WDI : Epilog

1.9K 244 30
                                    

"AAAAAAAAAA!!!"

Jennie menjerit kencang dan langsung membuka kedua matanya. Ia masih mencoba mengatur nafasnya agar kembali normal.

Dahinya mengernyit saat baru saja melihat keadaan di sekelilingnya. Kenapa ia tiba-tiba berada di kamarnya?

"Gue ngga jadi mati?"

Jennie segera menampar kedua pipinya dengan kencang.

Plak. Plak.

Ia meringis pelan. "Sakit..."


Jennie mengambil ponsel yang ada pada nakas di dekat ranjang. Terdapat ratusan bahkan ribuan  panggilan tak terjawab dari kontak yang ada di dalam ponselnya.

Jennie memutuskan untuk melakukan panggilan pada ibunya terlebih dahulu tanpa membaca satu persatu pesan yang masuk ke dalam ponselnya itu.

"Halo, ma. Kenapa─,"

"Jennie?! Ini kamu?! Ya ampun, kamu udah bangun?! Mama kangen banget sama kamu!" seru ibunya mendadak histeris di seberang sana.

Dahi Jennie kembali mengernyit. "Emangnya, Jennie─,"

"Pokoknya kamu jangan banyak gerak! Diem di kasur, oke? Bibi Mina lagi mama suruh buat beli bahan makanan di pasar. Kamu tunggu sebentar ya."

"Lah? Mama lagi dimana?" tanya Jennie mendadak lupa. Ia benar-benar tidak dapat mengingat apapun sekarang ini.

"Mama sama Papa lagi ada kerjaan di─,"

Jennie berdecak. "Luar negeri lagi?"

Terdengar helaan nafas kasar di sebrang sana, "Mama minta maaf. Tapi kerjaan kali ini bener-bener penting, Jennie."

"Hm, terserah"

Jennie segera memutuskan panggilan tersebut lalu melemparkan ponselnya dengan asal ke atas kasur.

Namun tak berselang lama, ponsel Jennie kembali berbunyi. Tertera sebuah nama di sana. 'Papa.'

Jennie mengambil ponselnya kembali dan langsung menolak panggilan tersebut. Ia segera memasukkan ponselnya ke dalam saku dan bangkit dari kasurnya.

Tenggorokan Jennie terasa sangat kering saat ini, rasanya seperti ia tidak pernah minum air lagi semenjak satu tahun terakhir.




Jennie kembali meringis saat merasakan sakit di bagian dadanya. Padahal kejadian itu cuma mimpi, tapi kenapa rasa sakitnya terasa sangat nyata bagi Jennie?

"Daniel, sialan."






Jennie segera keluar dari dalam kamarnya dan berjalan dengan hati-hati menuruni tangga.

Jennie menghentikan langkahnya saat masih berada di pertengahan tangga. Ia menarik nafasnya dalam-dalam.

"BIIIBIII!!!"

Hening, tidak ada jawaban. Jennie mengedikkan bahunya acuh lalu kembali berjalan menuruni tangga rumahnya.

Tunggu, rumahnya?








Sesampainya di dapur, Jennie langsung mengambil cangkir dan meletakkannya pada sebuah meja yang ada di sana. Ia juga mengambil botol berisi air dari dalam kulkas dan langsung mengisi penuh gelasnya dengan air tersebut.

Jennie langsung meminum habis air tersebut dalam sekali tegukan. Setelah selesai, ia kembali menaruh gelasnya.

Jennie membuka ponselnya dan berniat untuk menghubungi teman-temannya. Namun, pergerakannya tiba-tiba terhenti saat melihat sesuatu hal aneh pada ponselnya.

"Taun 2016? Bukannya sekarang masih taun 2013?"

Jennie segera berlari menuju ruang tamu. Ia bergegas mencari sebuah kalender yang biasanya menggantung pada dinding ruangan tersebut.

"Beneran... 2016?!"

Jennie menggelengkan kepalanya tak percaya. Ia kembali membuka ponselnya, lalu kembali menatap kalender tersebut.

Tidak ada yang berubah, semuanya tetap sama. Januari 2016.





Jennie meneguk salivanya kasar, ia membuka satu persatu kancing bajunya untuk memastikan sesuatu. Dan benar saja, di dalam sana terdapat luka jahit yang cukup panjang.

Jadi, semuanya bukan mimpi?

Lalu, apa yang terjadi pada Jennie selama 3 tahun terakhir?







Prang!

Jennie terlonjak saat mendengar suara pecahan yang berasal dari jendela pojok ruang tamunya.

Jennie segera berjalan dengan ragu mendekati kaca yang ada di sudut ruangan tersebut. Ia berjongkok dan memukan sebuah kertas yang menggulung kusut dan berisi sebuah batu.



Jennie segera membuka kertas tersebut dengan hati-hati. Terdapat sebuah batu dan tulisan berwarna merah di dalam kertas tersebut.




Tapi sepertinya, tulisan tersebut ditulis bukan menggunakan sebuah tinta berwarna merah. Melainkan, menggunakan darah yang masih segar.



Jennie dengan hati-hati membaca satu persatu kata yang ada di dalam kertas itu dengan teliti.

Mata kucingnya langsung terbelalak saat sudah selesai membaca semua kalimat yang ada pada kertas tersebut.





















You and your family will die soon - KD














»WHO DID IT, Officially Finished«
Start : Oktober 2020
Finish : Februari 2021

[✓] Who Did It - They Did ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang