WDI : 3O

1.3K 226 33
                                    

"Daniel..."

Daniel segera mengunci pintu kamarnya lalu membuang kunci tersebut secara asal. Ia berjalan mendekati Jennie dengan santai, seolah tidak terjadi apapun.

Setelah sampai di hadapan Jennie, Daniel langsung mendorong tubuh Jennie dengan kuat sehingga Jennie jatuh di atas kasur mewah miliknya.

Daniel terkekeh lalu ikut duduk di kasurnya berhadapan dengan Jennie.

"Iya, ini Kang Daniel. Kaget, 'kan?"

Jennie bergerak mundur untuk menjauhi Daniel yang duduk didepannya. "Jadi, semua ini perbuatan lo?"

"Bener banget! Gue yang ngelakuin semua itu."

"Sendirian?"

"Ngga dong. Hihihi..."



"Doyoung, 'kan?"

Daniel terlihat terkejut, sangat-sangat terkejut. Pria itu sepertinya tidak menyangka jika Jennie sudah lama mengetahuinya. "L-lo tau?"

Jennie membalas tatapan Daniel lalu tertawa sumbang. "Ternyata dugaan gue bener lagi, kalian berdua pelakunya."

"Tapi lo telat, mereka semua udah mati."

Jennie kembali terkekeh. "Gue udah bilang ke mereka semua, gue juga udah lapor ke polisi kalo lo sama Doyoung itu pelakunya. Tapi... ngga ada yang percaya. Mungkin karena, gue belum punya banyak bukti dan gue juga ngga tau alasan kalian berdua ngelakuin semua ini."

"Kejadian satu tahun yang lalu, lo lupa?" Daniel langsung mengalihkan pandangannya ke arah jendela kamarnya. "Ada murid pindahan di sekolah lo, namanya Kang Daniel. Kalian selalu maki-maki dia karena ngga punya orangtua yang lengkap, dia miskin, dia bego... dia... kalian cuma mandang dia dari penampilan luarnya, kalian ngga tau sifat asli dia─"

"Lo ngelakuin semua ini karena mau balas dendam sama mereka?"

Daniel kembali menoleh pada Jennie, lalu mengangguk tanpa ragu.

"Bukannya lo udah ngelupain kejadian itu? Sekarang, kita semua temen, Niel." ucap Jennie parau, gadis itu mulai sulit mengontrol air matanya.

Daniel terkekeh sarkas. "Temen? Gue ngga butuh temen. Gue butuh kalian... cuma buat gue bunuh."

"Bukannya lo punya trauma sama pembunuhan? Itu semua bohong juga?"

"Gue sempet trauma, karena gue hampir ketauan pas ngebunuh seseorang."

"H-hah?"


"Lo mau tau, alasan gue pindah sekolah ke sekolah kalian?"

"Lo jadi korban bully disekolah lo yang lama, iya, 'kan?" tanya Jennie cepat, namun terdengar ragu.

"Bener banget! Tapi, ada satu alasan lain."

"Apa?!"


Daniel sedikit bergeser dan mendekatkan mulutnya pada telinga Jennie sebelum melanjutkan ucapannya. "Gue ketauan guru waktu dorong siswi di rooftop, hihi,"

Jennie terbelalak dan refleks mendorong tubuh Daniel agar kembali menjauh. "T-terus, kenapa lo ngga di penjara?! Kenapa lo ngga ketauan?!"

Daniel kembali terkekeh. "Untungnya, gue gercep langsung bunuh guru itu juga. Jadinya, gue selamat deh!"

"Dasar, psikopat."

"Mau gimana lagi." Daniel mengedikkan bahunya acuh. "Darah psikopat sudah mengalir lancar di keluarga Kang."


Kini giliran Jennie yang terkekeh sinis. "Ngga semuanya. Cuma lo yang kayak gini."

"Oh ya? Kayaknya lo harus tau ini juga deh."

[✓] Who Did It - They Did ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang