BK - 1 : dua sejoli

2.6K 213 7
                                    

Jangan lupa votes dan komentarnya. :)


2014

Sakura segera menutup bukunya sore itu, tepat saat bel tanda pulang berbunyi. Tak lupa ia juga membereskan berbagai alat tulisnya yang masih tercecer di meja untuk dimasukkan kedalam tas punggungnya. Mata gioknya beralih sejenak untuk melihat jam dinding warna hitam ditembok belakang kelasnya, jarum panjangnya menunjukkan angka 9 sedangkan jarum pendeknya menunjuk angka 4, yang berarti masih ada waktu sekitar 15 menit untuk Sakura menuju ke tempat kerja sambilannya. 

Sakura menghela nafas lega.

"Sakura, bisakah kau membantu menggantikan tugasku? Aku sedang terburu-buru, baru saja aku mendapat kabar dari rumah jika ibuku masuk rumah sakit."
Sakura menghentikan aktivitasnya berberes dan memfokuskan atensinya pada Karin, teman sebangkunya.

"Oh benarkah? Aku turut sedih mendengarnya. Kau harus segera ke rumah sakit kalau begitu, aku akan menggantikan tugasmu hari ini." Jawabnya sembari melemparkan senyum.

Gadis berambut merah menyala dan berkaca mata di depannya mengangguk. Dari raut wajahnya terlihat jika Karin sedang tertekan dan khawatir dengan keselamatan ibunya.

"Terima kasih, Sakura. Maaf membuatmu repot. Aku minta tolong untuk membawa buku tugas milik siswa sekelas ke ruang Bu Kurenai."
Sakura mengibaskan tangannya cepat. 

"Tidak masalah, jangan khawatir. Cepatlah bergegas ke rumah sakit."
Tanpa menunggu lama, Karin segera mengambil tasnya dan berlari pergi meninggalkan kelas setelah sebelumnya mengangguk dan berpamitan pada Sakura.

Gadis berhelaian merah muda itu kembali menanggalkan tasnya pada kursi, kemudian segera membawa tumpukkan buku tugas yang tergeletak pada meja guru depan. Melihat tumpukkan buku yang tidak sedikit, Sakura menghela nafas panjang.

Bukan menjadi hal aneh lagi jika di sekolahnya yang terkenal elit ini sering kali mendiskriminasi siswa-siswi yang tergolong ke dalam ekonomi ke bawah. Sebagain dari siswa sekolah menengah atas Tokyo ini memang berasal dari beasiswa penuh karena pintar, bukan karena orang tua mereka yang berkecukupan dan mampu membayar biaya sekolah yang sangat mahal.

Dua diantara penerima beasiswa adalah Karin dan Sakura. Sehingga seringkali teman sekelasnya menyuruh seenak hati kepada Sakura dan Karin apapun yang kadang seharusnya dilakukan oleh siswa lain. Sama halnya dengan kumpulan buku tugas yang kini berada pada pelukannya itu adalah tugas yang seharusnya dilakukan oleh ketua kelas mereka, Neji.

Sudah tidak heran lagi untuk Sakura jika Neji selalu lari dengan tanggung jawab, alasannya sangat klise dan selalu mengkambing hitamkan bahwa penerima beasiswa adalah siswa miskin yang harus menurut apabila disuruh apa saja.

Jujur, Sakura kesal dan ingin marah tiap kali teman-teman kelasnya mendiskriminasinya karena bisa masuk ke SMA Tokyo lewat beasiswa penuh. Kadang Sakura berpikir apa yang salah dengan hal itu.

Tapi ya sudahlah, Sakura sudah lelah memikirkan hal yang tidak mungkin ia pecahkan sendiri. Lebih baik ia segera menyelesaikan tugasnya untuk menggantikan Karin dan cepat menuju tempatnya bekerja.

Lorong koridor sekolahnya sudah sepi, hanya beberapa siswa yang terlihat disudut lorong yang mungkin sedang menunggu jemputannya datang. Gadis itu melirik langit lewat jendela lorong, dan menemukan langit berwarna kelabu disertai angin yang mulai berhembus kencang. Seperti menandakan akan turun hujan yang lebat. Segera Sakura mempercepat langkahnya.

Tak jauh beda dengan suasana lorong sekolah yang sudah sepi, ruang guru dan staf pun sama. Hanya terlihat satu atau dua orang guru yang sedang membereskan berkas-berkas dan bersiap untuk pulang. Setelah menemukan meja Bu Kurenai, Sakura segera meletakkan tumpukan buku tugas yang lumayan berat itu dan meninggalkan ruang guru secepatnya.

BUKAN KAMU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang