Yuk jangan lupa vote dulu sebelum baca.
Happy Reading!
. . .
2014
Sasuke mengedarkan pandangan ketika dirinya baru saja sampai di area depan sekolah selepas seharian tertidur di tempat rahasia. Sekilas manik hitam tajamnya melirik jam tangan Casio Standard Black Resin berwarna hitam miliknya yang sudah menunjukkan pukul 18.30.
Sontak ia berdecak ketika memorinya mengingat kejadian siang hari tadi, ketika ia bersama kedua teman brengseknya saling bercerita mengenai masa kecil. Hal itu diawali dengan kehebohan Naruto manakala mengingat Sakura sebagai teman masa kecil pemuda itu bersama Shikamaru.
Tanpa terasa semua cerita mengalir bergantian antara Sai dan Naruto, dirinya yang tak begitu suka menceritakan hal-hal yang sifatnya pribadi ditambah malas mengeluarkan energi untuk bercerita panjang lebar tidak berguna, akhirnya hanya diam menyimak sembari sesekali menanggapi.
Entah karena dirinya yang kelelahan atau suara dua teman karibnya yang serupa dengan pencerita dongeng, dalam hitungan menit ia terlelap tanpa sadar. Tak ada hal yang dapat ia ingat lagi setelahnya, kecuali saat dirinya terlonjak mendengar dering ponsel miliknya sendiri.
Sejenak saat itu ia kebingungan mendapati pemandangan diluar kaca yang hampir menyerupai malam.
Kebingungannya bertambah menyadari mode ponselnya yang kini berubah dari getar menjadi dering. Hingga ketika beberapa menit berjalan, kelinglungannya perlahan memudar, reflek ia mendengus ketika layar ponselnya menunjukkan 2 panggilan tak terjawab yang berasal dari dua teman brengseknya.
Sasuke mengulurkan tangan ogah-ogahan ketika netranya menangkap bahwa langit diluar sana sudah menghitam. Astaga, ternyata pemandangan diluar sana bukan hanya menyerupai malam, ternyata memang sudah malam.
Kemudian pemuda itu menemukan dua pesan belum terbaca yang mampir di ponselnya. Pemuda itu berdecak kesal.
Naruto : Kami sungguh baik sekali mengubah mode ponselmu menjadi dering. karena jika tidak, kau pasti akan terbangun disana keesokan harinya. Haha :*
Sai : Aku benar-benar tidak bermaksud untuk membiarkanmu ketiduran disana Sasuke. Aku hanya bermaksud mengerjaimu. Haha :*
" Sialan!" Dirinya mengumpat tanpa sadar.
" Biar kutebak, kau kesal dengan dua temanmu lagi?"
Suara yang sangat familiar menerpa pendengarannya, Sasuke menoleh ke kanan dan menemukan sosok gadis bersurai perak sedang berjalan menuju ke arahnya. Senyum gadis itu mengembang membuat dirinya perlahan ikut tersenyum tipis.
" Ya seperti biasa, mereka suka usil mengerjaiku." Jawab Sasuke sekenanya.
Shion ikut mendudukan diri disampingnya --di tempat tunggu halte.
Gadis itu memainkan jemari pelan sembari memandang ke jalanan yang ramai. Matanya seolah sedang menerka sesuatu.
"Mereka sepertinya bukan teman yang baik untukmu."
Sasuke menoleh, kemudian fokus pada gadis yang masih berstatus menjadi kekasihnya saat ini. Ia hanya tidak menyangka, seorang Shion yang selama ini ia kira dekat dengan semua teman-temannya, berkomentar seolah-olah dirinya harus menjauhi Sai dan Naruto.
" Kau berpikir terlalu jauh. Mereka hanya bertingkah usil selayaknya teman."
Bukan bermaksud tidak mau mendengarkan atau memihak ke sebelah pihak saja, pemuda itu mencoba menjawab netral, entah mengapa malah menimbulkan tawa nyaring dari lawan bicaranya.
" Ya, kau memang akan selalu menjadi Sasuke si keras kepala sampai kapanpun." Sahut Shion.
Si pemuda hanya melirik dengan dahi berkerut, respon Shion serasa berlebihan untuknya, apalagi ditambah tawa nyaring gadis itu seolah ia baru saja mengeluarkan lelucon yang amat lucu.
Sasuke baru saja hampir membuka mulut membalas perkataan, ketika Shion kemudian berdiri dari tempat tunggu halte yang juga didudukinya, kini atensi gadis perak itu tengah fokus kepadanya.
" Aku tahu kau keras kepala, Sasuke. Tapi aku harap kau memenuhi permintaanku yang satu ini."
Wajah gadis itu kini berubah ke mode lebih serius, tawa nyaring yang beberapa waktu di dengarnya kini sudah hilang tak bersisa.
Hembusan angin malam yang cukup kencang membuat rambut panjang keperakan gadis itu terbang mengikuti arah hembusan.
" Permintaan apa?" Tanya Sasuke kemudian.
Shion menyempatkan tersenyum simpul, " Olimpiade Seni Nasional,"
Reflek Sasuke meloloskan helaan napas.
" Aku sudah termasuk menjadi siswa senior disini. Ada baiknya aku fokus pada akademik saja, juga memberi kesempatan kepada siswa-siswa angkatan awal sepertimu untuk bisa ikut andil dalam olimpiade." Terang Sasuke.
Gadis itu mendengarkan Sasuke dengan seksama kemudian mengangguk-angguk seolah mengerti.
" Aku paham. Tapi bisakah kau sekali saja mengesampingkan kepentingan orang lain demi diriku seorang?"
Sasuke menoleh, kemudian menemukan atensi Shion yang mengarah lekat padanya dengan sorot mata penuh harap.
" Maksudmu?" Tanya Sasuke memastikan apa yang kini sedang ada dibenaknya.
Shion tersenyum lebar.
" Ikutlah Olimpiade Seni Nasional tahun ini demi aku. Mari kita buat tahun terakhir sekolahmu disini banyak kenangan bersamaku."
Jemari lentik itu terulur kemudian meraih tangannya dalam sebuah genggaman yang hangat.
Tanpa kembali bersuara, Sasuke merasakan seolah angin berhenti, juga pemikiran rumitnya ikut berhenti.
Tanpa sadar kepalanya bergerak mengangguk. Menyanggupi permintaan gadis itu.
. . .
A/N :
Alurnya emang maju mundur ya teman-teman, kalau yang bingung boleh angkat tangan menghadap kamera wkwkw
Nikmati aja alurnya yaps, jangan keburu-buru nanti kesandung haha
Gais, yuk ramein lapak sebelahku (the light in your eyes), ceritanya ngga kalah seru kok sama ini. Hehe
Jaga Kesehatan Selalu.
See you next time!
Warm Regards, Retno Putri K
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN KAMU [SELESAI]
Fanfic(Fanfiction of Sasusaku) BOOK ONE #seriesYou Hingga air matanya membasahi seluruh pipi, Sakura masih tetap pada tempatnya. Menangisi dirinya yang tidak tahu diri berharap pada seseorang yang tidak mungkin akan mampu didapatkan hingga di masa depan...