Bagian 12

3K 355 4
                                    

12. X?

"Nanta?"

Semua yang berada di dalam ruangan itu menoleh kompak menatap Bagas yang berdiri di ambang pintu. Alis Bagas hampir menyatu saat menyisir ruangan gelap milik Ayahnya ini, namun mata Bagas masih bisa menangkap beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu.

Mata Bagas beralih menatap Gecol palsu yang berdiri menegang di sana, "Jessica?"

Bagas melangkahkan kakinya menghampiri Gecol palsu perlahan, dalam pikiranya kini tengah berkecimbung macam-macam teori konspirasi.

"Jess! Kamu kenapa ada disini? Mama Papa kamu nyari kamu, aku nyari kamu, Jelita nyari kamu, semua orang nyari kamu, kamu kok ada di sini?" Ujar Bagas lalu menatap sekeliling.

Bagas menghampiri laki-laki bermasker lalu berdiri di depanya, tanpa di duga, Bagas membuka paksa masker yang di pakai laki-laki itu, "Nanta lo ngapain di ruangan Papa? Pake-pake masker lagi."

"Bang Galih juga! Tumben-tumbenan lo pake hoodie rapet bener di rumah, biasanya pake sempak sama telanjang dada lo," tambah Bagas menatap Galih.

"Goblok," batin Galih mengumpat.

"Papa juga keren bener pake seragam profesor padahal cuma ngumpul sama orang gak penting," celoteh Bagas pada Ayahnya yang tak lain adalah Robert.

Bagas menengok kanan-kiri, "Yogi mana Yogi?"

"Gue disini," sahut Gecol palsu tak lain dan tak bukan ialah Yogi atau si kacamata yang beberapa saat lalu, di rubah menjadi Gecol palsu oleh X alias Galih. Sungguh kejam!

"Hah?"

"Iya gue Yogi, cuma gue di rubah sama abang lo jadi mantan lo yang biadab itu, huh fucek!"

Bagas memutar balik badanya dan matanya menatap Galih dengan sorot meminta penjelasan. Sekarang Bagas harus berubah menjadi seperti bola yang di over kesana-kemari untuk meminta penjelasan se detail-detail nya.

"Ini maksudnya gimana sih?" Bagas mengalihkan pandanganya dari Galih dan menatap semuanya satu persatu.

Sementara Robert memilih untuk keluar, karena ia merasa ini bukan urusanya.

"Kali ini jangan pikirin otak gue yang bego,"

Bagas menatap Galih serius, "Gue butuh penjelasan!"

****

Entah sekarang Gecol tengah beruntung atau malah sebaliknya. Gecol kini harus berhadapan dengan Nando empat mata, alasanya karena barusan Gecol membuat kesalahan yang membuat kini ia harus mendekam dalam gudang sekolah bersama Nando. Bukan!

Bukan karena Nando menghukum Gecol, malah mereka lah yang kini tengah menerima hukuman dari Pak Bambang.

"Ini semua gara-gara lo!" Sentak Nando seraya melempar sapu yang ia pegang, seketika Gecol yang tengah menyapu bagian pojok gudang menatap Nando terkejut.

Gecol menatap Nando yang tengah duduk di lantai dan menyandarkan kepala nya ke tembok dengan wajah lelah rambut acak-acakan dan keringat yang membuat iman Gecol runtuh seketika, bukan tak mungkin jika Gecol tak melewatkan pemandangan indah ini.

"Ganteng varah," cicit Gecol diam-diam menatap Nando gemas.

"Gue udah bilang gue gasuka diliatin," ujar Nando yang membuat Gecol langsung menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.

"Siapa yang liatin," balas Gecol sok jutek.

Nando melirik Gecol sekilas, "Gausah kebanyakan gengsi lo."

Gecol memanyunkan bibirnya, menatap Nando sebal, "Ganteng tapi nyebelin," gumamnya.

Nando bangun dan menepuk-nepuk pantantnya membersihkan celana nya dari debu, tanpa memikirkan Gecol yang sedang menyapu, ia hendak keluar dari gudang tak mau menjalankan hukuman dari Pak Bambang.

"Eh mau kemana lo!" Teriak Gecol memanggil Nando.

Nando menoleh ke belakang menatap Gecol dengan sinis, "Ke WC mau ikut?" Ucap Nando berbohong, itu hanya alibinya saja supaya Gecol tak melarangnya untuk pergi.

"Mau," batin Gecol.

Gecol berdehem, "Ogah! Yaudah sana, tapi balik lagi, tuh lo rapihin kardus di pojok kiri, gue capek," kata Gecol.

Nando tak menjawab ataupun hanya sebatas mengangguk, ia begitu saja pergi keluar dari gudang karena ia memang tak mau menerima hukuman ini, ia merasa ini sepenuhnya kesalahan anak baru bernama Jessica itu, bukan salahnya!

Lima belas menit berlalu, Gecol seperti setrikaan yang mondar-mandir kesana- kemari menunggu Nando yang ia harapkan kembali untuk menyelesaikan hukuman bersama. Tapi kini Nando tak kunjung kembali dan membuat Gecol kesal setengah mati.

"Si Nando pasti kabur deh, ah anjir!" Gerutu Gecol.

Gecol nampak berpikir, tak lama senyuman terbit di wajahnya, "Kalo si Nando bisa kabur, gue juga bisa dong! Yhahah hayyuk papale papale." Gecol berjingkrak-jingkrak senang.

"WOY NGAPAIN KAMU JINGKRAK-JINGKRAK DI GUDANG? KESURUPAN KUDA LUMPING PENUNGGU GUDANG?"

Pupus sudah untuk Gecol menjalankan aksinya untuk kabur dari hukuman Pak Bambang, karena kini Pak Bambang sudah berdiri dengan berkacak pinggang di ambang pintu gudang seraya sesekali memaut kumis baplang nya.

"Sialan heum," gumam Gecol mengasihani dirinya sendiri.

"MANA SI MISTERI BOY?" Tanya Pak Bambang dengan nada bicara khasnya yang suka bentak-bentak melengking.

Gecol menundukan kepalanya, "Kabur dia Pak."

"KENAPA KABUR? EMANGNYA DIA SAPI KURBAN? KAMU JUGA! ANAK BARU UDAH BIKIN RUSUH SEPERAPAT SEKOLAH! SEKARANG KAMU SELESAI KAN HUKUMAN KAMU TANPA SI MISTERI BOY! KALAU KAMU TIDAK SELESAI DALAM LIMA MENIT, BAPAK KELUARIN KAMU!"

Gecol panik, "Di keluarin dari sekolah Pak?"

"YA DARI GUDANG LAH!"

Gecol memasang wajah datarnya seketika, "Pak Bambang anjim!" Batin nya.

****

Kondisi semakin menegang di ruangan milik Profesor Robert. Bagas sedari tadi mendesak Galih untuk menceritakan apa yang terjadi sebenarnya namun Galih tak kunjung buka suara. Bagas geram, sementara Yogi a.k.a Gecol palsu tengah kebingungan sendiri masalah perubahan fisiknya.

"Kenapa diem semuanya? Gak ada yang mau jelasin? Gue berhak tau lho!" Ujar Bagas.

Hening, tak ada yang buka suara.

Bagas terkekeh frustasi, "Mentang-mentang gue bego, tulalit, lemot! Sampe temen bahkan abang gue sendiri aja ngeri buat cerita sama gue."

"Yogi," Bagas menatap Gecol palsu.

"Apa lo! Gue aja bingung nih gue jadi cantik! Dari segala kegantengan gue yang haqiqi," balas Yogi sebal.

Bagas beralih menatap Ananta, "Nanta?"

Ananta menggendingkan bahunya.

Galih menghampiri Bagas dan menepuk bahu Bagas, "Gue yang tau semuanya, lo tenang aja gue bakal ceritain semuanya."

"Jessica, mantan lo. Gue sebagai abang lo, jelas gue ngerasain apa yang lo rasain. Lo pasti sakit hati sama ucapan dia, begitupun yang Yogi sama Ananta rasain sebagai temen lo. Gue, Yogi sama Nanta mutusin buat bantu mantan lo buat wujudin semua haluan-haluan nya tentang kehidupan kayak di wattpad-wattad sekaligus ya... bikin dia nyesel kalo di semua yang dia haluin itu sebenernya menyeramkan," jelas Galih.

Bagas terdiam, "Gue pasti cemburu liat dia sama cowok lain meskipun cuma pengaruh mesin waktu."

"Lo jangan larang-larang gue Bagas inget itu!" Ucap Galih.

Bagas mengangkat kedua tanganya, "Owh oke."

"Terus gimana nasib Yogi?" Bagas menunjuk Yogi yang nampak menyedihkan dengan covernya kini sebagai Gecol palsu.

****

Kasian Yogi:)

JANGAN LUPA VOTE, SPAM COMMENT, SHARE JUGA BOLEHHH, AND FOLLOW AUTHOR SUPAYA BANYAK FOLLOWERS NYA, WEKAWEKA!!!

See you next part!

****

GECOL ▪SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang