BK - 9 : peduli

855 127 2
                                    

Jangan lupa votes dan komentarnya :)

Happy Reading!

. . .

" Maafkan aku, Kak." Ujar Sakura tulus.

Detik itu juga suara tawa dari Shikamaru terdengar, membuat Sakura yang semula menunduk dengan cepat mendongakkan kepala, memandang dengan raut tanya yang ketara.

" Aku tidak menyangka jika Neji sebrengsek itu sampai-sampai seorang gadis sepertimu berani mendenguskan nafas di depan kakak kelas yang belum begitu kau kenal." Jawabnya sembari masih diselingi dengan tawa.

Sakura sontak menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa malu sekaligus salah tingkah. Mengabaikan semua itu, Sakura segera bertanya perihal urusan yang membuat Shikamaru datang ke kelasnya. 

Jika tadi Neji akhirnya berakhir dengan usiran oleh Shikamaru, sudah tentu urusan pemuda itu memang dengannya. Tapi urusan apa?

" Ada apa kak? Apa kakak kesini untuk berurusan denganku?"

Shikamaru menunduk untuk bisa melihat wajah adik kelasnya itu. Karena merasa pembicaraannya dengan gadis itu memakan waktu yang lumayan lama, juga perbedaan tinggi badan mereka yang jauh, Shikamaru akhirnya duduk disalah satu bangku, yang kemudian diikuti Sakura setelahnya. Gadis itu mendudukan dirinya disamping Shikamaru, bersekat satu bangku.

" Ya, sebenarnya awalnya aku hanya ingin membawa berita baik, tapi karena kemarin perwakilan OSIS tahu jika aku akan datang menemuimu hari ini, mereka akhirnya menitipkan sesuatu untukmu juga."

Kedua tangan besar Shikamaru membuka tumpukan kertas serta stopmap yang awalnya tak tertangkap oleh netra Sakura, meloloskan dua surat berwarna sama namun dengan kop berbeda dari dalam stopmap kemudian menyerahkannya ke hadapan gadis itu.

" Aku tidak mau membuatmu kebingungan dengan dua surat ini, jadi aku akan menjelaskannya langsung di sini saja." Jelas Shikamaru tanpa ditanya.

Shikamaru terlihat membetulkan cara duduknya supaya lebih nyaman, kemudian melanjutkan bicara, sembari menujukkan dua surat ke hadapannya dengan kedua tangannya masing-masing memegang surat. 

" Surat ini adalah surat pembawa kabar suka dan duka. Terserah kau mau mengatakan aku berlebihan atau apapun, tapi yang pasti aku tidak suka membuat anak orang kebingungan sendiri di rumah."

Sakura otomatis mengernyit dengan penggunaan bahasa Shikamaru yang seolah-olah terdengar sangat memedulikan perasaan orang lain, dan mau tak mau "orang lain" yang dipikirkan Sakura saat ini memang dirinya sendiri. 

Tanpa dicegah perasaannya berdebar merasa hangat. Maklum saja, Sakura memang tak pernah diperlakukan seistimewa ini oleh orang lain. Sehingga perhatian sekecil ini pun terasa bermakna sekali untuk dirinya yang haus akan kasih sayang.

" Apa ada yang salah dengan perkataanku?"

Sakura mengerjap, baru sadar sedari tadi dirinya melamun dan asyik dengan dunianya sendiri sehingga lupa sejenak akan kehadiran Shikamaru.

" Astaga, maafkan aku Kak." Sakura berujar tidak enak karena kedapatan melamun.

Shikamaru mengibaskan tangannya cepat, " Tidak usah dipikirkan, aku lanjutkan saja ya penjelasannya.." Jawab Shikamaru yang dibalasi anggukan kecil Sakura.

Tangan sebelah kiri Shikamaru terangkat, " Terlebih dahulu aku akan menjelaskan surat yang ini,"

Ada jeda sejenak, seolah Shikamaru sedang memikirkan kata yang tepat dan mudah dimengerti oleh lawan bicaranya.

" Surat ini adalah surat pemberitahuan dari pihak OSIS untuk semua siswa penerima beasiswa termasuk dirimu. Aku tidak mau berbelit-belit mengatakannya, tapi intinya kau harus berbesar hati menerima ini sebelum aku menyerahkan surat ini dan kau membacanya."

BUKAN KAMU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang