WDI : 1O

1.2K 239 13
                                    

"Lagi dan lagi, sekolah nutup mulut dan matanya soal kasus kayak gini."

Mereka semua hanya diam sambil fokus pada makanannya masing-masing dan tidak ada niatan untuk membalas perkataan Daniel.

Topik itu terlalu sensitif jika dibahas di tempat umum seperti ini. Apalagi, saat ini mereka sedang berada di kantin sekolah.

"Kita ngga dikasih libur lagi, ya?"

Jennie menatap Yerin tajam, "Rin?"

"M-maksud gue polisi kan harus nyelidikin kasus itu. Nanti kalo kita masih ada di sini, gimana caranya mereka bisa fokus sama tugasnya? Bener, 'kan? Haha," jawab Yerin diakhiri tawa canggung.

"Kepseknya juga ngga bener. Semenjak dia pindah ke sini, sekolah ini jadi aneh, ngga aman." celetuk Jaehwan. "Oh iya, nama kepsek baru kita siapa ya?"

Hanbin yang mendengar hal itu pun langsung menyentil dahi Jaehwan kencang, "Untung ngga ada guru yang denger."

Jaehwan meringis, "Gue beneran lupa. Siapa, guys?"

"Kang Dongwon, dia baru pindah setahun yang lalu. Dia pindahan dari Bandung." balas Rowoon yang masih fokus pada ponselnya.

"Kang? Lo kenal sama dia, Niel?" tanya Youngjae tiba-tiba.

Daniel menunjuk dirinya sendiri, "Kok gue?"

"Marga kalian sama. Kali aja lo kenal sama dia, kita kan jadi lebih gampang buat ngebujuk dia, biar dia bisa lebih serius lagi sama kasus ini."

Daniel mengangguk paham, "Bener juga sih. Tapi sayangnya, gue ngga kenal dia."

"Tapi kita bisa cari tau, sebenernya dia itu siapa. Gimana? Daniel? Lo bisa kan nanya ke bokap─, " Jennie mendadak menghentikan perkatannya lalu menunduk. Jennie lupa, jika ayah Daniel itu sudah tiada.

Daniel tersenyum kecil, "Sans aja kali, Jen. Lo mau ngomong apa?"

Jennie kembali mendongak, "Gue minta maaf, Daniel. Maksud gue, lo bisa kan tanyain tentang kepsek itu ke nyokap lo?"

"Oke, Gue bakal coba."

"Eh, guys."

Kini semua atensi mereka teralihkan pada Yerin. Mereka semua menatap Yerin sambil mengerutkan keningnya. Seolah-olah sedang bertanya, 'Ada apa?'

"Lemari Chungha. Kita harus buka lemari itu secepatnya."

Sejeong mengangguk setuju, "Gue pikir, yang buang-buang barang itu bukan nyokapnya Chungha, tapi bibinya. Bibinya ngga mungkin ngebuang barang berharga semacem handphone, 'kan? Pasti dia simpen handphone itu di suatu tempat."

"Bener juga."

"GAES!! GAES!!"

Mereka semua kompak menoleh ke arah pintu masuk kantin, bukan mereka saja. Bahkan hampir semua orang yang ada di kantin pun langsung mengalihkan pandangannya pada pintu masuk kantin, ke arah suara pekikan itu berasal. Ternyata itu adalah Joy.

"Malu-maluin, anjir." gumam Hanbin mendudukkan kepalanya, merasa malu melihat tingkah Joy.

"Joy! Sini!"

Joy mengangguk dan segera berlari menghampiri meja Jennie dan teman-temannya. Ia segera mendudukkan dirinya di atas bangku dengan nafas yang masih memburu.

[✓] Who Did It - They Did ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang