lembut Wooseok. Tentu saja Wooseok khawatir, dia tidak pernah melihat wajah kesakitan Seungyoun.

    Seungyoun menyandarkan dirinya dengan lemah. Wooseok menyuapinya sedikit demi sedikit, dia tidak bisa memaksa Seungyoun untuk makan banyak. Setelah Seungyoun tidak sanggup untuk memakan buburnya lagi Wooseok langsung memberikan obat. Semoga Wooseok membelikan obat yang cocok. Dari penglihatan Wooseok sepertinya dia demam dan pusing, dia tidak flu dan tidak batuk.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang