32. Pura-pura

157 23 4
                                    

"Tidak apa-apa... Sebab segala ke-pura-pura an ini sudah membuatku amat terbiasa."

~Riri~

___________________

Happy Reading:)

"Jangan nangis!"

Raya menatap tajam Riri yang sudah berkaca-kaca di tempatnya. Oh bagus, sangat bagus malah kalau ternyata Denta memilih keputusan itu. Tapi Raya jelas tidak ingin Riri menangisi cowok seperti Denta.

"Ampe lo beneran nangis karena itu cowok, besok gue beneran ajak ribut dia, " ancam Raya sekali lagi.

Riri mengangguk, mengusap cairan yang nyaris menetes di matanya dengan cepat. "Air mata, tolong jangan keluar dulu ya ... Di stop dulu ya, nanti aja nangisnya kalo Raya udah pulang..."

"Heh!"

Riri nyengir ditengah usahanya menahan tangis. Sebenarnya, Riri juga sempat bertanya-tanya, apa benar dirinya sungguhan menyukai Denta? Tapi yah, sepertinya memang ia menyukai kakak kelasnya itu. Sejak kapan? Mungkin sebenarnya, sejak awal Riri sudah suka.

"Raya jangan marah-marah, Riri udah nggak jadi nangis kok."

Raya mengangguk. Ia naik ke atas kasur, meraih kedua sisi muka Riri. Bibir Riri bahkan sampai di buat mengerucut.

"Cowok yang lebih baik banyak, lebih ganteng, lebih sweet dan ... Yang penting bisa perlakuin lo lebih baik. Jadi, jangan pikirkan kak Denta lagi ya," ucap Raya melepaskan tangannya dari muka Riri.

"Tapi, Raya..."

"Apa?"

"Yang namanya hati udah suka, mau diluar sana ada yang lebih baik, lebih segala-galanya kayak yang Raya bilang... Riri tetep maunya kak Denta."

Kok Raya jadi gemas ya? Malas menasehati Riri lagi, Raya meraih bungkusan yang tadi sempat di bawanya. Ia membuka plastik dan mengeluarkan kotak berisi martabak manis yang tadi ia beli.

"Dari pada lo galau mikirin orang nggak jelas, mending lo makan ini. Tadi gue beli martabak dulu di jalan, siapa tau Lo suka, dan kalau pun nggak suka, mulut Azriel bakal dengan senang hati jadi tempat sampah dadakan, " jelas Raya, kebetulan sekali cowok yang barusan ia sebut namanya masuk ke kamar.

"Tempat sampah banget nih?" Azriel mendekat diikuti Arkan di belakangnya.

Riri terkikik. "Riri suka kok, apa lagi yang banyak kacangnya, " ucap Riri menyuapkan martabak kedalam mulutnya.

"Lo udah baikan." Arkan mengeluarkan pernyataan begitu berdiri di sisi Riri yang lain, senyum tipisnya terbit.

"Kak Arkan jengukin Riri?"

"Menurut lo? Gue nggak mungkin kesini buat minta donasi, " sahut Arkan skpetis.

Namun bukan Riri namanya kalau tidak polos. Makanya, dengan raut penasaran, tanyanya keluar lagi, "Emangnya ada yang kena musibah kak? Nggak papa, Riri bisa bantu kasih donasi kok, beneran. Pasti kasian banget kan?"

Arkan, Raya dan Azriel mendadak saling bertatapan prihatin saat raut muka Riri berubah menjadi muram.

"Bukan, Ri. Kak Arkan cuma asal jawab aja tadi, " terang Raya, membuat Riri berkedip pelan.

"Oh gitu."Riri tersenyum, menatap Arkan. " Makasih udah jengukin Riri yah, " ucapnya tulus.

Arkan mengangguk singkat. Sebenarnya, jauh di hati Arkan ada keinginan untuk mengusap puncak kepala Riri, tapi keberadaan Azriel dan Raya mencegah tindakannya.

RIRI || Heartbreak! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang