"Kenapa balik sekarang? Gue udah bilang, di sini belum aman."
Kedua gadis yang baru saja tiba di bandara itu hanya mampu menunduk saat mendengar ocehan dari gadis bermata kucing tersebut.
"Momo pengen ngunjungin makam Ten."
"Sana juga."
Gadis bermata kucing itu ─ Jennie, menghela nafas kasar, "Jadi, kalian bakal pindah ke sini lagi?"
Kedua gadis itu hanya mengangguk kompak.
"Kalo kalian ketemu Daniel gimana?"
"Jennie sendiri gimana?"
Jennie mengernyit, "Maksudnya?"
"Gimana kalo Jennie ketemu Daniel juga? Jennie sendirian di sini. Sekali-kali pikirin diri sendiri dulu, baru orang lain." sahut Sana sekaligus memberi saran.
Jennie terkekeh keras, "Kalian mau mati sekarang? Kalian harus inget, Daniel itu bukan orang sembarangan."
"Dia orang jahat. Kita harus jadi jahat juga biar bisa bales semua perbuatan dia, 'kan?"
Tunggu, Jennie tidak salah dengar, 'kan?
Mengapa sikap Momo dan Sana tiba-tiba berubah drastis?
°°°°°
"Lo kenapa sih, Jane?"
Jennie masih sibuk meneguk minuman di tangannya, mengabaikan pertanyaan gadis keturunan Thailand itu.
"Mimpi buruk lagi?"
Jennie langsung menghentikan aktivitasnya, lalu mengangguk singkat, "Semalem, Wonwoo datang ke mimpi gue lagi."
"Terus?"
"Dia bilang, rencana yang bakal gue lakuin itu salah."
"He's right."
"Lalisa, ngga ada cara lain. Lo masih percaya sama polisi di sini?"
Lisa mengangguk ragu, "Kalo lo punya bukti tentang perbuatan Daniel, gue yakin dia pasti bakal dihukum seberat-beratnya."
"Tapi kenyataannya, semua bukti perbuatan Daniel tiba-tiba hilang ngga ada sisa."
"He's a devil."
"Lebih dari itu." Jennie terkekeh lalu kembali meneguk wine-nya dengan cepat. Pikirannya benar-benar kacau. Ia hanya ingin melupakan semua kejadian yang terjadi di hari ini, dan kalau bisa kejadian di masa lalunya.
"Tapi nyokap lo bilang, orang yang mau bunuh lo itu udah di penjara. Bener, 'kan?"
"Dia bukan Kang Daniel."
"Lah? Terus siapa?"
"Psikopat lain."
°°°°°
Jennie berjalan memasuki ruangan yang cukup luas dan mewah dengan santai. Ia segera mengambil sesuatu dari dalam sakunya untuk berjaga-jaga.Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah kasur, televisi, kulkas, AC sampai kamar mandi pribadi. Ini lebih mirip hotel dibandingkan dengan penjara pada umumnya.
"Jung."
Seorang pria yang sedang berbaring di sana terlihat memutar bola matanya jengah. "Ngapain lo dateng ke sini lagi?"
"Ini beneran penjara?"
Pria tersebut segera berjalan menghampiri Jennie yang sedang berdiri di pintu masuk ruangan. Ia mengambil pisau yang ada di lengan kanan Jennie dan melemparnya asal.
Jennie menyengir lebar. "Buat jaga-jaga. Lo juga psikopat, Jung."
"Mabok lo?"
"Lo belum jawab pertanyaan gue."
Pria tersebut menghela nafas, "Gue udah bilang, gue ngga tau dimana Daniel sekarang. Tapi yang pasti, Daniel sama tuan Kang masih hidup."
"Terus, nyonya Kang?"
"Udah meninggal... dibunuh tuan Kang."
Jennie mendadak terdiam.
Entah kenapa, ia merasa tidak terkejut lagi saat mendengar hal tersebut. Jennie sudah menduganya, nyonya Kang adalah orang baik. Dia hanya ingin melindungi suami dan anaknya.
"Lo harus hati-hati."
Jennie hanya menganggukkan kepalanya. Ia menatap pria yang berdiri di hadapannya itu, kemudian terkekeh pelan.
Pria itu adalah seseorang yang hampir mencelakai dan membunuh Jennie. Pria itu adalah salah satu dari ratusan orang suruhan Daniel.
"Gue serius, mereka masih ngincar lo."
Jennie terkekeh, ia kembali berbalik, "Lo tenang aja. Gue yang bakal bunuh Daniel duluan."
-----Lalisa Manoban
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Who Did It - They Did It
Mystery / Thriller❝ Jadi, siapa pelaku yang sebenarnya? ❞ 「Jennie ft.96 Line」 Season 1 : WHO DID IT Season 2 : THEY DID IT