12. Tercubit

267 61 6
                                    


"Aku sakit. Sebab kamu miliku, namun dekapmu membingkai sosok lain."

~Riri~

__________________

Happy Reading:)

Riri sudah mengekor seperti itik kepada induknya, sejak bell pulang sekolah berbunyi, di belakang Denta yang masih diam.

"Kak Denta mendadak bisu?" tanya Riri, merasa kakak kelasnya itu tidak mengeluarkan suara apapun sejak keluar kelas.

Denta mendesis, Riri memang terlihat polos, tapi entah bagaimana kalimat yang keluar dari mulutnya justru terasa nylekit na'udzubillah–ibarat kata Rangga. "Lo ngapain sih ngintilin gue mulu dari tadi?"

"Loh, kita mau pulang bareng kan?"

"Siapa yang bilang?"

"Riri barusan," sahut Riri, senyum sejuta umatnya ia tampilkan lebih lebar. Denta sangsi, kalau seandainya dirinya lah yang melakukan senyum semacam itu, sepanjang hari, pipinya tidak akan terasa sakit.

Mereka sampai diparkiran, ada teman-teman nya yang sudah menunggu di sana.

"Denta mah gitu ya sekarang, mentang-mentang ada pacar, kemana pun jadi berdua," ucap Rangga seolah menyambut kedatangan nya, tubuhnya sudah bertengger manis di jok belakang motor Erga, seperti biasa.

Mengabaikan Rangga, mata Denta menatap Arkan yang masih diam diatas motornya. Biasanya, cowok itu akan segera pergi lebih dulu, tidak ada acara menunggu seperti yang dilakukan Erga dan Rangga, meski mereka akan pergi main atau nongkrong. Arkan selalu menjadi pihak yang hilang lebih dulu, dan sampai di tempat nongkrong paling akhir.

"Lo nggak pulang?" Entah mengapa Denta malah bertanya, mengundang satu alis Arkan terangkat, bibirnya menyeringai.

"Gue nggak boleh pulang bareng kalian?"

Denta mendengus, lantas menoleh pada Riri yang hadir masih dibelakangnya, "Pulang sendiri sana, gue sibuk."

"Tapi kan..." keluh Riri, dirinya sudah mati-matian kabur dari Raya dan Azriel yang jelas tidak akan mengijinkannya pergi dengan Denta.

"Jahad banget kembaran gue, astagfirullah!" Dante mengelus dada.

"Ho'oh, nggak kasian ngebiarin cewek unyu pulang sendirian, nanti kalo diculik om-om pedofil gimana?" Erga menatap Riri prihatin.

"Andai lo lebih kecil, pasti gue ijinin nyempil disini deh," ucap Rangga, menunjukan tengah antara dirinya dengan Erga.

"Pulang sama gue aja." Arkan menatap Riri datar, mengundang tatapan datar Denta pula. Sementara yang ditawari berjingkrak ditempatnya.

"Boleh?"

"Kayak baru pertama kali aja lo pulang bareng gue, ayo naik."

Riri mengangguk senang, kakinya hendak melangkah mendekati Arkan sebelum sebuah tangan menahannya, membuat Riri menoleh demi mendapati sepasang mata yang menatapnya tajam, " Pulang bareng gue aja."

"Tadi kak Denta nggak mau?"

"Gue berubah pikiran."

"Kenapa?" Atas pertanyaan Riri, Denta menggeram kesal. Kenapa Riri banyak sekali bertanya?

"Nggak usah banyak tanya, lo bukan dora," sahut Denta. Tangannya menarik Riri membawa gadis itu masuk ke jok belakang mobilnya.

"Riri emang bukan dora, kan nggak pelihara monyet." Riri masih sempat menyahut meski ia menurut saja saat Denta menariknya masuk, yang ocehannya tidak ditanggapi oleh Denta, cowok itu melirik tajam pada Arkan yang masih diam dengan datar ditempatnya.

RIRI || Heartbreak! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang