28. Perubahan

215 23 14
                                    


"Aku terbiasa dengannya, kamu terbiasa dengan dia. Kita terbiasa dengan orang yang selalu berada didekat kita. Tapi, manusia bisa berubah, kapan saja, tanpa menunggu apa kita terbiasa dengan perubahan itu."

~Riri~

_____________

Happy Reading:)


Pemandangan yang kini tengah tersaji di mata Denta, entah mengapa rasanya benar-benar merusak moodnya. Ini masih pagi, dan kenapa ia harus melihat sesuatu yang menyakiti matanya? Membuatnya Denta tidak bisa untuk tidak mendengus.

Arkan dan Riri ada disamping mobilnya yang kini juga sama-sama akan parkir. Mereka berdua sampai lebih dulu, karena begitu Denta datang, keduanya tengah sibuk melepaskan helm yang dikenakan Riri. Kemudian berlanjut pada adegan merapikan rambut cewek pendek itu, diiringi cengiran polos milik Riri.

Lagi pula, sejak kapan Arkan membawa dua helm? Bahkan Arkan tidak pernah terlihat berjaga-jaga membawa dua helm, kalau-kalau mendadak harus mengantar Luna pulang.

"Whoa! Whoa—" Bukan Dante namanya kalau bukan jadi pihak yang mendramatisir keadaan. Dengan matanya yang menatap takjub apa yang menjadi objek perhatian pagi ini, otaknya memikirkan sesuatu. Katanya, "Kalo dijadiin judul sinetron di Indosiar tuh mungkin, 'Pacarku jalan dengan sahabat dekatku, sementara aku jalan dengan cinta pertamaku'."

Denta mendengus lagi.

"Gue bener kan?!"

"Berisik."

"Maaf ya." Luna yang duduk disamping Denta menunduk merasa bersalah, sejenak matanya menatap Denta tidak enak. "Gara-gara harus antar aku juga, kamu jadi nggak bisa bareng Riri," ucap nya.

"Nggak masalah, Lun. Gue emang nggak bisa jemput dia karena bunda sakit dan gue sibuk bantu ngurus Ara, lo nggak perlu ngerasa nggak enak gitu. Lagian, biasanya juga lo emang bareng gue kan, jadi santai aja."

Denta keluar mobil, diikuti Luna juga Dante yang kini mengunyah permen karet. Riri jelas langsung berjalan mendekat pada Denta, dengan senyum lebar dibibirnya. Menatap berbinar pada kakak kelas yang berstatus sebagai pacarnya.

"Pagi kak Denta. Riri tadi udah dikasih tau kak Arkan kalau kakak nggak bisa jemput Riri, Riri ngerti kok, " ucapnya, sempat menatap ragu pada Luna.

Denta diam memperhatikan Riri, juga pada jaket Arkan yang kini melingkar di pinggang Riri.

"Setelah gue pikir-pikir, lo tuh emang gatel banget ya jadi cewek?"

Riri mengerjap. "Maksudnya?"

"Minggir, lo ngalangin jalan gue." Denta berjalan melewati Riri sambil menggandeng tangan Luna. Riri jelas saja dibuat bingung dengan sikap Denta yang mendadak dingin padanya. Apa dirinya berbuat salah?

"Kak—"

"Riri, biarin."

Arkan mencegah Riri. Juga menahan sesuatu dalam dirinya agar tidak memberikan satu tinjuan pada sahabatnya itu.

"Tapi, kak Denta kayaknya marah deh. Riri harus minta maaf kalo ada salah."

Dante mendekat. "Lagi datang bulan kayaknya dia, mood nya emang lagi naik turun kayak kucing ngebet kawin. Mohon dimaklumi ya, Ri. Nanti gue minta tolong Rangga buat ngeruqyah kembaran gue."

Kebetulan sekali, Rangga datang dengan kebiasaan peluk-peluk manja dibelakang Erga. Sementara raut Rangga yang cerah berseri, Erga justru menampilkan muka penuh beban. Derita sih ya, dari orok ketempelan nya bukan cewek cantik. Tapi sahabat geblek macem Rangga.

RIRI || Heartbreak! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang