Jangan lupa vote dan komentarnya ya :)
Happy reading!
. . .
Bahu Sakura ditepuk seseorang dari belakang, membuat kegiatan mencatat materi di papan tulis terhenti.
" Ada apa?" Tanya Sakura sembari menampilkan seraut tanya untuk pemuda berambut panjang, yang berstatus sebagai ketua di kelasnya.
Sesaat konsentrasi Neji terbagi saat guru yang terakhir mengajar hari itu menutup pelajaran, berberes sejenak kemudian keluar dari kelas. Suasana kelas masih kondusif, tidak terlalu ramai tidak juga sepi, sehingga pembicaraan Sakura dengan Neji bisa saja terdengar jelas untuk orang-orang di sekitar mereka.
" Hari ini aku ada urusan keluarga, kau mau kan mengantar buku tugas lagi ke ruang guru?" Ujar Neji sembari kedua tangannya sibuk berberes mengambil puluhan pensil warna yang bercecer di area mejanya, pemuda itu begitu percaya diri seolah-olah Sakura pasti mau menuruti permintaannya.
Sakura melirik belakang bangkunya yang menampilkan coretan tidak jelas berwarna merah cerah, dari goresannya yang terlihat masih baru, sudah pasti pelakunya bukan lain adalah Neji.
Sakura menghela nafas, berusaha menahan amarah yang ingin mendongkrak keluar dan mewujudkannya dalam sebuah pukulan keras ke wajah pemuda itu. Namun sekali lagi, Sakura menahan segala keinginan muluknya itu.
Sakura tidak pernah mempermasalahkan hobi aneh Neji yang sering mencorat-coret meja pemuda itu sendiri sampai cat kayu meja mengelupas sekalipun, tapi untuk urusan hal-hal yang berhubungan dengannya seperti kursi yang sekarang ditempatinya, membuat Sakura kesal setengah mati.
Karena mau tak mau, tiap kali sedang ada jadwal piket ia harus menyempatkan diri untuk membersihkan coretan-coretan itu dengan waktu yang tidak sedikit, dan sekalipun saat dia tidak ada jadwal piket, Sakura harus menyempatkan waktu setelah pulang sekolah. Dan ia benci itu, karena perjalanannya menuju tempat kerjanya akan tertunda, dan akhirnya perjalanannya akan terburu-buru lagi.
" Aku tidak ada jadwal piket hari ini, kau bisa menyuruh yang lain saja."
Sakura menjawab acuh kemudian berbalik kembali ingin melanjutkan kegiatan mencatatnya yang hampir selesai. Namun, belum lagi jarinya kembali bergerak, bahunya kembali ditepuk. Sakura menghela nafas, dan berbalik ke belakang lagi. Menampilkan jelas wajah yang sedang kesal, yang tentu saja tertangkap oleh penglihatan Neji, namun pemuda itu mengabaikannya.
Neji terkekeh merendahkan, " Kau berani menolak apa yang aku suruh?"
Suara pemuda itu rendah sekaligus lirih, namun entah kenapa terdengar penuh dengan ancaman, dan Sakura benci itu.
Kedua manik gadis itu sejenak menutup, menahan umpatan dan makian yang sangat ingin ia lontarkan untuk manusia brengsek berjenis kelamin laki-laki di depannya itu.
" Kenapa kau selalu seenaknya sendiri?"
Meluap sudah rasa kesal yang sudah ia tahan-tahan sejak lama, bukan hanya hari ini, tapi sejak pertama kali ia masuk di kelas yang sama dengan Neji, Sakura selalu diperlakukan dengan tidak adil dan seenaknya sendiri oleh pemuda itu. Bahkan salah satu penyebab siswa-siswa lain juga ikut merendahkan dan memerintahkan apapun kepadanya salah satunya adalah ulah Neji yang seenaknya sendiri seperti saat ini.
Mendapat balasan diluar perkiraan, ekspresi Neji berubah keras, dan hal itu tak luput dari pengamatan Sakura. Sejenak membuat rasa takut di diri gadis itu muncul, mengingat penghuni kelas satu persatu telah pulang.
Ia takut jika tiba-tiba Neji terlintas untuk berbuat hal gila padanya, bisa saja kan?
" Kau__"
Bugh!
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN KAMU [SELESAI]
Fanfiction(Fanfiction of Sasusaku) BOOK ONE #seriesYou Hingga air matanya membasahi seluruh pipi, Sakura masih tetap pada tempatnya. Menangisi dirinya yang tidak tahu diri berharap pada seseorang yang tidak mungkin akan mampu didapatkan hingga di masa depan...