part 11

97 23 0
                                    

     Keempat orang itu pun langsung menuju optik ternama yang ada di dalam sebuah mall. Byungchan bilang sekalian makan di sana saja. Setelah selesai makan Byungchan ingin melihat-lihat ke toko aksesoris. Saat ini Byungchan dan Wooseok sedang berada di dalam toko aksesoris Jinhyuk dan Seungyoun mengunggu mereka di luar.

     "Dari tadi perhatiin Wooseok terus Youn, jangan bilang liat dia penampilannya kayak gitu elu jadi suka?" Sindir Jinhyuk

    "Apaan sih hyuk?" Tanya Seungyoun ketus.

    "Gue gak tau kenapa Seungyoun yang selalu ramah ke semua orang yang selalu senyum ke semua orang, tapi kalo di depan Wooseok selalu dingin. Nggak sih, lu dulu ke Wooseok juga ramah kok, ya pokoknya semenjak kejadian video itu deh"

    Seungyoun hanya diam mendengar ucapan Jinhyuk, dia pun tidak mengerti kenapa.

    "Sebegitu gak sukanya ya lo sama Wooseok, masa cuma gara-gara dia suka ama lo Youn. Yang suka sama lo juga gua yakin banyak, elu juga pasti tau. Apa setelah lu liat Wooseok dengan penampilan saat ini tanpa kacamata, rambut tergerai, poni rapi ke depan elu jadi suka dia?"  Tanya Jinhyuk. Seungyoun masih terdiam.

    "Youn gua harap elu jangan sakitin Wooseok lagi. Gua tau banyak dari Byungchan, Wooseok itu dari bayi udah tinggal di panti, dia gak tau siapa orang tuanya. Dia belajar giat, dapet beasiswa, dia cuma gak mau ngerepotin ibu panti yang udah besarin dia, dia cuma mau dapet pekerjaan yang bagus dan bisa bantuin panti dan adik-adiknya. Wooseok itu gak salah apa-apa Youn dia gak bisa cegah perasaannya, dia juga gak minta apa-apa dari lo" ucap Jinhyuk.

    Perkataan Jinhyuk memang benar, dan sangat mengena untuk Seungyoun.  Seungyoun sendiri bingung terhadap perasaannya. Ketika melihat Wooseok, dia menghindarinya dan bersikap dingin pada Wooseok sebenarnya Seungyoun sangat merasa bersalah. Ketika melihat video itu Seungyoun memang terkejut, dirinya yang sangat terkenal satu sekolah dikenal ramah dan murah senyum, tentunya dia tau dirinya tampan, memang merasa agak malu disukai seorang Kim Wooseok yang jauh dari kriteria untuk dijadikan pacarnya.

     Jinhyuk benar pasti banyak juga yang menyukainya, mungkin Wooseok saja yang kena apesnya ketauan sampai satu sekolah. Seungyoun ketika itu takut image dia menjadi jelek karena disukai perempuan kutu buku seperti Wooseok. Akhirnya Seungyoun bersikap dingin pada Wooseok dan meminta Wooseok menjauhinya. Tentu saja rasa bersalah selalu menghantui Seungyoun. Padahal ketika kelas satu Wooseoklah yang banyak mengajari Seungyoun pelajaran yang dia tidak mengerti, Seungyounlah yang selalu menghampiri Wooseok pertama dan memintanya mengajari pelajaran yang tidak Seungyoun mengerti.

                               ***

     Di tempat berbeda, Hangyul sedang di toko roti dan mengambil roti-roti pesanan maminya dan diletakkan di nampan roti. Handphonenya berbunyi dan dia mengangkat dan menempelkannya di telinga.

     "Halo mi, ini adek lagi di toko roti beliin pesenan mami"

      "Kamu lama banget nak, mami kira kamu nyasar" ucap maminya Hangyul di seberang sana

     "Nggaklah mi, kan mami udah shareloc. Ini bentar lagi Adek pulang kok pesenan mami udah semua, adek mau bayar dulu ya mi, adek tutup teleponnya ya daah" Ucap Hangyul menutup sambungan dan menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

    Hangyul itu anak paling kecil di keluarganya, semua kakaknya sudah menikah dan tinggal di rumahnya masing-masing. Hanya Hangyul yang tinggal dengan orang tuanya. Keluarga mereka tidak ada pembantu atau supir, jadi semuanya dikerjakan sendiri. Makanya Hangyul kalau pulang suka ikut Seungyoun karena searah. Hari ini dia pulang dengan taksi karena tadi Seungyoun mengurusi 'korban tendangannya'

     Hangyul saat ini sedang mengantri membayar. Ketika tiba di depan kasir, Hangyul hanya bisa bengong menatap petugas kasir. Perempuan manis bergigi kelinci tersebut sedang sibuk menscan barcode dan memasukkan roti belanjaan Hangyul dengan ramah.

    " Totalnya jadi 150 ribu kak"

     Hangyul yang tidak merasa dipanggil masih senyum-senyum dalam lamunannya.

    "Halo kak? Totalnya jadi 150 ribu" akhirnya suara itu membuyarkan lamunannya.

    "Oh iya maaf maaf, bayarnya debit aja ya" Akhirnya Hangyul bersuara.

     "Iya kak bisa kok"
   
      Hangyul masih memandang petugas kasir itu dengan tersenyum, dia pun melihat nametag petugas kasir tersebut. 'Kim Yohan', sejak saat itu Hangyul memutuskan untuk bersedia mengambil alih tugas membeli roti.

      "Ini kak kartu sama belanjaannya" Ucap Yohan ramah.

     "Iya terima kasih ya Yohan" Ucap Hangyul

     Yohan yang kaget kenapa customernya tau namanya, langsung menyadari dan menatap nametage di dadanya

     Oh iya kan ada nametag awowowkwkwk

   " Datang kembali ya kak" ucap Yohan ramah

     "Pasti Yohan" ucap Hangyul sambil mengedipkan mata sebelah kirinya. Yohan melihat itu sangat kaget. Centil amat nih cowok, untung customer kalo gak udah gua tendang deh.

    Yohan itu atlit taekwondo nasional, dia mendapat beasiswa di sekolahnya juga sebenarnya karena dia pernah menjuarai kejuaraan taekwondo nasional, tetapi dia tidak mau bergantung sepenuhnya kepada beasiswa tersebut, makanya dia memutuskan untuk kerja paruh waktu.

     Orang tua dan adik Yohan ada di kampung, jangan salah orang tua Yohan ini kaya dan punya tanah dimana-mana setiap bulan orang tuanya selalu mengirimnya uang. Yohan itu anak mandiri dia tidak mau selalu bergantung pada orang tuanya. Semua uang yang dikirimkan orangtuanya dia tabung, jaga-jaga jika ada keperluan mendesak.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang