"Akan sangat sok tahu jika aku bilang, aku mengerti apa yang kamu rasakan. Maka dari itu, cukup bersandar pada ku ketika kamu lelah dengan sakit yang kamu rasakan."
~Riri~
_____________
Happy Reading:)
"Gue curiga, kenapa rumah lo sepi banget?"
Sore ini, Azriel akan mengajak Riri untuk main kerumah Raya. Sahabatnya itu sudah berjanji sejak semalam, berhubung Riri tidak tahu Sabtu sore ingin kemana, tapi juga bosan dirumah saja.
Riri sudah meminta Azriel untuk menjemput didepan saja, tapi Azriel menolak. Azriel tetap datang sampai depan rumah dengan alasan dia membawa mobil, padahal lebih enak kalau parkir didepan saja untuk mobil. Tapi ya, Azriel kalau sudah maksa emang susah, jadi Riri hanya bisa pasrah.
Riri yang barusan tengah mengusap sweter berwarna Lilac miliknya pun menatap Azriel yang masih berdiri membukakan pintu mobil untuknya.
"Kenapa ya?" gumam Riri, masuk kedalam mobil.
"Lo nggak jawab gue, Ri?"
Mereka sudah dijalan raya ketika Azriel kembali bertanya. Riri menoleh dengan senyum khasnya, "Apa?"
"Kenapa rumah lo sepi banget?"
"Karena nggak ada orang?"
"Semua orang tau kalo tempat sepi ya karena nggak ada orang!"
"Kalo udah tau, kenapa Iyel masih nanya?" Riri berkedip polos.
Azriel kesel, beneran deh.
"Iyel, kenapa deh? Marah-marah gitu, lagi berantem sama Raya?"
"Gue nggak brantem sama siapapun. Gue cuma nggak tau, lo kayak lebih banyak diem dari pada cerita tentang keluarga Lo sekarang. Gue juga ... ngrasa kayak udah lama banget nggak jalan atau ngobrol bareng sama lo lagi."
Riri mengeluarkan tawa ringan, cukup untuk membuat Azriel mendengus lantaran keluhan nya hanya dibalas sebuah tawa oleh Riri.
"Ri, gue serius. Apa mungkin gue kangen sama lo kali ya?" tanya Azriel tersenyum jail.
"Eh-hm ... Raya bakal cemburu kalau denger Iyel ngomong gitu sama Riri, " sahut Riri.
Keduanya tertawa entah menertawakan apa. Kemudian mereka diam, Riri dengan pikirannya sendiri, Azriel dengan pikirannya sendiri.
Riri melihat orang yang seluruh tubuhnya berwarna perak ketika mobil Azriel berhenti di lampu merah, kemudian ia tersenyum kecil. Dulu, Riri selalu takut saat melihat orang seperti itu, waktu masih kecil. Tapi bunda, akan menjelaskan nya lagi dan lagi. Kalau itu sama dengan orang lain, dia manusia.
"Gue ketemu om Malvin dan Tante Aira kemarin."
Atas pernyataan itu, Riri menoleh pada Azriel sebentar kemudian meremas jemarinya.
"Rasanya aneh ketika om Malvin seolah melarang Tante Aira buat nemuin lo, " lanjut Azriel lagi.
Ah, sudah berapa hari Riri tidak melihat bunda? Terakhir kali mungkin sewaktu kak Tristan menemani nya. Riri tidak punya pilihan selain menuruti perintah Malvin, atau ia akan semakin di jauhkan dari bunda. Riri harus sedikit bersabar, dan menekan rasa gusar dihatinya yang kian brutal karena tidak kunjung bertemu bunda.
Bunda kekuatannya, dan Riri benar-benar merasa lemah berada jauh dari wanita yang sudah melahirkannya itu.
"Iyel mungkin salah paham. Bunda lagi hamil, dan nggak boleh kecapean, jadi mungkin ayah nggak mau bunda cape kalo bolak-balik nemuin Riri, " jelas Riri sesantai mungkin, menyembunyikan tangannya yang sedikit gemetar kebalik saku sweter.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIRI || Heartbreak! (On Going)
Teen Fiction[AKU TANTANG KALIAN BACA SAMPAI PART 3, SIAPA TAU JATUH CINTA;)] Riri hanya gadis yang terlihat polos dan kekanak-kanakan, ramah dan mau menerima siapa saja dalam hidupnya. Senyum polos selalu ada dibibir mungilnya, menarik tanpa sadar orang disekit...