24. Mantep-mantep

248 30 11
                                    


"Ini sedikit tidak masuk akal, tapi ... kupikir aku menyukaimu."

~Riri~

_______________

Happy Reading;)

Riri terbatuk, hidungnya perih saat ia mencoba untuk bernafas. Dingin juga menusuk kulit nya karena badannya basah kuyup ditengah malam seperti ini. Matanya baru menatap sekiling yang sudah dipenuhi orang-orang yang mengelilingi dirinya.

Ayah!

Matanya menjelajah liar, menatap satu persatu wajah yang kini menatap Riri dengan raut berbeda-beda. Tapi seberusaha apapun, Riri tidak melihatnya lagi. Muka ayahnya tidak ada diantara mereka, tidak ada lagi seperti saat ia nyaris tenggelam tadi.

Riri menatap kedalam kolam sekali lagi.

"Ri, lo gila?!" Bentakan itu membuat Riri membeku, sepasang tangan kokoh menahan tubuhnya saat hendak melompat kedalam kolam lagi. Sekali lagi, mungkin Riri bisa bertemu dengan ayah.

"Riri ... Ijinin Riri masuk ke kolamnya sekali lagi. Riri mohon?" Mata berkaca-kaca milik Riri bertemu langsung dengan netra tajam milik Arkan, memohon agar cowok itu membiarkannya. Sekali saja.

"Lo beneran gila?" tanya Arkan pelan, tak habis pikir. Kalau saja ia tidak berada tepat disampingnya, dan mencegah Riri, cewek itu mungkin sudah kembali nyebur.

"Arkan, kita bawa masuk aja ya? Kasian dingin disini, " ucap mamanya Arkan.

Arkan mengangguk, namun sebelum ia berhasil mengangkat tubuh Riri yang kelewat mungil, Denta menahan nya.

"Biar gue aja, " ucap Denta.

"Nggak perlu."

"Gue pacarnya," tagas Denta, masih tidak ingin membiarkan Arkan membawa tubuh Riri.

"Nanggung banget, ini udah ditangan gue loh." Arkan jengah, menghela nafas kesal.

"Tinggal lepas aja lah, ribet amat."

"Lo yang ribet, ngaca bisa?"

Kemudian keduanya saling menatap sengit, membuat orang di sekitar mereka juga saling memberikan tatapan bingung. Riri kedinginan, kenapa mereka berdua masih sempat untuk berdebat?

"Aelah, anak orang keburu demam itu kalo debat dulu gitu!" keluh Dante tidak tahan.

"Ho'oh, ini kalo lagi hujan salju nih, lo berdua malah debat dulu, Riri keburu beku jadi es batu!" imbuh Rangga gemas.

Tapi seolah tidak berpikir sampai kesana, Arkan masih tetap ingin menggendong Riri, sementara Denta tetap menahan Arkan melakukan itu.

"Gue. Pacarnya." Denta menegaskan sekali lagi.

"Gue nggak peduli."

"Denta." Luna mendekat, menepuk pundak Denta. Kemudian berkata, "Semua orang disini tau, Riri itu pacar kamu. Tapi, kalau kalian tetap nggak ada yang mau ngalah kayak gini, Riri yang makin kedinginan dan dia bisa sakit."

"Tuh, dengerin!" Denta melotot pada Arkan.

Luna geleng kepala, "Aku ngomong sama kamu."

"Kenapa gue yang harus ngalah?"

"Karena kamu nggak mau Riri makin sakit, jadi biarin Arkan bawa Riri masuk, nanti kamu bisa anter dia pulang."

Denta diam sebentar.

"Lagian, kamu nggak malu bersikap kayak gini didepan banyak orang?" Kali ini Luna berbicara lebih pelan, nyaris berbisik. "Bersikap kayak gini nggak keliatan seperti kamu sama sekali, aku aja hampir ketawa loh liat kamu, " lanjut Luna terkekeh.

RIRI || Heartbreak! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang