8. Perasaan yang meragukan

363 116 31
                                    

"Mungkin rasamu memang sudah beralih, bahkan sebelum kamu sempat berdalih."

~Riri~

_____________________

Happy Reading:)

Selama ini, selama Arkan menjalani kehidupan baik disekolah maupun dirumah, hanya satu orang yang berhasil dekat dengannya selain mamanya, itu cuma Luna.

Muara Delluna.

Arkan yang pertama kali menemukannya dulu, saat Luna menangis sesenggukan dibawah pohon ditengah hutan dengan kaki terluka. Arkan yang pertama kali mengusap air mata cewek itu di pertemuan pertama mereka, sebelum ia memberitahu Denta dan yang lain.

Arkan juga yang menyarankan agar ia dan teman-teman nya untuk selalu melindungi Luna, menjaga cewek itu dari segala bully an yang diterima nya.

Mungkin, Arkan juga yang pertama kali jatuh dalam pesona cewek baik dan lugu seperti Luna.

Dan.. Arkan yang pertama kali menjauh saat tahu perasaan nya tidak akan pernah diterima oleh Luna. Namun, seberapa pun ia menjauh, perasaan yang masih tumbuh sempurna itu tetap ada untuk Luna.

Herannya, Arkan bahkan nyaris merasa biasa saja saat mendengar Luna jadian dengan Gabriel, mahasiswa yang entah bagaimana bisa Luna kenal.

Arkan meyakinkan diri, bahwa kemarahan yang ia rasakan  adalah karena Luna sudah dimiliki cowok lain, namun seolah tidak sejalan dengan pikiranya, hati Arkan menjurus kearah lain.

Arkan merasa marah saat Riri setuju dengan ide berpacaran dengan Denta.

"Ini salah."

Pun setelah berusaha menentang apa yang tengah ia rasakan sekarang, Arkan justru berada diparkiran rumah sakit setelah mengantar Riri, cewek polos dan unik yang mengganggu pikiranya akhir-akhir ini—bahkan saat ini.

Riri ingin menjenguk Bundanya yang katanya sedang sakit, tapi Arkan yakin tidak merasa sedekat itu sampai harus repot-repot mengantarnya kerumah sakit bahkan ketika dirinya bisa saja sudah pulang sejak tadi dan tidur dengan nyaman.

Jemarinya mengusap rambutnya kasar, mengamati loby rumah sakit saat matanya justru menangkap keberadaan Riri yang setengah berlari menjauh dari sana, tubuhnya terlihat gemetar, lantas mengambil nafas dalam-dalam sebelum terlihat menghampirinya.

"Riri nggak tau kalo kak Arkan belum pulang, nungguin Riri kah?"

Meski bibirnya menyunggingkan senyum lebar, kali ini mata Riri jelas sekali terlihat redup, sedikit memerah bahkan hampir berkaca-kaca.

"Lo nggak papa?" Bunda lo nggak papa?" Tanya Arkan.

"Bunda baik-baik aja, Riri juga, kenapa kak Arkan tanya?"

Arkan berdecak, " Kenapa lo selalu nanya balik setiap gue tanya?"

Nyengir kuda adalah yang cewek didepannya lakukan, membuat Arkan mendengus lagi.

"Mau pulang sekarang?"

"Kak Arkan nawarin buat nganter Riri pulang?"

"Enggak, lagi nawarin suster yang disana tuh!" Tangan Arkan mendadak menunjuk asal kearah beberapa suster yang terlihat sedang mengajak pasien jalan-jalan, yang bodohnya dipercayai oleh Riri, kepala cewek itu bahkan mengangguk-angguk sambil matanya berkedip.

"Oh, gitu." Gumamnya.

Tuhan, benturin kepala Riri sama helm sebentarrrr aja, nggak dosa kan?!

RIRI || Heartbreak! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang