21. Pesta

203 34 8
                                    

"Aku menyukaimu, kamu menyukai nya. Ingin tau apa yang lucu? Tidak ada, karena ini menyakitkan."

~Riri~

______________

Happy Reading:)

Riri baru saja sampai rumah setelah diantar ojol ketika sebuah motor yang ia kenali berhenti di depannya. Alis Riri bertaut penasaran.

"Kak Arkan ngapain?"

Arkan, kakak kelasnya itu turun dari motor, melepas helmnya lantas menatap Riri dengan senyum tipis. Riri sedang memikirkan kemungkinan apa yang membuat Arkan mengikutinya sampai ke rumah, apa perdebatkan di parkiran sekolah tadi sudah selesai?

"Lo tuh emang sesuatu banget," ucap Arkan, tangannya mengusap kepala Riri yang masih menatapnya penasaran.

"Kak Arkan ada perlu apa?" tanya Riri sekali lagi. Bukan apa, melihat Arkan yang kini muncul lagi dirumahnya membuat Riri takut, juga penasaran.

Apa Arkan melihat apa yang terjadi waktu itu? Atau Arkan menyadari sesuatu tentang dirinya?

"Nggak ada apa-apa, gua cuma pengen ngecek lo makin bego apa nggak."

Mastiin kalo lo baik-baik aja.

Riri mendengus, "Lama-lama kak Arkan kayak Raya, suka bilang Riri bego."

"Kan emang bener."

"Kak!"

Arkan tertawa. Gemas, tangannya terulur lagi untuk mengacak-acak rambut Riri sampai Riri harus sedikit menjauh agar Arkan mau berhenti. Sekilas, Arkan menangkap luka kebiruan itu, di siku milik Riri.

"Badan lo masih sakit?"

Riri mendadak diam, hanya berkedip pelan menatap Arkan.

"Lo beneran jatuh di kamar mandi doang kan? Atau ... karena hal lain?" tanya Arkan ragu. Arkan tidak bisa untuk tidak penasaran soal apa yang terjadi dengan Riri, waktu itu. Arkan mungkin bisa mempercayai Riri jatuh di kamar mandi, tapi pipi merah seperti bekas tamparan itu, Arkan yakin pasti perbuatan seseorang.

Riri mungkin habis bertengkar.

"Dimana orang tua lo malam itu?"

Riri beralih tatap, membelakangi Arkan. Tubuhnya mulai sedikit bergetar, kemudian berkata pelan, "Apapun itu, kak Arkan nggak perlu tau. Riri baik-baik aja, dan nggak ada yang terjadi malam itu selain Riri jatuh dari kamar mandi."

Terdengar helaan nafas dari Arkan, tapi Riri masih tetap dalam posisinya. Riri tidak mau menaruh harap pada seseorang untuk peduli padanya, Riri benar-benar tidak mau menambah daftar kekecewaan dalam hidupnya, hanya karena berharap pada kepedulian seseorang.

Tubuh Riri menegang sebentar ketika tiba-tiba Arkan menyentuh kedua pundaknya dari belakang, menepuk pelan.

"Gue minta maaf, tapi ... kalo lo butuh seseorang buat seenggaknya bersandar karena capek buat ngrasain semua luka lo, gue siap, " ucap Arkan.

"Gue jemput lo buat dateng ke pesta Denta nanti ya?"

Riri masih diam.

"Kalo gitu gue balik."

Kemudian derum motor Arkan kembali terdengar dan menjauh. Tubuh Riri luruh segera berjongkok, tangannya terkepal erat, juga tubuhnya gemetar.

Kenapa kak Arkan bersikap seperti itu?

🍭🍭🍭

Dua hari kemudian...

RIRI || Heartbreak! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang