25. Hati dan pikiran

216 29 10
                                    


"Sejak awal harimu berkata 'Ya' untuknya. Hanya saja, pikirmu terus meyakinkan bahwa itu tidak nyata."

~Riri~

_____________

Happy Reading:)


"Wahh, baunya enak banget!"

Dante baru saja keluar kamarnya, ketika bau masakan buatan mama menelusup Indra penciumnya. Mata Dante sempat melihat Daddy yang sibuk bermain dengan Ara di depan tv yang menayangkan serial Upin dan Ipin yang kerap kali diprotes Ara.

Katanya, mengapa Upin dan Ipin botak sementara kedua abangnya tidak botak? Padahal mereka sama-sama terlahir kembar.

"Mama bikin apa?" tanya Dante begitu mendekat pada Rani, mamanya.

"Yang jelas bukan bikin makan kesukaan lo." Adera menyahut begitu ia datang sambil memainkan ponselnya, kemudian duduk di kuris meja makan.

Dante jelas langsung memandang sengit kakak perempuan nya. Ia mendengus, "Ini hari libur ya kak, bisa kan lo libur nyebelin juga?"

"Nggak bisa, gimana dong?"

"Gue sumpahin lo jomblo seumur hidup!"

"Hush! Nggak boleh sumpah-sumpah gitu ah." Atas teguran Rani, Dante mendapatkan juluran lidah dari Adera yang merasa menang. "Kakak juga, kenapa masih aja sih nyari ribut sama Dante terus? Udah sama-sama besar padahal, " ucap Rani menatap kedua anaknya bergantian.

Kedua nya kontan saling melototi, kemudian memalingkan muka. Membuat Rani hanya bisa geleng-geleng, membawa spaghetti pesanan suaminya yang kini sibuk bermain dengan si bungsu.

"Gue penasaran."

Dante melirik Adera setelah kakaknya berucap barusan. "Ke-kenapa?"

"Siapa yang mau pacaran sama cowok super cupu kayak lo?" tanya Adera mengangkat alis, berikut dengan tatapan mengejek yang sudah pasti ditujukan pada Dante.

"Gue nggak cupu!" bantah Dante tersinggung berat.

"Lo jelas cupu." Adera mengangguk-angguk. Tersenyum miring, "Cowok yang bahkan ampe kelas satu SD ketahuan ngompol dikelas, di bego-begoin temen-temen nya kalo di kelas, dipalakin duit ama Kakelnya ... Itu apa namanya kalo bukan cupu?"

"Lo ngarang ya?!"

"Kata Denta gitu." Adera lagi-lagi menyahut santai, berhasil membuat Dante kembali bersungut-sungut. Adera tidak memperhatikan ketika Dante membuka kulkas untuk mengeluarkan air dingin, meminumnya sambil berjalan mendekati kakaknya yang sibuk bermain ponsel. Mulut Adera sesekali menyenandungkan lirik lagi dari ponselnya dengan kepala mengangguk-angguk.

"Lo tau, Kak?"

"Nggak."

Dante berdecak sebentar, tapi masih berusaha sabar. "Dulu gue nggak percaya kalo manusia jama dulu itu bentuknya kera, " ucap Dante sok-sokan mengusap dagunya. Matanya menyipit menatap kakaknya yang terlihat tertarik dengan topik Dante.

"Terus?"

"Tapi setelah liat muka lo, gue mulai percaya deh."

Sementara otak Adera masih loading, Dante mengambil kesempatan untuk kabur dari dekat Adera sebelum kakaknya itu mengamuk dan menyiksa dirinya.

"APA MAKSOD NEH?! GUE KAYAK MONYET GITU?!" Adera ngamuk beneran, ia menoleh dan menemukan Dante yang sudah ngakak di kejauhan. Dibelakang sofa tempat yang tengah di duduki orang tua juga adik bungsunya.

RIRI || Heartbreak! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang