"Seperti apa aku berperilaku, seperti itu lah aku akan diperlakukan."~Riri~
________________Happy Reading:)
"Lo ngerasa ada hawa aneh nggak sih?" ujar Rangga pertama kali.
Mereka tengah berkumpul seperti biasa di kelas, ketika hampir seluruh siswa siswi Angkasa menyerbu kantin. Lapar? Tentu saja, paling-paling salah satu dari mereka memilih nitip jajanan pada teman sekelas yang baik dan mau maunya dititipin.
"Jadi agak horor nggak sih? Gue curiga kelas kita kedatangan penghuni baru," Erga mencoba menerka, dirinya duduk diatas meja sementar Rangga dan Dante duduk di kursi depannya.
"Ngaco lo, setan juga mikir-mikir kali kalo mau ngehuni kelas kita, ada lo, muka lo kan lebih serem," Dante mencibir.
"Bangsat!"
"Bukan, goblok! Aelah temen gue emang otaknya pada sekarat," Rangga mendesah kesal, matanya melirik kearah Dante di sisi jendela kiri, lantas berganti ke arah Arkan yang tertidur pulas di belakang kelas, "ada yang aneh antara kembaran batu sama kulkas tidur?"
"Siapa kembaran batu? " tanya Dante.
"Kulkas tidur siapa lagi anjir?" Erga ikut bertanya.
Rangga berdecak sinis, kesal karena dua manusia otak udang didepannya adalah sahabat seper-bobrokannya.
"Ada yang aneh sama Denta ama Arkan, mereka main diem-diem an," lanjut Rangga tak ingin menyudahi acara gibahnya.
"Kan emang mereka biasanya diem kampret!"
"Tapi ada hawa mencekam, anjir, apalagi kalo mata mereka saling lirik, Heehh! Tikungan teman aja kalah cuy."
Dante mendesis, sedikit setuju dengan pendapat Rangga yang diangguki Erga. Arkan dan Denta sedikit aneh hari ini, macam ada hawa pembunuhan eh permusuhan. Walau mereka memang sudah terbiasa dengan mulut diam tidak peduli, namun diam kali ini berbeda. Apalagi saat mereka bersitatap seolah tengah mengatakan 'Apa lo?! Mau adu bacok?! ', begitu teori Dante.
"Perlu panggil Ahmad nggak?" Erga berbisik, takut-takut kalau tokoh utama bahan gosipin hari ini mendengar.
"Ngapain panggil Ahmad?"
"Suruh ruqyah lah bego! Pinter Ahmad kalo baca ayat kursi, pasti setan yang pada nempel dibadan Arkan sama Denta langsung minggat!" jelas Erga lagi.
Dante mengangguk, " Denger-denger, bapak nya Ahmad ustadz njir, jenggotnya tebel, serem."
"Lo pernah liat emang? Kalo jenggot tebel mah pak Slamet juga punya, ya kan, Ga?" ucap Rangga, menatap Erga saat menyebutkan nama plesetan ayahnya, Samuel menjadi Slamet.
"Yoi, pak Slamet malah lebih serem, tapi tetep kece kayak anaknya," sahut Erga narsis dadakan.
Atasnya, Erga mendapat decakan kesal dari Rangga juga Dante.
Begitu saja, gibahan mereka masih berlanjut tentang bapaknya Ahmad yang katanya ustadz atau Kyai, atau pak Samuel yang katanya garang sekali sampai Erga suka jadi kucing ketakutan dirumahnya, lantas kembali lagi pada rencana meruqyah Arkan dan Denta yang katanya keliatan aneh hari ini.
Sampai pintu kelas mereka diketuk seseorang "Permisi."
Keempat pasang mata yang ada dikelas itu—kecuali Arkan yang tertidur— serentak mengalihkan tatap ke arah pintu, melihat cewek pendek dengan sebuah kotak ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIRI || Heartbreak! (On Going)
Teen Fiction[AKU TANTANG KALIAN BACA SAMPAI PART 3, SIAPA TAU JATUH CINTA;)] Riri hanya gadis yang terlihat polos dan kekanak-kanakan, ramah dan mau menerima siapa saja dalam hidupnya. Senyum polos selalu ada dibibir mungilnya, menarik tanpa sadar orang disekit...