Part 34

84 18 1
                                    

Jihoon menceritakan kisahnya dengan Luna pada Wooseok. Wooseok menangis mendengar cerita itu, merasa sangat kasihan pada suami-isteri ini. Anak mereka hilang, ditambah pula dengan kondisi isterinya yang saat ini begitu terpukul. Seungwoo terus menenangkan Wooseok.

"Pak, bagaimana anda bisa yakin kalung ini milik isteri Bapak? Bisa saja hanya mirip" Tanya Wooseok yang sudah tenang.

"Sama seperti wajah kamu yang sangat mirip dengan isteri saya." Ucap Jihoon. "Saya tidak mau gegabah Wooseok, saya juga tidak akan yakin hanya dari kalung saja, tapi wajah kamu betul-betul seperti isteri saya. Saya juga punya feeling kamu itu anak saya yang hilang."

"Bagaimana meyakinkannya?" Tanya Wooseok lagi.

"Tes DNA, itu satu-satunya jalan untuk meyakinkan saya." Mendengar itu Wooseok terdiam.

"Apa kamu keberatan Seok?" Tanya Seungwoo. Wooseok diam sebentar

"Tentu saja saya tidak keberatan kak, tapi..."

"Tapi...?"

"Bagaimana kalau saya bukan anak kandung Pak Jihoon, anda pasti kecewa".

"Itu tidak akan terjadi, saya sangat yakin kamu adalah anak saya dan Luna. Saya juga bingung bagaimana menjelaskannya, tapi saya rasa meskipun nama kamu bukan Wooseok atau wajah kamu tidak mirip dengan Luna, perasaan saya mengatakan kamu itu anak saya." Ujar Jihoon. Mendengar itu Wooseok langsung terdiam.

"Iya Pak saya bersedia melakukan tes DNA" ucap Wooseok akhirnya.

"Baik saya akan atur jadwalnya ya, saya usahakan secepat mungkin" ucap Jihoon gembira.

"Wooseok saya punya satu permintaan" ini Jinsoo

"Iya... apa?" Tanya Wooseok

"Jika kamu tidak keberatan, apa kamu mau menemui Luna?" Pertanyaan Jinsoo membuat semua di ruangan tersebut terdiam.

***

Rencana ini tercipta begitu saja di benak Jinsoo. Dia sangat ingin menunjukkan pada Wooseok kenapa Jihoon sebegitu yakin dia adalah anaknya. Jinsoo juga ingin melihat bagaimana reaksi Luna begitu melihat Wooseok. Wooseok itu benar-benar duplikat Luna, sedikit bawaan yang didapatnya dari Jihoon.

Detak jantung Wooseok saat ini masih  bertalu-talu menunggu sampai rumah sakit. Entah perasaan apa ini, ini jauh lebih mendebarkan dari pada final olimpiade tadi. Melihat kecemasan Wooseok, Seungwoo hanya bisa menggenggam tangan Wooseok menenangkannya, namun Wooseok tidak menyadarinya karena terlalu gugup.

Akhirnya mereka telah sampai di rumah sakit. Mereka langsung menuju ruangan Luna. Ruangan Luna memang eksklusif, tidak sembarangan orang dapat masuk sudah dipasang pintu khusus, orang-orang yang masuk memerlukan kartu akses.

"Mungkin Luna sudah tidur, harusnya dia sudah meminum obatnya" Ucap Jihoon. Wooseok dan Seungwoo hanya mengangguk diam.

Kamar Luna di rumah sakit memang sangat luas karena diperuntukkan untuk VVIP. Setelah membuka pintu, Mereka bisa melihat wajah damai Luna yang tertidur. Jihoon langsung menghampiri isterinya yang sedang tertidur, Jihoon pun memberi kode pada Wooseok untuk mendekat. Wooseok pun mendekatkan dirinya ke kasur tempat Luna tertidur. Wanita ini benar-benar cantik dalam keadaan tidur sekali pun.

Disaat Wooseok sedang memandang kagum wajah Luna, mata Luna perlahan terbuka.

"Sayang kamu terbangun? Maaf sudah membangunkan kamu" ucap Jihoon lembut mengusap kepala Luna. Luna hanya tersenyum samar.

Luna langsung melihat Wooseok, Wooseok yang kebingungan dengan keadaan ini hanya terdiam. Luna langsung bangkit memeluk Wooseok yang jaraknya memang sangat dekat dengannya.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang