Bagian 20

2.4K 307 10
                                    

20. TRAGEDI TENGAH HUTAN

Tidak terbesit sedikit pun rasa takut dalam diri Nando, suara jeritan wanita itu malah membuatnya penasaran, apa yang terjadi pada wanita itu. Berbeda dengan Gecol yang terus diam seraya menahan rasa ingin menangis karena takut. Dengan langkah yakin dengan Gecol yang masih ia gendong, Nando mencari sumber suara itu.

"Nando gue takut," ucap Gecol lirih.

"Gak ada apa-apa, jangan takut," balas Nando tenang.

Langkah Nando sangat hati-hati, ia menyusuri jalan sempit yang dirundung dedaunan khas hutan. Matanya jeli melihat sekeliling, Gecol membantu penerangan dengan memegang senter ponsel.

"Kita cari jalan pulang aja Nando, jangan cari suara teriakan tadi, gue takut," ucap Gecol yang membuat Nando menghentikan langkahnya.

"Iya," balas Nando lalu kembali melanjutkan langkahnya, padahal ia penasaran darimana suara jeritan itu berasal.

"Gue turun aja Nando, lo pasti capek," kata Gecol takut-takut Nando lelah menggendong nya, walaupun sebenarnya kaki nya masih sakit.

"Kaki lo masih sakit," jawab Nando.

"Udah engg--"

"Diem, atau gue tinggal disini sendirian," potong Nando, seketika Gecol membulatkan matanya dan cepat-cepat menggeleng.

"Gimana? Mau?" Lagi-lagi Gecol menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Jawab dong, gue gapunya kaca spion," kata Nando membuta Gecol berpikir.

"Owh, maksudnya lo gak liat gue geleng-geleng kepala soalnya gue di belakang lo?"

"Iya," balas Nando.

"Nando serius deh, gue turun aja, gak apa-ap--"

"HAHAHAHAHA!!!"

Seketika mulut Gecol bungkam dengan mata bergerling kesana-kemari setelah mendengar suara gelak tawa seorang laki-laki yang terdengar jelas. Begitupun dengan Nando yang menghentikan langkahnya seketika dan menengok kanan-kiri mencari sumber suara dari suara tawa itu.

"Lo dengar?" Ucap Nando pelan.

Gecol mengangguk panik, "I-iya."

****

"Hallo semuanya, aku Jasmine, salam kenal ya."

Semuanya menatap Jasmine yang berdiri di samping Galih, terutama Bagas yang menatap Jasmine dan Galih bergantian dengan senyuman 'mak comblang' terlukis di wajahnya.

"Ah Kakak cans kaku banget kayak kenebo kering," ucap Bagas pada Jasmine, Jasmine terkekeh mendengar Bagas.

"Kamu bisa aja, adiknya Galih ya?" Kata Jasmine.

Bagas cepat-cepat menggeleng, "Enggak enggak ih bukan, amit-amit mwehehe."

Galih sontak menatap Bagas dengan tatapan maut, lagi-lagi Jasmine terkekeh manis. Ternyata dugaan Jasmine salah tentang adik Galih yang ia pikir sikapnya sama kaku dengan Galih, tapi ternyata adiknya malah pecicilan.

"Yha elu! Liat yang bening aja langsung sembuh rasa sedih lo liat doi bahagia sama yang laen," celetuk Gecol palsu.

"Tau! Gak abis thinking deh gue, dasar couwok!" Sambar Jelita memutar bola matanya judas.

"Kalian sering ya kumpul di rumah Galih? Atau emang kalian lagi main sama Bagas?" Kata Jasmine menatap satu persatu orang yang sedang duduk di soffa ruang tamu tentu saja dirumah Profesor Robert.

"Mereka ke sini ngemis ceu," jawab Bagas di lanjut tawa keras sendiri, yang lain menatap Bagas sinis.

"Betewe, nama kakak cans kan Jasmine? Bang Galih manggil kakak apa? Jas? Gamungkin dikira kembaran almamater! Pasti manggilnya... mine? Anjayyy dedek baper!!" Cerocos Bagas.

GECOL ▪SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang