"Tau, apa yang menyakitkan? Aku menyukaimu dengan sungguh, sedangkan kamu mengabaikan ku dengan acuh."
~Riri~
________________
Happy Reading:)
"Gue cuma mau minta tolong." Azriel menatap kebawah sejenak sebelum melihat Arkan, yang kini juga tengah berdiri dihadapan nya.
Mereka berada dibelakang sekolah, di jam istirahat. Ide ini muncul dari Arkan yang kebetulan memang ingin cari udara segar. Di rooftop bisa sebernarnya, tapi disana sering didatangi siswa lain yang gemar membolos pelajaran.
"Boleh duduk aja nggak? Gue berasa lagi ditembak sesama cowok kalo berdiri hadapan gini, " ucap Arkan ragu.
Azriel? Tentu saja setelah melongo sesaat, tubuhnya bergerak canggung sebelum memilih duduk pada kursi panjang yang ada di sana. Arkan menyusul.
"Gua mau minta tolong, " ucap Azriel, mengulang kalimatnya. "Nggak tau kenapa, lo keliatan peduli banget sama Riri–"
"Jangan sok tahu."
"Oke, mungkin lo nggak sepeduli itu, tapi diantara empat temen lo, cuma lo yang keliatan lebih merhatiin Riri. Maksud gue, sebisa mungkin lo nggak bikin dia kenapa-kenapa, iya kan?"
Arkan diam.
"Tolong jagain dia ya, seandainya gue lagi nggak bisa ada disampingnya."
Arkan mengangkat alis. "Lo bentar lagi mati?" tanya Arkan sadis.
"Nggak gitu!"
Arkan mengedikan bahu, tanpa diberi tahu oleh Azriel pun, dirinya pasti akan tergerak untuk melakukan itu. Jauh di lubuk hatinya, sudah mengatakan bahwa ia mungkin tidak bisa membiarkan Riri terluka.
Lebih dari itu, ada sesuatu tentang Riri yang membuatnya penasaran.
"Oh iya, apa yang mau lo omongin?"
Arkan memikirkan sesuatu beberapa Minggu terakhir, sesuatu tentang Riri yang ... Ah, Arkan akan memastikan nanti.
"Gue mau nanya, sejak kapan lo kenal Riri?"
Azriel menatap langit yang hari ini cerah, mengingat kembali sudah berapa lama dirinya mengenal Riri? Atau, kapan ia pertama kali kenal Riri?
"Dari SD sih, waktu itu kelas dua ya? Soalnya pas kelas satu gue jarang liat Riri di sekolah, anaknya emang jarang masuk. Terus ya gitu, kita temenan karna Riri juga gampang deket sama orang ... Kayak semua tingkah dia tuh bikin orang disekitarnya nyaman, " cerita Azriel, sementara Arkan mendengarkan.
"Gue juga suka kalo liat dia sok-sokan nantangin anak cowok buat brantem, padahal ujungnya ya dia yang nangis. Akhirnya, gue lebih sering disamping dia, buat gantiin seandainya dia kumat ngajak anak cowok buat brantem." Sejenak, Azriel jadi ingat Riri dalam versi bocah. Pipinya yang bulat kemerahan akan menggembung tiap kali cemberut karena diganggu teman, matanya molotot sesekali kearah musuhnya. Sebelum akhirnya membusungkan dada dan mengajak berantem teman cowok yang menganggu nya.
"Apa ... Sesuatu terjadi sama keluarganya?" tanya Arkan hati-hati.
"Gue pikir, Riri itu cewek yang luar biasa aktif. Senyumnya, ketawanya, dimanapun dia berada, nggak pernah keliatan sedih sampai—Waktu itu gue nggak sengaja liat dia duduk disudut kelas pas yang lain udah pada pulang, Riri nangis. Untuk pertama kalinya gue liat dia nangis yang bener-bener nangis karna kliatan putus asa, " cerita Azriel lagi, kali ini rautnya berubah muram.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIRI || Heartbreak! (On Going)
Teen Fiction[AKU TANTANG KALIAN BACA SAMPAI PART 3, SIAPA TAU JATUH CINTA;)] Riri hanya gadis yang terlihat polos dan kekanak-kanakan, ramah dan mau menerima siapa saja dalam hidupnya. Senyum polos selalu ada dibibir mungilnya, menarik tanpa sadar orang disekit...