"Semacam suka, tapi enggan terbuka.
Mungkin jatuh cinta, tapi sungkan mengakuinya."~Riri~
___________________
Happy Reading:)
Mobil Tristan berhenti didepan rumah Aira, Bunda Riri. Ada tiga orang didalam mobil, Tristan, Riri dan Azriel. Azriel memaksa ikut ketika Riri akan bermain kesini, padahal cowok itu baru saja pulang dari sekolah dan belum kembali kerumahnya.
"Gue masih marah soal kamaren, Ri." ucap Azriel pelan.
Apa yang Riri ceritakan kemarin benar-benar membuat Azriel marah dan kecewa. Satu tahun berlalu dengan Riri yang bertingkah kelewat baik-baik saja di depannya, tapi dibalik itu Riri mendapatkan perlakuan sedemikian buruk dari Ayah tirinya? Azriel rasanya ingin merutuki segala tindakan Malvin yang ternyata hanya pura-pura baik di depan semua orang.
Begitu juga Riri, cewek satu itu bodoh sekali.
Apa susah nya bilang? Azriel berkali-kali meyakinkan bahwa Riri bisa membagi sedihnya pada Azriel, Azriel siap menjadi sandaran ketika Riri merasa muak dengan apa yang dia lalui. Tapi, Riri tidak melakukan itu.
Azriel merasa kecewa.
"Maaf," sahut Riri yang tertunduk di kursi belakang. Ia masih saja meremas ujung Hoodie yang dikenakannya hari ini, merasa bersalah.
Azriel menghela nafas. Jelas, semarah apapun dirinya, Azriel tidak bisa membiarkan Riri sendirian. Cewek itu sudah cukup terluka oleh sikap penolakan dari keluarga Bundanya, sejak kecil dengan alasan yang terlalu konyol. Sekarang, begitu Azriel tau kalau Riri juga mendapat perlakuan buruk dari Malvin, meski ia kecewa, ia tetap lebih khawatir dengan Riri.
"Kalian bertengkar?" tanya Tristan penasaran.
Azriel beralihlah menatap Tristan dingin.
"Apa?" Tristan makin bingung mendapat tatapan tidak bersahabat itu. "Lo aneh banget. Maksa ikut buat nganterin Riri, dan sekarang natap gue kayak gini."
"Gue nggak cukup yakin sama lo bisa bawa Riri kesini dengan selamat, tanpa bikin dia luka atau sakit."
"Lo bicara seolah gue secara diam-diam suka nyakitin Riri."
"Iya, mungkin aja kan?" Senyum sinis Azriel terbit.
"Dia sepupu gue, pikiran buat nyakitin dia nggak ada sama sekali!"
"Haha, lucu banget. Bukannya itu adalah ucapan paling bullshit di keluarga besar lo ya? Nggak akan nyakitin Riri? Ketika nerima kehadiran dia aja kalian nggak bisa?"
"Lo!—"
"Iyel, udah! Jangan gini, Riri kesini mau ketemu Bunda, jadi tolong jangan brantem, " ucap Riri nyaris menangis.
Tristan menatap Riri dibelakang, dalam sekali, ada perasaan berkecamuk dalam dadanya. Kemudian helaan nafas beratnya keluar, Tristan berusaha meredam emosi nya. Tristan tau, apa yang dilalui Riri itu memang menyakitkan. Tapi terlepas bagaimana keluarganya memperlakukan Riri, Tristan tidak pernah punya niat untuk menyakiti cewek itu.
"Ayo turun," ajak Azriel.
"Lo pikir gue supir?"
"Gue nggak pernah bilang gitu."
Dengan santai Azriel turun dan membukakan pintu mobil untuk Riri, mengabaikan Tristan yang berusaha bersabar dengan sikap Azriel.
"Iyel sama kak Tristan nggak pulang? Riri bisa minta dijemput kalau emang ntar nggak jadi menginap di rumah Bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
RIRI || Heartbreak! (On Going)
Teen Fiction[AKU TANTANG KALIAN BACA SAMPAI PART 3, SIAPA TAU JATUH CINTA;)] Riri hanya gadis yang terlihat polos dan kekanak-kanakan, ramah dan mau menerima siapa saja dalam hidupnya. Senyum polos selalu ada dibibir mungilnya, menarik tanpa sadar orang disekit...