"Aku mulai menginginkannya."~Riri~
________________
Happy Reading:)
"Raya sakit?" tanya Riri.
Melihat Raya yang sejak pelajaran sampai jam istirahat diam membuat Riri penasaran. Raya biasanya akan mengomel, setidaknya memastikan Riri memakan bekalnya kalau Riri memang membawa bekal. Tapi sejak tadi Raya diam dan kebanyakan melamun, mukanya juga pucat.
"Nggak, mungkin gue cuma lagi cape aja, " jawab Raya.
Riri mengangguk, meski diam-diam mengirimkan pesan pada Azriel untuk segera datang ke kelasnya. Ah, ini mengingatkan Riri tentang ia yang salah mengirim pesan pada kak Arkan saat itu, kak Dante pernah memasukan nomor ponsel miliknya juga milik para sahabatnya, dengan alasan mungkin suatu saat membutuhkan bantuan.
Ujungnya, entah bagaimana Riri salah mengirim pesan dan membuat Arkan melihatnya dalam kondisi buruk. Untuk kesekian kalinya.
"Lo sendiri gimana? Udah nggak papa? Gue mau jenguk lo kemarin, tapi nenek gue juga lagi nggak dalam kondisi baik, gue nggak tega buat ninggalin, " jelas Raya.
"Riri baik-baik aja kok, nih liat." Riri tersenyum lebar sembari menusuk-nusuk kedua pipinya dengan dua jari telunjuk nya sendiri, "Riri udah sehat banget, hehe."
Raya terkekeh menanggapi. Kalo boleh jujur, kepalanya memang sedikit pening, juga terasa sangat berat. Kapan Raya terakhir mengisi perutnya?
"Pagi, Iyel!"
Riri menyapa Azriel yang baru saja datang dengan tergesa sebelum kemudian tersenyum lega, mengusap pelan rambut Riri yang hari ini dibiarkan terurai.
"Ini udah menjelang siang, Ri." koreksi Azriel membuat Riri nyengir.
"Badan lo anget, lo beneran udah nggak sakit? Atau mau ke UKS aja?"
Sementara Azriel sibuk memeriksa suhu badan Riri, Raya memutar bola matanya malas. Drama bapak dan anak versi Azriel dan Riri akan segera dimulai.
"Iyel jangan gitu ih, Riri beneran udah sehat." Kemudian mata Riri melirik jahil pada Raya yang duduk lesu di sebelahnya, "Raya bisa aja cemburu loh, Iyel mah suka—RAYA BERDARAH?!" pekik Riri kaget menatap hidung Raya mengeluarkan darah.
Raya refleks menyentuh hidungnya, seketika jemarinya ikut merah.
"Cuma mimisan, Ri. Jangan panik, " ucap Raya masih tenang, meski jujur kepalanya memang terasa semakin berat.
Azriel mengangguk setuju, "Bener itu cuma mimisan, Riri sayang. Raya cuma—WHAT?! LO MIMISAN?!"
"Kok Lo ikut heboh sih?" Raya mendesis sebal.
"Lo mimisan, Raya! Gue harus apa?!"
"Emm, berubah jadi Jaka Tarub?"
"RAYA JANGAN BERCANDA!" Azriel makin frustasi mengacak rambutnya, seolah bingung sendiri harus begaimana ketika Raya sibuk menyumpal hidungnya dengan tissue.
Riri berkedip beberapa saat memperhatikan Azriel yang kalang kabut.
"Gue nggak bercanda, lo nanya harus apa kan? Dan gue cuma ngasih saran, siapa tau berminat berubah jadi Jaka Tarub, " sahut Raya lagi.
"INI GUE PANIK LOH?!"
"Yaudah jangan panik." Raya meminjam cermin milik Riri, melihat apakan masih mengalir darah dari hidungnya? Sial, kenapa tidak berhenti juga?!
KAMU SEDANG MEMBACA
RIRI || Heartbreak! (On Going)
Teen Fiction[AKU TANTANG KALIAN BACA SAMPAI PART 3, SIAPA TAU JATUH CINTA;)] Riri hanya gadis yang terlihat polos dan kekanak-kanakan, ramah dan mau menerima siapa saja dalam hidupnya. Senyum polos selalu ada dibibir mungilnya, menarik tanpa sadar orang disekit...