TDI : O8

577 136 11
                                    

Seorang gadis kecil tengah menangis di tepi jalanan taman sembari memeluk erat anak kucing yang masih sangat kecil di tangannya.

Gadis tersebut menoleh saat ada seorang anak laki-laki yang ikut duduk di sampingnya.

Anak laki-laki tersebut tersenyum lalu bertanya, "Kenapa?"

"Tadi ada orang yang ngga sengaja nabrak ibu dari anak kucing ini, terus dia kabur." Gadis kecil tersebut menatap lurus induk kucing yang sudah tergeletak di jalanan. "Jane mau bawa pulang dan rawat anak kucing ini, tapi nanti ibu Jane pasti marah. Jane bingung."

"Coba liat anak kucingnya."

Jane menurut, ia langsung memberikan anak kucing tersebut tanpa ragu.

Anak laki-laki itu berdiri lalu membawa anak kucing itu menuju semak-semak.

Karena merasa penasaran, akhirnya dengan cepat Jane mengikuti anak laki-laki itu menuju semak-semak.

Anak laki-laki itu mengeluarkan benda tajam dari sakunya lalu menoleh pada Jane. "Mau coba?"

Jane menggeleng tegas.

Anak laki-laki itu mengangguk singkat. Ia langsung menikam tubuh kucing tersebut berulang kali hingga tidak bergerak lagi.

"Sekarang anak kucing ini bakal ketemu keluarganya lagi di surga, mereka bakal hidup bahagia di sana."

Jane hanya diam ketakutan. Ia kembali menatap anak laki-laki itu yang juga sedang menatapnya.

"Di masa depan nanti, kita pasti bakal ketemu lagi." Anak laki-laki itu mengusap rambut Jane dengan tangannya yang masih berlumuran darah. "Bukan sebagai teman, tapi musuh."

Beberapa tahun kemudian, anak laki-laki tersebut benar-benar menepati janjinya dengan datang dan merusak kehidupan Jennie tanpa henti.




°°°°°




Sepulang dari pemakaman Momo dan Sana, Jennie berniat mengunjungi rumah orang tuanya untuk memeriksa kondisi mereka.

Sekarang, sudah seminggu berlalu sejak Jennie pertama kali meninggalkan rumahnya tanpa pamit. Ia pikir kedua orang tuanya akan khawatir dan mencoba menghubunginya berkali-kali, ternyata tidak. Tidak ada satupun pesan masuk dari kedua orang tuanya selama satu minggu tersebut.

Setelah tiba, Jennie benar-benar khawatir. Rumah terlihat sangat sepi bahkan pintu gerbang terkunci. Ia segera merogoh sakunya dan menghubungi orang tuanya.

"Mom! Kalian baik-baik aja, 'kan? Sekarang kalian ada dimana? Kenapa rumah—,"

"Calm down, Jennie. We're okay." sela nyonya Kim cepat.

Jennie menghela nafas lega, "Terus kenapa gerbangnya dikunci? Kalian lagi di luar?"

Hening beberapa detik, lalu nyonya Kim menjawab, "Jennie, mamah sama papah lagi ada urusan di luar negeri. Maaf mamah ngga sempet—, "

"Kalian mau jadiin Jennie tumbal lagi?"

"Maksud kamu apa, Jennie?"

"I already know everything and I'm scared. Keluarga Kang bakal nyamperin kita ke sini, 'kan? Tapi, kalian kabur ke luar negeri? A coward will always be a coward. "

"Jennie Kim!"

Jennie segera memutuskan sambungan tersebut. Ia benar-benar ingin menangis, tetapi tidak bisa. Itu hanya akan membuang-buang waktu, pikirnya.

Jennie kembali menatap layar ponselnya saat ada pesan masuk dari Taehyun.

Taehyun
Lapor polisi ngga ngejamin semuanya bakal selesai.
Ngga ada cara lain.
Bunuh Daniel dan Kun secepatnya,
sebelum mereka bunuh lo duluan.

Taehyun, memang benar.

Tetapi pertanyaannya , apakah Jennie sanggup melakukan hal tersebut atau tidak?




°°°°°



"Kenapa, Jae?"

"Lalisa nyariin lo. Dia bilang mau ngasih tau sesuatu." balas Jaehyun dari seberang sana.

Jennie mengernyit, ia tetap melanjutkan langkah kecilnya menuju suatu tempat, "Tentang?"

"Jihyo...hilang."

Jennie terdiam.

"Let's talk seriously." ajak Jaehyun tiba-tiba. "Sekarang, lo dimana? Lo bolos kelas lagi?"

"Jae, gue lagi ada urusan."

"I didn't ask that. Lo dimana?"

Jennie menghentikan langkahnya. Ia menghela nafas panjang saat melihat penampakan bangunan tua yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

"Jennie?"

"Hutan."

"Lo gila?!" pekik Jaehyun panik. "Jangan kemana-mana. Gue bakal datang ke sana secepatnya, oke?"

"No, Jae. Ini urusan gue. Jangan ikut—, "

"Cepet cari tempat sembunyi dan jangan keluar sampe gue dateng!"

"Jaehyun... "

"Jangan cari Daniel sendirian!"

Jennie kembali diam.

"Jennie! Lo masih dengerin gue, 'kan?"







Jaehyun, terlambat.

Sekarang Daniel sudah berdiri di hadapan Jennie dengan seringaian khas di wajahnya.

[✓] Who Did It - They Did ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang