PS: Minta tolong dong, yang jadi silent readers jangan diem-diem bae dong, sakit aku tuh didiemin gini. ( ・ั﹏・ั)
Gatau kadang, aku tuh bisa semangat banget lewat vote dan komen:'v So, luangkan satu detik buat klik bintang yah:)
Happy Reading:)
"Beri aku masa, bahwa denganmu kini aku mulai menaruh rasa."
~Riri~
________________
Riri meremas ujung switer putih yang kini melekat pada tubuhnya, rok pendek sejengkal di atas lutut memperlihatkan kakinya yang bergerak gelisah, sekali lagi matanya menatap jalanan dengan tatapan rumit.
Tristan yang sejak tadi diam sambil mengemudikan mobil sudah menghela nafas berulang kali atas tingkah Riri hari ini. Tante Aira memintanya untuk menjemput Riri sore ini setelah jam kuliahnya selesai, Tristan sudah dengar tentang kepindahan bunda Riri, tentu saja.
"Lo beneran nggak papa?" tanya Trista cemas.
Riri mengangguk singkat, senyumnya terbit kurang meyakinkan.
Riri sakit, itu yang Tristan simpulkan kala merangkul Riri tadi saat di rumah. Riri bilang, cewek itu demam sejak kemarin karena terlalu lama bermain air. Tristan berusaha percaya, namun Riri yang justru memilih mengenakan rok pendek membuatnya gemas.
"Lo harus ganti pake celana panjang nanti, makin malem makin dingin."
"Kak Tristan nggak perlu khawatir," sahut Riri.
Tristan mendengus. "Gue mau khawatir sama lo atau nggak itu hak gue, jadi lo nggak bisa ngelarang gue berhenti lakuin itu, " tegas Tristan membuat Riri memilih bungkam.
Tristan sudah Riri anggap sebagai kakaknya sendiri, meski Belva tentu tidak akan menerima itu. Tapi ternyata, mengabaikan pengakuan cowok di samping nya berminggu lalu bukanlah hal mudah, apa lagi sikap Tristan jauh lebih terbuka pada Riri sekarang, cowok tersebut kerap kali terlalu jujur mengungkapkan perasaannya.
Riri kadang merasa kurang nyaman, tapi mau bagaimana lagi? Hanya Tristan yang mau memperlakukan dirinya dengan baik selain bunda.
"Ayo turun, bunda lo udah nungguin di dalem, " ajak Tristan menyadarkan Riri dari lamunannya. Sebelum membantu Riri keluar dari mobil, Tristan menyuarakan tanya, "Gue masih heran, kenapa lo nggak ikut pindah aja? Atau kenapa tante Aira harus pindah sejauh ini dari rumah lo?"
Sebagai tanggapan, Riri tersenyum pada Tristan.
Riri mengedarkan pandang saat sudah berada di depan rumah yang terlihat sederhana, namun mewah ketika sudah masuk kedalam. Bukan bangunan berlantai dua seperti rumah nya, dan rumah ini terasa cukup menyejukkan dengan berbagai tanaman yang berada di halaman nya.
Bunda suka rumah dan suasana yang seperti ini?
Riri menemukan bunda di ruang makan yang segera berhambur memeluknya kala ia memunculkan diri dengan raut masih penasaran dengan rumah ini, pun setelah bunda mengajaknya duduk di salah satu kursi kayu yang mejanya sudah tersaji makanan.
"Ada yang mengganggu pikiran kamu, Nak?" tanya Aira cemas.
Riri baru menoleh dan mengamati muka bunda yang terlihat baik-baik saja, memunculkan tanya, apa bunda bahkan tidak perlu Riri untuk menemani setiap harinya? Atau bunda diam-diam juga sudah lelah hidup dengan Riri yang tidak pernah bisa di terima di keluarganya?
Riri sangat penasaran, rayuan semacam apa yang digunakan Malvin sampai mau tinggal di sini tanpa Riri bersamanya?
"Sayang?" panggil bunda lagi, kali ini disertai tatapan bingung. Matanya sempat menuntut tanya pada Tritan yang kini duduk di sebrang meja, namun Tristan pun sama tak mengertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIRI || Heartbreak! (On Going)
Teen Fiction[AKU TANTANG KALIAN BACA SAMPAI PART 3, SIAPA TAU JATUH CINTA;)] Riri hanya gadis yang terlihat polos dan kekanak-kanakan, ramah dan mau menerima siapa saja dalam hidupnya. Senyum polos selalu ada dibibir mungilnya, menarik tanpa sadar orang disekit...