Jihoon akhirnya sampai di kediaman ayahnya. Sudah lama sekali dia tidak menginjakan kakinya di tempat itu. Dia langsung berlari menuju ruangan ayahnya.
"MAKSUD PAPA APA? Kenapa mencelakai Luna dan Wooseok?" Bentak Jihoon membuka pintu.
"Bukankah itu yang dia lakukan pada papa?" Tanya ayahnya balik.
"Maksudnya apa? Luna tidak pernah mencelakai papa, dia saat ini sedang di rumah sakit, bahkan kita tidak tau dimana Wooseok"
"Itu kan yang dia lakukan memisahkan anak dan orang tuanya" ayah Jihoon masih berbicara tanpa ekskpresi.
"Itu tidak ada hubungannya dengan Luna, aku sendiri yang memutuskan keluar. Aku sudah besar berhak memutuskan apa pun, aku tau Luna itu wanita yang terbaik buat aku. Luna selalu mendukungku dia yang mengubahku menjadi seperti sekarang. Aku belajar bagaimana mandiri dari dia, aku tau caranya menghargai orang lain dari dia, aku tau kalo kita harus bantu orang-orang yang membutuhkan dari dia. Aku belajar banyak hal yang bahkan orang tuaku sendiri tidak ajarkan" teriak Jihoon. Ayah Jihoon sempat terdiam melihat Jihoon teriak seperti orang kerasukan.
"Itu hanya akan membuat dirimu lemah, kau tidak usah mengurusi orang lain, uruslah dirimu sendiri".
"Sekarang aku tau, kenapa mama dulu selalu menangis setiap malam." Ucapan Jihoon membuat ayahnya membulatkan matanya.
"Pasti karena sikap papa yang seperti ini, sikap papa yang angkuh tidak peduli bahkan saat mama sedang sakit. Apa papa tau mama selalu menunggu papa pulang saat dia sakit, tapi papa selalu mementingkan pekerjaan di luar negeri." Jihoon menangis mengingatnya. Ayahnya masih terdiam.
"Luna selalu membujukku untuk menemui papa, dia selalu memintaku berbaikan dengan papa, aku masih tidak mau dan ragu kalau papa bisa menerima kami. Sekarang aku tau, aku tidak akan berbaikan dengan papa" setelah mengucapkan itu. Jihoon pun meninggalkan ayahnya.
***
Saat ini asisten yang membawa Wooseok masih bersembunyi, ini sudah tengah malam. Dua orang yang awalnya mengejar mereka memang sudah tidak ada tetapi, tadi 2 orang lagi yang ternyata masih mengejar mereka. Entah apa yang terjadi terhadap majikannya, fikir asistennya itu.
Bibi Jung asisten berumur 50 tahun itu, masih menggendong Wooseok. Dia sangat bersyukur Wooseok tidak rewel, tapi dia tahu pasti bayi mungil itu akan menangis kehausan atau kelaparan. Baru saja berfikir seperti ini Wooseok ternyata mengeluarkan suaranya. Bibi Jung panik karena dua orang yang mengejarnya itu juga mendengar suara Wooseok.
"Disana!" Ucap salah satunya.
Bibi Jung berusaha lari sejauh mungkin. Hingga akhirnya dia sampai di panti asuhan. Dia pun mengambil pulpen dan secarik kertas yang ada di kantungnya dan menuliskan nama Kim Wooseok di kertas tersebut. Dia berfikir meskipun nanti dia tidak selamat dia harus menyelamatkan bayi itu. Bayi itu harus tau jati dirinya. Dia harap nantinya majikannya bisa menemukan Wooseok.
Setelah menyelipkan kertas itu ke dalam selimut bayi itu, bibi Jung mengetuk pintu panti asuhan, dan langsung pergi. Semoga seseorang cepat membuka pintu dan membawa masuk Wooseok, doanya terkabul seorang wanita langsung menggendong Wooseok dan membawanya masuk. Bibi Jung terus berlari menghindari kejaran orang suruhan ayah Jihoon.
"Itu dia, ayo kejar" mereka berhasil menemukan Bibi Jung. Bibi Jung terus berlari, wanita tua itu sudah kehabisan tenaga, hingga akhirnya dia tidak berhati-hati melihat jalan raya, saat menyebrang jalan dia tertabrak oleh truk besar.
***
Polisi mengabarkan Jihoon bahwa Bibi Jung berhasil ditemukan, namun keadaannya kritis karena mengalami kecelakaan. Saat ini Bibi Jung berada di ruang ICU. Jihoon masih menunggu Luna yang belum sadar. Tiba-tiba dia melihat pergerakan pada tangan Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
RomanceCho Seungyoun dan Kim Wooseok berada di sekolah yang sama, ketika kelas 1 mereka pernah berada dalam 1 kelompok tugas. Diam-diam Wooseok menyukai Seungyoun, namun karena mereka berdua ada di dunia yang berbeda Wooseok tidak pernah sekali pun berani...