Flash back
16 tahun yang lalu Song Luna melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik. Bayi perempuan itu dinamai Kim Wooseok oleh ayahnya Kim Jihoon. Song Luna mengenal Kim Jihoon ketika memasuki jenjang kuliah. Song Luna adalah gadis desa yang merantau ke kota karena berhasil mendapat beasiswa untuk berkuliah di Universitas swasta terkemuka.
Perkenalan Luna dan Jihoon tidaklah mulus, Jihoon cucu sang pemilik kampus tidak suka dengan Luna sang gadis desa, dia selalu mengerjainya hampir setiap minggu. Bangku yang didudukinya tiba-tiba patahlah, tugas yang dikumpulkannya tiba-tiba hilang, malah dia pernah terkunci di kamar mandi.
Song Luna tentu saja tidak diam begitu saja, dia bukan gadis lemah dia pun membalas perbuatan Jihoon. Membalasnya sama persis seperti yang Jihoon lakukan kepadanya. Setiap minggunya pasti mahasiswa yang lain disuguhi oleh pemandangan balas membalas dendam mereka.
Lee Jinsoo adalah sahabat Jihoon sekaligus juga teman Luna. Jinsoo selalu menasehati mereka berdua agar menghentikan aksi saling mengerjai mereka. Tapi keduanya tidak ada satu pun yang mengalah. Keluarga Jinsoo memang termasuk orang terpandang, tetapi keluarganya tidak pernah membeda-bedakan teman, selama dia baik Jinsoo akan dengan senang hati berteman dengannya. Dulu dia pernah dibantu oleh Luna maka dia senang berteman dengan Luna, sedangkan Jihoon dari kecil mereka sudah berteman.
Berbeda dengan Jinsoo, keluarga Jihoon sangat selektif memilih teman dan rekan kerja mereka, mereka hanya berteman dengan orang yang akan menguntungkan mereka saja. Maka dari itu Jihoon tidak suka dengan Luna, baginya gadis desa itu tidak pantas berkuliah di tempat yang sama dengannya.
Suatu hari terdapat suatu kejadian yang membuat mereka menghentikan aksi saling mengerjai mereka. Ketika itu Luna sudah sangat terlambat masuk ke kelas, itu merupakan kejadian yang langka karena biasanya dialah orang pertama yang sudah ada di kelas. Tempat duduk yang tersisa hanya di barisan belakang tepatnya di sebelah Jihoon. Terpaksa Luna duduk di tempat itu.
Awalnya Jihoon hanya cuek saja dengan Luna, hingga tidak sengaja dia melihat darah menetes dari dahinya, dan setelah diperhatikan lagi kemeja yang dikenakan Luna agak kotor, rok panjang yang dipakainya juga kotor. Luna yang menyadari ada darah yang menetes segera mengambil sapu tangan dan menempelkan ke dahinya, namun pandangannya tetap ke depan memperhatikan dosennya.
Ketika dosen menyelesaikan kuliahnya, Jihoon langsung menarik Luna keluar kelas. Luna yang sangat kaget hanya mengikutinya saja, luna mengikutinya dengan agak terseok karena kakinya sakit.
"Tu, tunggu lu mau bawa gue kemana?" Tanya Luna
"Ya ke rumah sakitlah lu gak nyadar apa itu kepala lo bocor?" Ucap Jihoon tanpa melihat bagaimana Luna berjuang untuk menyeimbangkan langkahnya.
"Pe, pelan-pelan" Ucap Luna kesakitan. Jihoon yang menyadarinya pun segera menghentikan langkahnya. Jihoon menyibak rok Luna sedikit dan melihat kaki Luna bengkak. Dia pun menggendong Luna menuju mobilnya. Untungnya tidak ada seorang pun di sana, kalau tidak bisa heboh satu kampus, dua orang yang biasanya bertengkar kini malah mesra-mesraan.
Mobil pun menuju rumah sakit
"Lo kok bisa banyak luka gitu sih? Kayak abis ketabrak mobil." Tanya Jihoon.
"Gue emang abis ketabrak" Jawab Luna pelan.
"What?!! Gila lu ya minta tanggung jawablah, ini malah tetep ke kampus"
Luna hanya diam saja, tidak menceritakan apa-apa hingga mereka sampai di rumah sakit. Dokter segera menjahit luka yang ada di dahinya, lukanya memang sudah agak mengering, dokter juga membebat kaki kanan Luna yang bengkak. Jihoon meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan yang lebih lanjut, tapi Luna menolaknya.
"Harusnya diperiksa, gua ngeri aja otak lu agak geser, udah ditabrak malah gak minta tanggung jawab sama yang nabrak" ucap Jihoon. Saat ini mereka sudah keluar dari ruang dokter dan sedang berjalan menuju parkiran, tentunya dengan pelan-pelan karena kaki Luna masih sakit.
"Udahlah gak usah dibahas". Jawab Luna.
"Dek Luna!" Seseorang memanggil Luna. Mereka berdua pun menoleh.
Seorang lelaki tua menghampirinya, mungkin kenalan Luna, fikir Jihoon.
"Selamat siang Pak, bagaimana keadaan isterinya?" Tanya Luna.
"Syukur sudah melahirkan dengan selamat, anak saya perempuan" ucap bapak itu.
"Oh syukurlah, untuk administrasinya sudah beres kan Pak? Bapak tidak usah khawatir lagi ya".
"Iya terima kasih, saya sangat bersyukur bisa bertemu orang sebaik Dek Luna ini, padahal kita baru bertemu hari ini tapi saya sudah dibantu banyak sekali. Oh iya Dek Luna tidak apa-apa kan? Apa lukanya parah?"
"Tidak ada yang serius kok Pak, tidak usah khawatir. Bapak jaga isteri bapak saja ya dan anak bapak." Ucap Luna. Jihoon hanya kebingungan melihat interaksi mereka, apa bapak ini yang telah menabraknya?
"Bagaimana saya harus membayar hutang saya?" Tanya bapak itu.
"Tidak usah, saya membantu dengan tulus Pak"
"Tapi itu jumlah uangnya sangat banyak"
"Tidak apa-apa tidak usah difikirkan bapak hanya perlu menjaga isteri dan anak bapak dengan baik. Saya permisi dulu ya Pak." Pamit Luna
"Sekali lagi, terima kasih banyak ya Dek Luna"
"ya sama-sama" ucap Luna dengan tersenyum, dia dan Jihoon pun lanjut berjalan menuju parkiran. Setelah masuk mobil, Jihoon langsung menatap Luna.
"Apaan?" Tanya Luna.
"Lu utang cerita sama gue" Jawab Jihoon.
"Gak penting kok, gak usah diceritain". Jawab Luna malas.
"Nggak ya, gue bingung sumpah. Bapak yang tadi yang nabrak lu kan? Trus kok dia bilang dia ngutang sama lu?" Tanya Jihoon penasaran.
"Iya bapak tadi yang nabrak gue, dia lagi buru-buru karena isterinya mau melahirkan jadi gak lihat lampu merah, dia tanggung jawab kok gua dibawa ke rumah sakit juga, tapi ketika itu lagi hectic banget karena isterinya mau melahirkan, gue pun jadi ikutan panik." Luna akhirnya menceritakan kejadian yang dialaminya tadi pagi.
"Isteri bapak tadi mengalami pendarahan, dan harus segera ditangani, akhirnya kita minta dokter melalukan semuanya agar isteri sama bayinya selamat. Pihak rumah sakit minta bapak itu menyelesaikan biaya administrasinya, tapi ternyata dana bapak itu gak cukup makanya gue bantuin pake tabungan gue, tabungan gue juga masih kurang sih makanya gue pinjem temen gue juga." Ucap Luna.
"Jadi itu kenapa bapaknya bilang punya utang sama lu?" Tanya Jihoon. Luna mengangguk sebagai jawaban. "Ya gak apa- apalah bapaknya bayar utangnya ke elo, elo bilang juga kan tadi lo pinjem duit temen lo juga?"
"Pekerjaan bapak tadi cuma security di mall, mobil yang dipakai dia ke sini cuma mobil pinjeman, uang yang dia punya sekarang ini ya buat biaya hidup dia, isterinya dan anaknya. Terus gue masih harus ngebebanin bapaknya buat bayar ke gue gitu?" Tanya Luna balik.
"Ya itu kan udah kewajiban dia. Gue tanya balik, nanti lu mau makan pake apa? Lu bilang tabungan lu dikasih ke bapak itu. Terus lu juga kan harus bayar utang ke temen lu".
"Ya... itu... urusan guelah." Jawab Luna bingung.
Karena malas berdebat panjang, Jihoon hanya diam dan melajukan mobilnya. Dia masih bingung, kenapa ada orang seperti Luna yang malah menyusahkan dirinya sendiri untuk membantu orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
RomanceCho Seungyoun dan Kim Wooseok berada di sekolah yang sama, ketika kelas 1 mereka pernah berada dalam 1 kelompok tugas. Diam-diam Wooseok menyukai Seungyoun, namun karena mereka berdua ada di dunia yang berbeda Wooseok tidak pernah sekali pun berani...