43. HUKUMAN?
Gecol sudah kembali ke rumah aslinya. Sebisa mungkin ia mencoba bersikap biasa saja saat bertemu dengan Mama Papa nya karena selama ia tidak ada disana, ada Yogi yang menggantikanya bukan? Ia tidak boleh membuat orangtuanya curiga. Masalah akan rumit.
Menangis sesenggukan di kamar, itulah yang sedang Gecol lakukan. Tengkurap di kasur, menenggelamkan wajah di bantal, menangis kencang tapi tidak terdengar sebab suaranya teredam oleh bantal. Sesekali kakinya menendang kesana-kemari dan tanganya sibuk memukuli kasur.
Menangis adalah hal yang tepat untuk Gecol saat ini. Pasalnya, ia amat sangat sedih dan sakit sekarang. Rasa menyesal kian merasuk pada hati Gecol.
Beberapa jam lalu...
"Ish! Lo jangan..."
Bagas menahan tanganya ketika ia hendak keluar dari ruang lab. Bagas aneh! Katanya tadi semuanya suruh keluar, tapi sekarang Bagas malah menahanya.
"Lho kenapa? Tadi katanya suruh keluar semua?" Kata Gecol.
"Kecuali elo," balas Bagas.
Hening. Bagas sendiri bingung harus memulai obrolan darimana. Begitupun Gecol, ada yang ingin ia sampaikan pada Bagas, tentu saja permintaan maaf, namun ia juga bingung harus memulainya darimana.
"Mmm... Gas, gue pengin ngomong." Gecol buka suara, suasana akward memang sangat menyebalkan, dan Gecol ingin segera mengakhirinya.
"Ya?"
"Gue minta maaf." Gecol menatap Bagas. Yang Gecol lihat, tatapan Bagas padanya masih sama seperti dulu, ternyata yang Gecol takutkan seperti Bagas berubah ketus padanya tidak terjadi.
Bagas tersenyum, sebelah tanganya terulur untuk mengacak rambut Gecol, "Udah gue maafin."
Mata Gecol berkaca-kaca, entah dorongan darimana ia menubruk Bagas dan menelusup masuk ke pelukan cowok itu, "Makasih Gas, gue pikir lo gak akan maafin gue."
"Tuhan aja Maha Pemaaf, masa gue cuma hamba yang gak punya apa-apa sombong dan menolak perminta maafan orang lain," ucap Bagas.
Gecol melepas pelukanya, ia tersenyum gemas pada Bagas, "Cie mendadak religius. Gue suka."
"Jess, gue ma--"
"GAS! GAWAT! DANGER! WARNING!" Itu Gecol palsu.
"Apaandah!" Geram Bagas.
"Ayok keluar dulu ih! Kembaran-kembaran, lo ikut gih sama Bagas, biar gue yang ngumpet."
Bagas menarik tangan Gecol untuk keluar sesuai dengan arahan Gecol palsu alias Yogi. Ada apa sih? Pikir Bagas maupun Gecol. Bagas dan Gecol pun akhirnya keluar. Mata Bagas langsung tertuju pada sosok yang sedang duduk di soffa bersama Ananta, dan Jelita. Itu Mia.
Saat melihat Bagas, Mia langsung bangkit dari soffa dan tanpa aba-aba ia berlari dan memeluk Bagas. Bagas terpaku. Sementara Gecol, matanya berkedip bingung menatap gadis tak ia kenal yang tengah memeluk Bagas di depanya saat ini.
"M-mia?"
"Kak..." Mia terisak.
Bagas tidak membalas pelukan Mia, ia masih bingung atas perlakuan Mia sekarang. Tanganya masih menggenggam tangan Gecol yang terasa bergetar di tangan Bagas.
"Lo kenapa?" Tanya Bagas.
"A-aku hamil."
"JANGAN GILA LO!" Itu suara Jelita.
![](https://img.wattpad.com/cover/251024149-288-k198132.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GECOL ▪Selesai
Fiksi Remaja#absurdstory! GECOL, bukan judul yang berasal dari bahasa asing yang memiliki arti wow! Gecol sendiri ialah nama dari seorang gadis 'Halukiawan garis keras' tiada hari tanpa menghayal menghayal dan menghayal bagi seorang Gecol. Hingga akhirnya, sesu...