BK - 26 : memori yg tdk pergi

760 108 7
                                    

Yuk biasakan vote dulu sebelum lanjut baca. Terima kasih! 😘

Happy reading!

■■■

2022

Sakura sedang sibuk membersihkan meja café, sebelum nada dering ponsel miliknya berbunyi, mengalihkan atensi gadis itu. Segera setelah tahu siapa yang menelponnya, gadis itu mengangkat panggilan setelah sebelumnya menghembuskan nafas panjang sembari bibirnya ikut melengkung ke atas.

" Hallo ibu. Bagaimana kabarmu?"

Lawan bicaranya terdengar mendengus kecil, lalu terkekeh. Menimbulkan rasa rindu yang kentara di bola mata gadis itu.

" Ibu yang seharusnya bertanya kabarmu, Nak. Bagaimana usaha cafemu bersama Ino?"

Suara keibuan yang sangat Sakura sukai terdengar bertanya, membuat kedua matanya berair. Hanya mendengar suaranya lewat telpon saja memberikan efek sebesar ini kepada Sakura.

" Lancar bu, sangat lancar. Pasti ini semua berkat doa ibu yang senantiasa berharap yang terbaik untukku."

Suara kekehan ibunya terdengar merdu menimbulkan senyum yang otomatis mengembang di wajah gadis itu.

" Bisa saja anak ibu ini..."

" Lalu keadaanmu disana baik-baik saja kan, Nak?" terdengar nada khawatir di suara ibunya.

Sakura menggangguk cepat dan menyadari jika ibunya tidak bisa melihat anggukannya membuat Sakura angkat suara, " Baik bu. Keadaanku sangat baik di sini. Aku bersyukur ada Ino yang selalu menemani di sisiku."

Suara kelegaan ibunya seketika masuk ke telinga gadis itu, " Syukurlah, sudah dulu ya. Sudah jadwalnya ibu untuk pemeriksaan lagi."

Ada keengganan di hati Sakura untuk memutus panggilan, ia senang bisa berbincang dengan ibunya yang kini jauh di luar negeri, dan ia pun hanya bisa menunggu telpon ibunya karena di jam-jam tertentu ibunya tidak boleh dihubungi karena sedang melakukan pengobatan.

Jadi gadis itu hanya bisa pasrah dan selalu menunggu dering panggilan dari ibunya, dan seringkali panggilan yang ditunggu-tunggunya sejak lama akan berakhir secepat ini.

" Baik bu. Ibu segera sembuh ya. Agar Sakura bisa membawa ibu kembali ke rumah." Suara Sakura jelas bergetar, menimbulkan senyum pahit pada wajah ibunya disana.

Entah untuk memberi angan-angan belaka untuk anaknya atau memang ibunya sedang berharap keajaiban Tuhan menghampirinya, tapi yang pasti Sakura berharap ibunya akan segera sembuh dan kembali menemani disisinya.

" Iya Nak, doakan ibu selalu ya. Ibu selalu menyayangimu, dan selalu berdoa akan kebahagiaanmu."

Sakura mengangguk sembari mendongakan kepalanya, mencegah air matanya menetes.

" Aku juga menyayangimu, Bu. Terima kasih karena selalu mendoakanku."

Lalu sambungan terputus. Menyisakan wajah sendu pada gadis berhelaian merah muda itu. Pikiran Sakura masih melalang buana entah kemana, karena hingga suara lonceng pertanda seseorang masuk café terdengar, gadis itu masih terpaku pada tempat yang sama.

" Bos, sudah aku bilang istirahat saja." Suara Temari, asisten untuk Sakura yang dikirim Ino satu bulan yang lalu. Karena alasan takut Sakura kelelahan mengelola segala keperluan café sendiri, Ino jauh-jauh mengirimkan asisten untuk membantu Sakura dari luar kota.

Sakura mengerjap sejenak untuk mengumpulkan kesadarannya yang sedari tadi pergi entah kemana, lalu menatap sang asisten dengan cengiran.

" Aku bosan duduk-duduk saja di ruanganku. Makanya aku cari kesibukan."

BUKAN KAMU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang