48. SEMOGA BAIK-BAIK
Air mata begitu saja menggenang dan jatuh tanpa permisi. Tubuhnya bergetar hebat. Gecol dapat merasakan tubuh Bagas yang memeluknya, kini kian melemah, tubuh Bagas hampir merosot, namun dengan sepenuh tenaga, Gecol menahan tubuh Bagas. Memeluk Bagas semakin erat, dan erat.
"J-jessica hm ehm, Ge-gecol. A-ak-aku, aku sa-sayang k-ka-kamu," ucap Bagas terbata-bata dengan napasnya yang semakin pendek.
Gecol memejamkan matanya, Gecol harap ini hanyalah sebuah mimpi. Tolong! Siapapun tampar Gecol sekarang.
"Iya Gas, aku juga sayang kamu."
Bagas tersenyum, "K-kamu mau gak y-yah, b-ba-balikan sa-sama aku?"
Sesak. Sangat sesak yang Gecol rasakan saat ini. Gecol berpikir, mungkin ia akan mati karena rasa sesak ini.
Gecol mengangguk dengan yakin, "Aku mau balikan sama kamu, aku mau!"
Bagas merasakan hal yang sudah sangat lama ia nantikan. Yaitu mendengar suara ketulusan dari Gecol, dan hari ini ia mendengarnya. Perlahan, mata Bagas tertutup.
Gecol sadar apa yang terjadi. Bagas. Laki-laki itu tertembak oleh peluru yang Juna lesatkan. Seharusnya Gecol yang terkena peluru itu, tapi saat itu Bagas sadar akan gerak-gerik Juna dan memutar tubuh Gecol saat memeluknya. Di jadikanya tubuh nya sebagai pengganti Gecol memeluk gadis itu erat-erat, dan nahas, peluru itu tepat mengenai kepala bagian belakang Bagas.
"Gas... kamu gak apa-apa kan? Iya kan?"
Gecol menangis tanpa suara, memeluk tubuh Bagas yang seharusnya sudah tergeletak di lantai, namun ia peluk tubuh itu, dan membuatnya masih dalam pelukan.
"Hey, pacar aku jangan lemah dong, kamu yang kuat ya Gas, aku ada disini, di pelukan kamu, kamu harus kuat."
Semuanya terpaku, mereka belum sepenuhnya sadar kalau Bagas tertembak. Namun saat mendengar isakan Gecol, sontak semuanya riuh. Aparat kepolisian lantas meringkus Juna dan Regil, ada pula yang meng-evakuasi Nando yang pingsan.
"Gas... kamu yang sabar ya, kamu tahan ya, bentar, bentar aku bawa kamu ke rumah sakit. Kamu tahan ya Gas, aku juga sayang kamu."
"TELPON AMBULANCE CEPAT!!!" Teriak Galih kalap. Ia sangat shock melihat darah yang terus keluar dari kepala Bagas, darah itu mengalir ke leher.
Gecol tak histeris. Menangis histeris adalah level tengah, sementara menangis tanpa suara dan mencoba kuat adalah level terakhir kekhawatiran seorang Gecol. Masih dengan kuat menopang tubuh Bagas yang lemah tak berdaya di dalam pelukanya. Air mata Gecol membasahi baju bagian pundak Bagas.
"Sabar ya Gas, kamu jangan lemah. Sebentar lagi," bisik Gecol pada Bagas dengan suara bergetar.
"Ambulance di luar, Col! Kita harus bawa Bagas sekarang!" Ujar Yogi cekatan langsung membawa Bagas dengan tandu yang di bantu oleh sopir ambulance.
Gecol ikut dengan ambukance yang membawa Bagas. Sementara yang lain, Galih, Arthur, Yogi, dan Ananta, membuntuti dari belakang. Galih dan Ananta dengan mobil milik Galih, sementara Arthur dengan Yogi menaiki motor ninja hitam milik Arthur.
"Sebenarnya, apa yang terjadi sih?!" Pikir Arthur dalam hati. Ia benar-benar tidak paham dengan apa yang saat ini tengah terjadi. Apalagi tadi ia melihat Nando dengan kondisi seperti itu, dan di evakuasi oleh pihak kepolisian, ada apa ini?
"Sumpah demi apapun gue akan balas perbuatan Bevan kalau sampe Bagas kenapa-kenapa! Gue gak akan bukain pintu maaf gue sampai kapan pun buat anak itu! SIALAN!!!" Seru Galih dengan kondisi kacau. Semuanya dalam kondisi kacau, tidak hanya dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GECOL ▪Selesai
Novela Juvenil#absurdstory! GECOL, bukan judul yang berasal dari bahasa asing yang memiliki arti wow! Gecol sendiri ialah nama dari seorang gadis 'Halukiawan garis keras' tiada hari tanpa menghayal menghayal dan menghayal bagi seorang Gecol. Hingga akhirnya, sesu...