WDI : 2O

1.1K 230 7
                                    

Jennie beranjak dari sofanya dengan malas saat mendengar bel apartemennya berbunyi. Namun setelah bangkit dari duduknya, Jennie justru diam seperti patung.

Tunggu, siapa orang yang datang ke apartemennya? Bukannya, semua teman-teman Jennie tahu sandi apartemen ini?

Jennie segera berlari dengan tergesa-gesa menuju dapur dan langsung mengambil salah satu sapu yang ada di sana untuk berjaga-jaga.

Jennie melangkah dengan hati-hati, kemudian ia langsung membuka pintu apartemen. Ia sangat terkejut dan refleks manjatuhkan sapunya saat tau siapa orang yang mengunjunginya malam-malam seperti ini.

"Lo bebas?!"

Gadis tersebut tersenyum kecil lalu mengangguk cepat. Dia adalah Joy.

Jennie memekik girang dan langsung memeluk Joy dengan erat. "Gue tau, lo bukan pelakunya! Gilaa, seneng banget gue!"

Joy membalas pelukan Jennie. Namun tak lama kemudian, ia justru melepaskannya. "Kita bisa ngobrol berdua? Di taman?"

Jennie langsung mengangguk tanpa ragu.

"Lo percaya sama mereka, Jen?"

Jennie menggeleng cepat. "Kalo lo emang pelakunya, terus kenapa lo bisa bebas sekarang?"

Joy terkekeh, lalu mengalihkan pandangannya pada jalanan yang cukup sepi. "Gue dijebak, Jen. Pembantu gue bilang, ada maling yang masuk ke kamar gue. Dan bodohnya, gue langsung percaya itu. Dia bilang, dia udah ngecek isi kamar gue dan semuanya aman. Ngga ada barang yang hilang."

Jennie mengangguk paham. "Terus?"

"Tapi kalo emang pembantu gue udah ngecek kamar gue sebelumnya, terus kenapa dia ngga nemuin barang yang disimpen si pelaku? Ngga mungkin dia tiba-tiba nemuin barang itu di dalem lemari gue, 'kan? Gue ngebuka lemari setiap hari, Jen. Dan semuanya biasa aja, ngga ada yang aneh. Ngga ada senjata di dalem sana."

"Lo bener juga..."

Joy menghela nafasnya kasar. "Gue ke sini cuma mau ngomongin hal itu. Karena sekarang... cuma lo yang masih percaya sama gue, Jen."

Jennie menggeleng tegas. "Besok pagi, lo harus ngomong langsung ke mereka, oke? Gue yakin, mereka pasti bakal percaya lagi sama lo."

"Gue ngga bisa."

"Kenapa? Lo... malu berangkat ke sekolah?" tanya Jennie pelan, berusaha untuk tidak menyinggung perasaan gadis itu.

Joy terkekeh samar dan kembali mengalihkan pandangannya pada Jennie, "Udah malem, gue pulang dulu ya. Makasih banyak udah mau dengerin penjelasan gue."

"Janji dulu! Besok lo ke sekolah, 'kan? Lo pulang naik apa?"

Joy tertawa kecil. "Oke, gue bakal mampir ke sekolah besok. Gue pulang naik taksi."

"Mampir doang?!"

Joy kembali terkekeh sambil bangkit dari tempat duduknya. Ia segera berlari menuju pinggiran jalan untuk menghentikan taksi yang lewat.

"Joy! Lo harus dateng!"

Joy membalikkan tubuhnya lalu tersenyum kecil. "Iya, Jennie! Jaga diri lo baik-baik!"

'Jaga diri baik-baik?'

Jennie mencoba berpikiran positif dan membalas senyuman Joy. Ia masih setia menatap Joy yang terlihat kesulitan untuk menghentikan taksi yang lewat.

Tapi, kenapa taksi-taksi yang lewat itu tidak berhenti saat melihat penumpang?

Mereka terus melaju seolah-olah tidak melihat keberadaan Joy yang sedang berdiri di sana.

Jennie segera bangkit dari tempat duduknya dan hendak berjalan menghampiri Joy, namun langkahnya terhenti karena sebuah panggilan yang masuk ke dalam ponselnya.

"Apa?"

"Ke kantor polisi sekarang, gue udah pesenin taksi online."

"Ngapain?"

"Gue tunggu."

Jennie menatap ponselnya lalu berdecak kesal saat Wonwoo langsung memutuskan sambungan tersebut.

Jennie kembali mengalihkan pandangannya pada Joy dan berniat untuk membantunya. Namun lagi-lagi, langkahnya harus terhenti karena Joy sudah tidak ada di sana.

Jennie menghela nafas lega. "Syukur deh kalo dia udah pulang."





°°°°°




Jennie mengerutkan kening bingung saat melihat beberapa mobil ambulan yang terparkir di parkiran kantor polisi tersebut.

Jennie memilih acuh dan melanjutkan langkahnya masuk ke dalam untuk menemui teman-temannya.

"I-ini ada apa? Dia siapa?" tanya Jennie saat melihat beberapa petugas medis sedang membawa brankar rumah sakit dan membawanya ke luar kantor tersebut.

Dan brankar rumah sakit itu tidak kosong, ada seseorang yang terbaring dengan ditutupi kain berwarna putih di sana.

"Dia Joy."

Jennie tertawa kecil, lalu memukul bahu Wonwoo pelan. "Apa sih? Bercanda lo ngga lucu."

"Kita ngga bercanda, Jen." ucap Rowoon memang terdengar serius. Sangat serius.

"Tapi, Joy udah bebas."

Dahi Doyoung mengernyit, "Bebas?"

Jennie mengangguk cepat. "Iya, Joy udah bebas. Dia bukan Joy!"

"Polisi bilang, Joy bunuh diri di dalam sel. Polisi juga ngga tau darimana Joy dapetin tali itu." jelas Sejeong sambil menunjuk tali yang dibawa salah satu petugas kepolisian tersebut.

"Ngga, dia bukan Joy! Kalian belum liat muka orang itu, 'kan? Dia bukan, Joy."

Kun terlihat menghela nafas panjang. "Kita udah liat, Jen."

"Tapi tadi... tadi, Joy ada di apartemen gue." balas Jennie sedikit bergetar.

"Lo mimpi, Jen?" tanya Daniel mencoba berpikiran positif.

"Beneran! Lo ngga percaya? Ikut gue sekarang!"




°°°°°






"Jennie, lo ngomong lagi sama siapa?" tanya Sejeong terdengar ketakutan.

Saat ini, mereka semua sedang berada di ruang CCTV apartemen Jennie. Ruangan yang sering sekali mereka kunjungi untuk mencari beberapa bukti.

"Itu Joy! Tadi Joy ada di situ! Gue serius!"

Wonwoo menghela nafas kasar, mencoba untuk mencerna kejadian di luar nalar yang baru saja terjadi pada sahabatnya itu. "Tapi ngga ada orang di sana, Jen. Lo sendirian."

"Ada Joy!" balas Jennie kekeh. "Coba puter lagi!"

Kun menurut, ia kembali memutar video tersebut sesuai apa yang Jennie perintahkan. Namun, tidak ada yang berubah. "Jennie, ngga ada siapa-siapa di sana."

"Lo anak indigo?"

Jennie mengabaikan pertanyaan Daniel. Ia masih menatap layar komputer itu dengan tidak percaya.

Jennie akui, Joy yang ia temui memang sedikit berbeda. Tubuh Joy terasa dingin saat pertama kali Jennie memeluknya.

Tapi Jennie sangat yakin, Joy memang ada di sana. Bahkan, Jennie bisa merasakan sentuhan dan hembusan nafasnya.

Namun pada kenyataannya, tidak ada siapapun di sana. Hanya ada Jennie yang terlihat sedang mengobrol di taman dengan angin lewat di sampingnya.






















"Joy yang tadi lo liat, dia ada bayangannya? Kalo ngga ada, mendingan lo mulai hati-hati deh, Jen."

[✓] Who Did It - They Did ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang