Jangan lupa votes dan komentarnya ya :)
Happy reading, guys!
. . .
Ponsel-nya kembali bergetar dan untuk kali ini ia baru bisa membuka pesan masuk yang ia yakini lebih dari satu. Mungkin karena terlalu tegang bertemu dengan siswi kelas 10 tadi Sasuke sampai lupa bahwa pesan dengan kekasihnya belum selesai.
Shion : Baiklah. Dasar si keras kepala.
Shion : Kau tunggu aku dilantai seni saja ya.
Ting!
Pemuda itu memasukkan ponselnya ke dalam saku kemudian segera melangkah saat lift yang dinaikinya sudah membawanya menuju lantai paling dasar digedung itu, lantai yang sebagian besar berisi ruang-ruang organisasi dan unit kerja siswa atau yang sering disebut ruang ekstrakurikuler.
Mungkin karena alasan area gedung yang tinggi, juga untuk memudahkan akses siswa untuk keluar masuk gedung sekolah tanpa menguras banyak tenaga, sehingga sebagian area lantai dasar berisi ruang-ruang khusus untuk para siswa baik untuk kepentingan intern maupun ekstern.
Sejenak, atensi pemuda itu fokus pada ruang OSIS yang masih menyala terang dijam yang sudah hampir larut mendekati malam, ruang OSIS yang sudah sejak ia naik kelas dua belas tidak lagi dikunjunginya. Maklum, sebagai mantan ketua OSIS disekolah itu, Sasuke benar-benar memanfaatkan masa pensiunnya menjadi anak organisasi yang aktif, selama hampir mendekati setengah tahun ia habiskan untuk melakukan apa yang belum pernah ia lakukan saat masih sibuk dengan dunia organisasinya. Dan ternyata memang sangat menyenangkan.
" Ini sudah H-7 tetapi kenapa progressnya masih sama saja? Kau tahu kan ini acara tahunan di sekolah ini, kita sudah punya pengalaman ditahun kemaren, tapi kenapa untuk tahun ini kau seperti orang bodoh seperti ini."
Suara yang ia kenali muncul ditengah-tengah sunyinya suasana, bahkan jika suara dengan nada bicara normal pun akan terdengar sangat jelas, apalagi dengan suara yang Sasuke kenali itu terdengar seperti sedang marah.
Rasa penasaran sekaligus untuk mengobati rasa kerinduannya pada ruang OSIS yang sudah lama tidak ia kunjungi, membuat Sasuke memajukkan langkah menuju sumber suara.
Tak lama suara sahutan dari lawan bicara Kabuto terdengar.
"Untuk tahun lalu ada dana beasiswa yang sudah cair sehingga sokongan bantuan untuk siswa yang tidak mampu bisa tertutupi, tapi untuk tahun ini sekolah belum membuka dana beasiswa lagi, sehingga mau tak mau aku harus mencari dana lain, kau tau kan butuh waktu lama untuk membuat proposal dana pengajuan dan menerima acc-nya."
Suaranya yang terdengar feminim sudah jelas milik seorang gadis, dan Sasuke tidak mengenali suara itu, tapi yang jelas Sasuke yakin bahwa gadis itu adalah bendahara OSIS tahun ini.
Suara langkah kaki pemuda itu membuat atensi dua orang yang kini sedang duduk berhadapan dipojok ruangan dengan raut muka tegang dan serius teralih sejenak, lain halnya dengan gadis itu yang terkejut dengan kedatangan pemuda yang terkenal sebagai pangeran sekolah.
Kabuto si adek kelas sekaligus teman seperjawatan di dunia organisasi itu segera bangkit dari posisi duduknya dengan raut wajah yang heran luar biasa, ada gerangan apa yang membuat mantan ketua OSIS yang sudah purna dan sudah hampir setengah tahun tak menunjukkan batang hidung lagi diruang OSIS ini, kini tiba-tiba muncul diwaktu yang sangat tidak terduga.
" Oh, senior? Ada perlu apa kesini?" tanya Kabuto dengan raut heran yang tidak ia tutup-tutupi.
Sasuke menyenderkan punggungnya rileks pada daun pintu yang terbuka, "Hanya mampir sebentar sembari menunggu seseorang."
Jawabnya santai sembari melirik dengan ujung matanya ke arah ruang seni yang masih menyala terang.
Butuh beberapa menit Kabuto mencerna apa yang seniornya maksud, namun setelah menemukan kata kunci seseorang sembari arah pandang Sasuke menuju ruang seni membuatnya mengangguk-angguk mengerti.
" Ah, dia ikut ekstrakurikuler seni?"
Sasuke mengangguk singkat, kemudian kembali bertanya, "Aku tidak sengaja mendengar perbincangan kalian dari luar, sepertinya OSIS sedang ada masalah."
" Hanya masalah kecil, senior. Kami bisa menyelesaikannya sendiri."
Sasuke menyempatkan untuk tersenyum sejenak, "Ternyata kau tetap sama saja seperti tahun lalu, Kabuto. Sombong dan keras kepala."
Gadis berambut cepol coklat dibelakang Kabuto hanya mampu menutup mulutnya yang ternganga kaget. Imajinasi liarnya yang tergila-gila dengan ketampanan pemuda itu beberapa waktu lalu tiba-tiba anjlok mendengar nada pedas yang ditujukkan Sasuke untuk Kabuto.
Tapi melihat raut wajah Kabuto yang biasa-biasa saja membuatnya berpikir bahwa sepertinya Kabuto sudah mengenal baik kepribadian Sasuke, begitu juga sebaliknya.
" Begitu pun kau senior, kau masih dingin dan berego tinggi."
Kabuto menjawab dengan kekehan meremehkan, membuat atensi Tenten menatapnya tidak suka. Walau bagaimanapun cara bicara Kabuto dengan seniornya sudah dianggap tidak sopan, terlepas dari cara bicara Sasuke yang pedas barusan.
Sasuke meluruskan kembali punggungnya setelah beberapa lama ia senderkan didaun pintu.
"Ya, tidak akan ada yang berubah dari diriku, tapi setidaknya aku bukan orang bodoh yang terlalu percaya diri bisa mengatasi masalah apapun tanpa bantuan orang lain. Maka dari itu aku terpilih menjadi ketua OSIS terbaik selama aku menjabat dari awal", sahut Sasuke dengan senyum tipis yang meremehkan.
" Kau yang disana, katakan padaku masalah apa yang tadi kalian bicarakan." Lanjut Sasuke tanpa menunggu persetujuan Kabuto.
Alis Kabuto terangkat naik, tak terima jabatannya sebagai ketua OSIS tahun ini seolah tidak ada harga dirinya sama sekali dihadapan senior yang sangat ia benci sejak awal masuk organisasi OSIS.
Sasuke memang akan selalu menjadi kakak kelas yang arogan baginya.
. . .
Terima kasih sudah membaca.
Warm Regards, Retno Putri K
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN KAMU [SELESAI]
Fiksi Penggemar(Fanfiction of Sasusaku) BOOK ONE #seriesYou Hingga air matanya membasahi seluruh pipi, Sakura masih tetap pada tempatnya. Menangisi dirinya yang tidak tahu diri berharap pada seseorang yang tidak mungkin akan mampu didapatkan hingga di masa depan...