30. Dingin

166 22 4
                                    

"Dingin mu menyakitkan, tapi mengapa aku memilih tinggal? Alih-alih pergi dan mencari kehangatan."

~Riri~

_____________

Happy Reading:)

Riri sempat mengerutkan kening saat Azriel begitu semangat mengajaknya pulang bersama, tentu dengan Raya juga. Azriel bilang, mereka akan pulang menggunakan mobil yang katanya hasil cowok itu menjual salah satu ginjalnya.

Meski sempat mendapat cibiran dari Raya, Azriel tetap semangat menarik Riri menuju halte bus. Sementara Raya mendengus dengan tingkah Azriel, ia duduk sambil bersedekap, lelah meladeni cowok tengil itu.

"Itu namanya bus, Iyel! Dan itu bukan punya Iyel!" sungut Riri, saat tau kalau mereka akan naik bus.

Azriel cengesesan. "Ya kan bus itu kendaraan milik bersama."

"Terus jual ginjalnya buat apa?"

"Buat siapin mahar nikahin mak tiri lo tuh, " dagu Azriel menunjuk kearah Raya yang langsung melotot tidak terima, "katanya, dia pengen mahar mata uang asing, tapi yang banyak."

"Tapi emang Rayanya mau sama Iyel?"

"Nggak!" sahut Raya tanpa pikir panjang.

"Mau kok, cuma masih malu-malu serigala aja dia. Kalo misal tetep nggak mau, santai aja, biarkan dukun bertindak, " jelas Azriel percaya diri.

"Nggak waras emang!"

Sepertinya, Azriel dan Raya akan kembali berdebat. Karena bukan Azriel namanya kalau tidak membuat Raya kesal dan darah tinggi dengan ulahnya. Sementara itu, Riri mengecek ponselnya, menimang apakah ia sebaiknya langsung ke rumah Bunda menggunakan taxi atau dengan kak Tristan saja.

Matanya fokus pada pesan Denta yang berada di paling atas.

Kak Denta: Pulang bareng gue, tunggu di halte tempat lo sekarang.

Entah mengapa, Riri tersenyum. Ia kembali menatap Azriel yang kini sedang berusaha menggapai puncak kepala Raya namun selalu di tepis kasar oleh sang empu.

"Kalian pulang duluan aja, " ucap nya.

"Lo mau ngapain?" tanya Raya lebih dulu ketimbang Azriel, namun cowok itu juga diam menunggu jawab atas tanya yang sama.

"Riri di jemput kak Tristan, hari ini mau mampir kerumah Bunda."

"Gue lupa Bunda lo udah pindah rumah, jadi kak Tristan beneran bakal jemput lo? Gue tunggu kalo gitu sampai dia dateng."

Riri menggelengkan kepala. "Nggak usah, Iyel. Iyel pulang bareng Raya aja, kasian pasti neneknya Raya nungguin dirumah. Iyel juga mau mampir kesana kan buat minta restu?"

"Tolong ya, Ri, gue juga bisa ngegeplak kepala lo sewaktu waktu, " ucap Raya sebal.

Riri nyengir ria.

"Beneran nggak papa?" tanya Azriel masih merasa khawatir. Riri itu kalau sendirian bisa benar-benar seperti bocah ilang, gampang percaya pada orang asing, dan kadang suka mau diajak pergi sama orang tak di kenal.

Rawan kena culik.

"Riri bukan anak kecil lagi, Iyel–"

"Apa? Lo emang bukan anak kecil, tapi kelakuan lo sama kayak bocah. Meresahkan banget!" potong Azriel gemas, berikut bonus toyoran di kepala Riri.

Riri mendengus. "Bawel ih! Sana balik, lagian kak Tristan datengnya nggak akan lama kok. Ini udah dijalan katanya."

"Sabar, Ri. Busnya belom dateng."

RIRI || Heartbreak! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang