Daniel tersenyum, lebih tepatnya menyeringai. Ia berjalan mendekati Jennie dan tiba-tiba memeluk tubuh gadis itu dengan sangat erat. Sementara Jennie masih terdiam karena terkejut.
"Kangen."
"Najis."
Daniel terkekeh, dengan cepat ia melepaskan pelukannya saat gadis itu terus memberontak, "Lo masih punya temen, Jennie?"
Jennie terdiam.
"Maksud gue, lo punya temen yang masih hidup?" Daniel tertawa keras. "Semua temen lo udah mati, 'kan? Sekarang, lo sendirian."
Jennie menatap Daniel, lalu tersenyum kecil, mencoba menanggapi pria itu, "Ngga semua. Lo temen gue juga dan buktinya sekarang lo masih hidup, 'kan? So, gue ngga sendirian."
Daniel terdiam sejenak, wajahnya mendadak berubah serius. Ia kembali menatap manik Jennie lurus, "Ayo buat kesepakatan. Mati bareng atau lupain semuanya terus kita hidup bareng."
"Hidup bareng?" Jennie menggeleng tegas. "Ngga mau dua-duanya."
Seorang pria berpakian hitam tiba-tiba keluar dari dalam bangunan tua tersebut dan berjalan mengampiri Daniel.
Sesuai dugaan, pria tersebut adalah Kun.
"Sebenernya, apa tujuan kalian?"
"Keluarga kita...musuh bebuyutan. Dan yang jelas, keluarga kita ngga bisa akur. Ralat, ngga akan pernah akur— sampai kapan pun. Dan nanti pada akhirnya, akan ada satu keluarga yang kalah dan menghilang dari dunia ini untuk selamanya."
"Gue pasti menang."
"Dan gue ga mungkin kalah di pertarungan ini, Jane."
"Kalo lo punya masalah cuma sama gue, kenapa lo bunuh semua temen-temen gue juga? Mereka ngga punya salah sama lo, bajingan."
"Terus, gue harus anggep semua bully-an mereka di masa lalu cuma sebagai angin lewat gitu?"
Jennie terdiam. Ia benar-benar ingat dengan jelas bagaimana perlakuan teman-temannya pada Daniel di masa lalu.
Saat itu, Daniel tidak punya teman. Jennie selalu melihat Daniel duduk sendirian di taman belakang sekolah dengan penampilan yang berantakan karena dirundung oleh beberapa siswa.
Hampir satu bulan berlalu, akhirnya Jennie berani membuka mulutnya dan menceritakan kepada guru tentang perlakuan buruk teman-temannya kepada Daniel.
Setelah Jennie melaporkannya, Daniel tidak pernah diganggu lagi. Tapi tentu saja ada banyak kerugian yang dialami Jennie. Salah satunya adalah tentang teman-temannya yang mulai menjauhinya selama beberapa hari.
Saat teman-temannya menjauh darinya, Jennie hanya bermain dengan Wonwoo, Rowoon, Kun dan Daniel. Semua teman perempuan Jennie ikut menjauhinya karena takut Jennie akan melaporkan hal aneh tentang mereka kepada gurunya.
Namun seiring berjalannya waktu, mereka semua mulai tumbuh dewasa dan perlahan menyadari kesalahan mereka. Mereka semua akhirnya berbaikan dengan Daniel dan berteman.
Mereka berjanji untuk tidak menyimpan dendam jika Daniel berbuat sesuatu yang buruk kepada mereka di masa depan—sampai Daniel merasa puas dan memaafkan mereka dengan tulus. Dan sekarang, mereka yang membuat janji tersebut pasti sangat menyesali semuanya.
"Lo tetep harus pilih satu tawaran, Jen." ucap Kun tiba-tiba.
Jennie kembali menggeleng, "Kalo gue ngga pilih satupun?"
"Percuma." Daniel kembali menyeringai. "Lo ngga bakal bisa keluar dari sini hidup-hidup."
Jennie menyeringai, "Kalo gitu, ayo mati bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Who Did It - They Did It
Mistero / Thriller❝ Jadi, siapa pelaku yang sebenarnya? ❞ 「Jennie ft.96 Line」 Season 1 : WHO DID IT Season 2 : THEY DID IT