BK - 12 : percakapan

744 122 5
                                    

Jangan lupa votes dan komentarnya guys :)

Happy reading!

. . .

Mungkin itu hanya sebuah surat pemberitahuan sederhana, juga belum tentu ia benar-benar terpilih langsung menjadi kandidat peserta olimpiade seni nasional tahun ini, masih ada tahap seleksi yang memungkinkan dirinya bisa saja gagal. 

Namun Sakura hanya tidak mau membohongi dirinya sendiri, sudah lama ia tidak merasa bahagia, dengan datangnya surat ini kepadanya, ia hanya berharap surat inilah yang akan menjadi pengantar awal mula kebahagiaannya di masa nanti. 

Masa remajanya sudah banyak dihabiskan untuk bekerja keras, baik raga maupun pikirannya. Kadang ia hanya ingin merasakan bagaimana kehidupan sekolah menengah atas yang sering diceritakan orang-orang pada umumnya. 

Ya, salah satunya menikmati kegiatan-kegiatan sederhana seperti ini, tanpa memikirkan tentang kesulitan keuangan. Sejenak, Sakura hanya ingin melarikan diri sebentar saja, barangkali jika sejenak ia berhenti memikirkan banyak hal dan fokus pada hal-hal kecil sederhana yang membuatnya bahagia, hidupnya akan sedikit lebih baik.


" Pantas saja pintu kayunya tidak tertutup sempurna." 

Suara berat khas laki-laki terdengar dari arah belakangnya. Sakura terlonjak kaget membeku beberapa detik, tiba-tiba perasaan takut dan was-was menyergapnya. Ia paham betul itu adalah suara laki-laki.

Astaga, apakah dia pemilik tempat rahasia ini?


Takut-takut Sakura tetap berusaha berdiri, kemudian segera membalikkan badan sebelum otak dan pikirannya kacau karena ketakutan berjumpa dengan laki-laki yang tak dikenal. Sosok yang tadi bersuara, kini sudah ada dihadapannya. Mungkin jarak yang memisahkan mereka hanya 2 meter saja, tapi Sakura jelas menangkap raut wajah tegas dan tampan yang selama ini selalu ia impikan setiap malam. 

Pemuda itu memandang dengan tatapan datar khas miliknya.

Astaga, kenapa Sasuke datang kesini? Benarkah ini tempat misterius milik kakak kelasnya yang tampan itu?

" Ternyata kau gadis bodoh di tangga itu." 

Ujar Sasuke setelah manik matanya sudah mengenali sosok asing yang tiba-tiba menyelinap ke tempat persembunyian miliknya.

Sakura menggaruk tengkuknya yang tak gatal, malu tiba-tiba ia rasakan ketika ingatannya mengulang kejadian pertemuannya dengan pemuda itu di tangga tempo lalu.

" Ah, maaf Kak aku tidak tahu jika ini tempat rahasiamu."

Bingung membalas perkataan apa, Sakura memilih untuk meminta maaf karena lancang masuk dan duduk di tempat yang dari awal sudah menjadi tempat milik Sasuke itu.

Sasuke menggendikan bahu acuh. 

" Asal kau tahu, ini bukan tempat rahasia, mungkin benar aku yang menemukan ini pertama kali. Tapi sudah ada beberapa orang yang datang ke sini juga."

Kemudian pemuda itu berjalan melewati Sakura, dengan santai duduk di sofa yang baru saja di tempati Sakura. 

" Oh begitu. Baik Kak, saya pamit dulu."

Bingung dengan bahasan apalagi yang harus ia lontarkan, Sakura berinisiatif pergi dari sana. Lagipula tidak mungkin ia tetap menebalkan muka dan memohon kepada Sasuke agar mau berbagi tempat untuk menghilangkan bosan di sini, dia belum sepercaya diri itu.

" Aku tidak tahu apa tujuan yang membawamu kesini, tapi aku yakin kau ke sini datang pasti dengan tujuan."

Ya, Sakura setuju dengan perkataan pemuda berambut kelam itu. Ia kesini memang bertujuan untuk menghilangkan bosan. 

Tapi sayang, perkataan itu hanya mampir di benaknya saja, Sakura belum seberani itu mengatakan jujur pada Sasuke.

Langkah Sakura otomatis terhenti, kemudian berbalik, menunggu sebentar kelanjutan kalimat pemuda itu.

" Aku tidak se-sosiopat itu untuk tidak bisa berbagi tempat dengan orang lain. Aku hanya tidak suka diganggu. Lagipula tempat ini tidak ada keterangan resmi milikku, ini tempat umum dan kebetulan aku yang menemukannya pertama kali."

Sakura merasakan perutnya dikerumuni ratusan kupu-kupu yang membuatnya tergelitik juga berdebar ketika menangkap maksud perkataan Sasuke yang membolehkan dirinya tetap disini, maka tanpa bertanya lagi, Sakura melangkahkan kaki pada pojok ruangan, ternyata ada beberapa kursi lipat yang sejak awal tidak ditangkap oleh penglihatannya. 

Sakura menarik kursi kemudian ia bawa ke arah depan, mendekat dengan tempat datangnya cahaya serta pemandangan yang menampilkan dunia luar.

" Terima kasih, Kak." Jawabnya lirih, yang mungkin tidak ditangkap oleh pendengaran Sasuke yang sibuk dengan ponselnya. 

Tapi bagi Sakura, ia perlu mengucapkan sekedar uacapan terima kasih karena pemuda itu telah membiarkan dirinya disini, mencegah dirinya kembali kepalang bosan di perpustakaan.

Gadis itu melirik ragu, merasakan keheningan canggung yang begitu lama, membuatnya berani mencoba membuka suara. 

" Uhm, apakah kau tidak ikut kegiatan OSIS itu, Kak?"

Butuh beberapa detik berlalu, sampai pemuda itu membalas pandangannya, " Aku hanya pernah sekali ikut saat tingkat pertama, setelah itu aku sudah kepalang bosan karena banyaknya acara." Sahut Sasuke.

Sakura terkekeh pahit, andai saja ia bisa bertukar posisi dengan Sasuke, sudah pasti ia tak akan pernah menyianyiakan kesempatan untuk bisa ikut acara itu. Semembosankan apapun acaranya, pasti ia akan ikuti.

" Acara itu tidak semenyenangkan seperti bayanganmu. Tidak ada yang istimewa, kau beruntung tidak ikut acara membosankan itu."

Sakura tidak ingin begitu percaya diri, tapi yang pasti hatinya perlahan menghangat ketika sadar bahwa secara tidak langsung Sasuke sedang menghiburnya. Sasuke pasti tahu bahwa kehadiran Sakura disini lengkap dengan pakaian seragam, adalah alasan ketidakmampuannya untuk bisa ikut bersama teman-temannya yang lain di luar sana. Paham bahwa dirinya hanya siswi penerima beasiswa, yang tahun ini malangnya tak bisa ikut berpartisipasi di acara besar yang diselenggarakan OSIS.

" Ya, anggap saja aku percaya." Jawab Sakura disertai tawa. 

Mencoba berbicara santai dengan kakak kelasnya itu, sudah terhitung dua kali ia bertemu dengan Sasuke, jadi lebih baik dirinya mulai membiasakan membuat percakapan secara santai dengan pemuda itu.

Sasuke menyandarkan punggungnya pada sofa, sembari meminum softdrink dingin dari kantong kresek yang tadi ia bawa. Dari tempatnya, Sakura tertegun ketika netranya menangkap ulasan senyum sekilas dari pemuda itu. 

Sungguh, bolehkah ia bahagia karena bisa menjadi alasan kakak kelas tampannya itu tersenyum hari ini?

. . .

A/N :

Guys, ramein dong ceritaku "The Light in Your Eyes."

See you next time.

Jaga kesehatan selalu!


Warm Regards, Retno Putri K

BUKAN KAMU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang