WDI : 21

1.2K 227 29
                                    

Sudah satu minggu sejak kematian Joy, tidak ada lagi kasus pembunuhan yang terjadi. Untuk saat ini, sekolah bisa dikatakan sudah cukup aman untuk kembali digunakan oleh para siswa.

Bahkan, kepala sekolah kembali membuka beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang sempat terhenti karena kasus itu.

"Syukur deh, ngga ada korban lagi." ucap Kun sambil meminum jusnya dengan santai.

Rasanya, sudah lama sekali mereka tidak pernah berkumpul di kantin sambil bersantai seperti ini.

"Lo liat, Jen? Udah gue bilang, Joy itu pelakunya."

Mungkin Daniel benar, Joy adalah pelakunya.

Jennie hanya mengangguk membenarkan ucapan Daniel. Padahal jauh di dalam lubuk hatinya, ia masih ragu. Entah kenapa, ia sangat yakin jika Joy bukan pelakunya.

"Sejeong sama Doyoung kemana? Tumben ngga ngantin." tanya Rowoon tiba-tiba.

Daniel menggeleng "Ngga tau. Tapi menurut gue ya, akhir-akhir ini mereka berdua aneh banget."

"Maksudnya?" tanya Wonwoo bingung.

Kun ikut mengerutkan keningnya, "Mereka lagi berantem?"

Daniel mengangguk setuju. "Nah, bisa jadi. Biasanya kan mereka berduaan terus, tapi sekarang malah jauh-jauhan. Sejeong pergi ke Timur eh Doyoungnya pergi ke sebelah Barat."

Drrt... Drrt..

Daniel menunjuk ponsel Jennie yang berbunyi menggunakan dagunya. "Bunyi tuh."

"Gue ke kelas duluan ya."

Jennie segera bangkit dari tempat duduknya. Setelah itu, ia langsung berjalan menuju kelas, meninggalkan teman-temannya yang nampak kebingungan.





°°°°°




"Ini."

Pria tersebut langsung menerima barang yang Ten berikan. "Makasih ya, bang."

"Yoi, hati-hati ya. Kalo ada apa-apa, lo langsung kabarin gue." balas Ten sambil menepuk pelan bahu pria tersebut.

Pria tersebut hanya mengangguk lalu berjalan menjauh dari Ten dengan terburu-buru. Sepertinya, pria itu menyadari keberadaan Jennie yang sedang bersembunyi di belakang pintu kelasnya.

Ten terlihat menghela nafas lalu hendak berjalan memasuki kelasnya. Bertepatan dengan itu, Jennie langsung muncul dari balik pintu.

"Ten!"

"Jennie?!"

Jennie langsung menatap Ten tajam, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada, "Lo kenal sama anak itu?"

Ten masih terlihat mematung. Namun tak berselang lama, ia mengangguk kikuk, "I-iya, dia Soobin."

"Kalian habis ngapain?"

Ten menggaruk tenguknya. "Ngga ngapa-ngapain."

"Gue liat, lo ngasih flashdisk ke Soobin." ucap Jennie serius, masih menatap Ten tajam. Sangat tajam.

"Ya terus?"

"Flashdisk itu isinya apa?"

"Gue ngga tau." jawab Ten sambil menggeleng tegas.

"Lo pikir gue percaya?"

"Sumpah, gue ngga tau. Hanbin yang nyuruh gue buat ngasih flashdisk itu ke Soobin."




°°°°°




"Ada korban lagi!"

"Hah?!"

Daniel segera menarik Jennie menuju lapang basket sekolahnya. Sementara Rowoon, Wonwoo, dan Kun sudah ada di sana.

"Mereka siapa?"

Rowoon yang berdiri di samping Jennie langsung menoleh. "Hanbin."

"Hanbin? Terus yang sat─,"

"Soobin." sela Sejeong yang baru saja datang, disusul Doyoung yang tertinggal jauh di belakangnya.

"Kok lo tau?" tanya Kun mendadak curiga.

Sejeong memutar bola matanya malas. "Lo ngga denger banyak anak-anak yang neriakin nama Hanbin sama Soobin?"

Mereka semua diam setelah mendengar penjelasan Sejeong. Hampir saja mereka berpikir Sejeong pelakunya, ternyata bukan.

"Berarti, pelakunya masih ada dong? Joy bukan pelakunya?"


Mereka saling bertukar pandang satu sama lain setelah mendengar perkataan Kun.

Benar, pelakunya masih ada. Pelakunya mungkin ada diantara mereka bertujuh.

Atau mungkin, diantara mereka bersebelas. Momo, Sana, Jeongyeon atau Ten?

Atau mungkin, orang lain? Orang yang mempunyai dendam pribadi terhadap mereka?

Semuanya memang terdengar masuk akal, tapi semua alasan itu belum tentu benar.





"Berarti, pelakunya masih hidup?"

"Lah iya, anjir!"

"Belum selesai?!"

"Pelakunya bukan Joy sama Hanbin?!"

"Seriusan?!"

"Jadi, siapa pelaku yang sebenernya?"

"Ngga ada yang tau!"

Tanpa mereka sadari, ada dua orang yang saling bertukar pandang. Mereka berdua sedang menahan agar tidak mengungkapkan rasa bahagiannya karena telah berhasil membunuh korban lain. Membunuh temannya sendiri.

Oh ayolah, mereka terlalu naif sehingga tidak menyadari jika kini pelakunya sedang ada diantara mereka.

Pelakunya sedang berdiri diantara mereka sembari menyeringai puas.

'Dasar bodoh.'

[✓] Who Did It - They Did ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang