part 1

288 29 0
                                    

Kim Wooseok, remaja perempuan berusia 16 tahun bersekolah di SMA Shincheon. Rambut panjang kuncir kuda, poni dijepit ke belakang atau kesamping, kacamata bulat adalah penampilannya setiap hari, sangat jauh berbeda dengan teman-temannya di sekolah. SMA tempat Wooseok bersekolah adalah sekolah cukup elit di ibu kota, yang mampu bersekolah di sini adalah orang-orang terpandang mulai dari anak pejabat, anak direktur perusahaan, anak diplomat, dan lainnya. Sayangnya Wooseok bukanlah salah satu diantara mereka.

Wooseok dapat masuk ke sekolah ini karena jalur beasiswa. Ketika menjuarai olimpiade tingkat SMP, Wooseok di datangi oleh seorang guru sekolah ini yang menjadi salah satu penguji. Wooseok ditawari mengikuti test masuk sekolah ini, tentu saja test ini sangat sulit, dan murid-murid yang ditawari jalur beasiswa ini pun sangat sedikit.

Wooseok berhasil mendapat nilai test masuk dengan sangat memuaskan. Sekolah ini memang selalu menyediakan beasiswa untuk anak-anak yang cerdas. Sebenarnya masuk sekolah ini tidak mudah, anak seorang pemilik perusahaan besar pun jika gagal mengikuti ujian, tetap tidak akan lolos. Namun orang tua anak tersebut pasti menghalalkan segala cara agar anaknya dapat masuk di sekolah bergengsi ini.

Wooseok sejak kecil tidak tau siapa orang tuanya, dia besar di panti asuhan. Ibu panti yang biasa dipanggil Bu Hanna menceritakan bahwa beliau menemukan Wooseok di depan gerbang panti ketika masih bayi. Dalam keranjang tersebut terdapat kalung berisinial L serta kartu yang memberitahukan bahwa bayi itu bernama Kim Wooseok. Aneh memang, biasanya tidak akan ada orang tua yg meninggalkan anaknya dipanti dengan meninggalkan kartu seperti itu, tetapi orang tua Wooseok seolah ingin jika anak itu tau nama yang diberikan orang tuanya. Wooseok sejak diceritakan mengenai hal ini tidak pernah lagi bertanya bagaimana asal usulnya, karena Ibu Hanna pun pasti tidak tahu. Dia hanya menganggap orang tuanya pasti punya alasan kenapa menitipkan dirinya di panti

Wooseok ingin membalas segala kebaikan yang Ibu Hanna berikan. Sejak kecil dia sudah menganggap Ibu Hanna sebagai ibu kandungnya. Wooseok sejak kecil selalu membantu segala kegiatan di panti, dia pun belajar dengan sangat giat dan berkeinginan nantinya dapat memiliki pekerjaan yang baik dan dapat membantu segala keperluan panti.

Ketika ditawari untuk mengikuti test beasiswa masuk SMA Shincheon, tentu Wooseok tidak menyia-nyiakannya. Lulusan SMA ini memang selalu terjamin diterima di Universitas unggulan serta mudah mendapat pekerjaan. Sekolah ini bekerja sama dengan sejumlah perusahaan besar, banyak juga lulusan SMA ini yang bekerja di sana.

Wooseok saat ini tinggal di Asrama sekolah. Siswa yang tinggal di Asrama sekolah memang tidak terlalu banyak, kebanyakan siswa memang diantar - jemput supir atau memilih tinggal di Apartment yang berada di sekitar sekolah, padahal asrama sekolah ini saja sangat bagus.

Tetangga Wooseok adalah Byungchan, perempuan ceria superbawel yang jika tersenyum memunculkan lesung pipi. Mereka sejak kecil berteman baik, ayah Byungchan adalah donatur tetap di panti Wooseok. Ketika mereka pertama kali bertemu saat ayah Byungchan mengajaknya ke panti, ketika itu Byungchan sangat bersedih karena kehilangan sang ibu, ayahnya mengajak Byungchan ke panti dengan harapan Byungchan dapat bermain dengan anak-anak panti untuk menghilangkan kesedihannya. Saat itu muncullah Wooseok yang dengan ceria menggenggam tangan Byungchan dan mengajaknya bermain dengan anak-anak panti lain. Sejak saat itu Byungchan selalu ada di samping Wooseok.

Byungchan masuk sekolah ini juga karena Wooseok, dia belajar mati-matian demi masuk sekolah ini, ini pun atas bantuan Wooseok yang menemaninya belajar, saat mengetahui dirinya diterima dia langsung menelpon Wooseok

" SEOK, GUA DITERIMA! SUMPAH GAK NYANGKA BANGET DENGAN OTAK GUA YANG PAS-PASAN INI GUA DITERIMA DI SEKOLAH YANG KALO LIAT GERBANGNYA AJA GUA UDAH MINDER, GUA LOLOS SEOK!" dengan suara toanya. Wooseok yang mendengarnya langsung menjauhkan gagang telpon dari telinganya

" Iya Buyung cantik, gak usah teriak-teriak juga kasian kan kuping gua" ucap Wooseok lembut.

" Eh, maaf seok hehe"

Byungchan pun masuk asrama juga karena Wooseok, padahal ayahnya tidak mau berjauhan dari puteri kesayangannya, tetapi karena ada Wooseok dan selama Byungchan bahagia, beliau pun mengizinkannya

Dan tahun ini mereka sudah berada di kelas 2, jangan tanya kenapa Byungchan bisa bertahan. Hampir setiap malam dia masuk ke kamar Wooseok untuk belajar bersama atau bahkan menginap. Byunchan yang tubuhnya lebih tinggi dan lebih besar dari Wooseok selalu memonopoli kasur Wooseok jika sudah lelah belajar, untung badan Wooseok kecil jadi dia tidak terlaljlu kesempitan ketika mereka tidur bersama di kasur Wooseok.

"Chan bangun udah jam 6, balik kamar gih siap-siapin buku sama seragam dulu" suara lembut Wooseok membangunkan Byungchan di kasurnya.

"Ntaran aja pa, Byungchan masih ngantuk" ucap Byungchan ngelantur.

" Astaga Chan, emang suara gua mirip suara bapak lu? Ini Wooseok."

" Oh iya ini bukan Weekend ya? Bentaran lagi Seok" Ucap Byungchan masih dengan mata tertutup. Hampir setiap akhir pekan Byungchan pulang ke rumahnya. Ini salah satu perjanjian dia dengan papanya untuk tinggal di asrama, pulang setiap weekend. Atau jika Byungchan tidak pulang, berarti papanya sedang bekerja di luar kota atau luar negeri. Wooseok hanya sebulan sekali mengunjungi panti, akhir pekan, dia ada kerja sambilan di sebuah toko kue. Pemilik toko kue ini adalah Ibu Hanna sang pemilik panti, jika akhir pekan toko kue ini cukup ramai, jadi Wooseok datang membantu. Awalnya Wooseok tidak mau dibayar dengan membantu di toko kue ini, tetapi Ibu Hanna memaksa agar Wooseok mendapat upah, takut-takut Wooseok ingin membeli sesuatu.

"Chan buruan bangun, gua mau rapihin kasur!"

" ntaran elah Seok, gua masih pengen tidur, otak gua masih ngebul ini gegara tadi malem belajar buat test" rengek Byungchan.

" Chan sebenernya gua bohong, ini bukan jam 6, tapi udah jam 7 kurang 15".

Mendengar ucapan Wooseok seketika Byungchan bangun dan melompat dari kasur Wooseok.

"Astatang Seok, kenapa gak bilang dari tadi, mamamlah gua ini belom beres-beres buku, gak usah mandi kali ya gosok gigi aja takut gak sempet" Byungchan panik sambil mengusak-ngusak rambutnya. Ketika dia melihat jam dinding kamar Wooseok, dia terdiam.

"WOOSEOKI, BENER-BENER LU YA INI MASIH SETENGAH 6 PAGIIIII!!!!" Teriak Byungchan.

Jika Wooseok tidak berkata seperti itu, pastilah Byungchan masih asik di dunia mimpinya.

***

Sesampainya di sekolah, Byungchan masih berjalan dengan lemas. Dengan merangkul bahu Wooseok, dia tidak sadar tubuhnya lebih tinggi dari Wooseok, tapi malah menggelayut di badan mungil Wooseok.

"Jahat banget sih Seok, harusnya kan gua masih bisa tidur lebih lama". Rengek Byungchan.

"Lu kalo gak digituin gak bakal bangun Chan, kalo lu telat bangun gimana? Percuma dong tadi malem belajar buat test." Ucap Wooseok sambil mengelus pipi Byungchan.

"Iya sih"
Akhirnya mereka berpisah saat akan memasuki kelas, Byungchan masuk ke kelasnya terlebih dahulu Wooseok kembali melanjutkan perjalanannya. Wooseok harus melewati 1 kelas lagi setelah kelas Byungchan, sesekali dia menengok ke kelas sebelah ini, namun sepertinya dia tidak menemukan sosok yang dicari

Apa belum datang ya?

Saat dirinya kembali meluruskan pandangan ke depan, dia malah menabrak seseorang.

"Aduh, maaf ya" Ucap Wooseok sambil membetulkan letak kaca mata bulatnya. Saat melihat sosok yang dia tabrak, matanya langsung membesar. Inilah sosok yang Wooseok cari.

"Nggak apa-apa kok Seok" Ucapnya dengan tersenyum santai. Wooseok masih berdiri di tempat sedangkan pria tersebut sudah masuk ke dalam kelasnya. Wooseok pun tersenyum kecil dan melanjutkan perjalanannya ke kelas.




About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang