37

277 47 28
                                    

Matahari masuk melalui celah jendela kamar Park Jimin. Namun, ia sama sekali tak menghiraukan hal itu. Ia dan Han Keina masih berada didalam selimut yang sama, dalam keadaan mata masih terpejam rapat, dengan posisi Keina yang menggunakan lengan kekar Jimin sebagai penopang kepalanya. Gadis itu sama sekali tidak sadar dengan posisinya saat ini, posisi yang terlihat begitu intim.

Tok.. tokk.. tokk

Suara ketukan pintu berulang kali membuat Han Keina mengerjapkan matanya.

"Astaga. Kenapa posisinya sangat dekat begini." Ucap Keina sedikit panik, ia segera menjauhkan dirinya dari sang Tuan muda sebelum Jimin bangun dan mengetahui semuanya. Namun, dengan kurang ajarnya Jimin malah menarik pinggang Han Keina agar tetap dekat dengannya. Dengan mata yang masih terpejam rapat, Jimin membawa kembali tubuh gadis manis itu untuk dipeluknya.

"Tetap seperti ini." Ucap Jimin tanpa membuka matanya sedikitpun.

Tok.. tokk.. tokk

"Park Jimin. Ini Eomma, Nak."

Seketika Park Jimin membuka matanya, menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Lalu mendudukan dirinya diatas ranjang.

"Kein. Itu Eomma."

"Iya. Itu Nyonya Park. Memangnya kenapa?" Tanya Keina bingung.

"Dimana aku menaruh kuncinya semalam?" Tanya Park Jimin panik. Ia lupa dimana menaruh kunci kamarnya.

Keina memincingkan matanya, "bukannya didalam saku celana?"

Jimin menggeleng, setelahnya berucap  "aku memindahkannya saat mengganti dengan celana tidurku."

Park Jimin kepalang panik. Sang Ibu terus saja mengetuk pintunya hingga berulang Kali.

Jimin segera beranjak dari atas ranjang, berlari cepat masuk kedalam kamar mandi. Ia mencoba mengingat kembali dimana ia menaruh kunci kamarnya, setelah mengganti celananya dengan celana tidur ia menaruh kuncinya disamping wastafell, namun saat ini kuncinya tak berada disana. Ia mengacak surainya frustasi.

"Bagaimana?" Tanya Han Keina yang saat ini juga telah dilanda kepanikan. Ia takut Nyonya Park berpikir macam-macam perihal hal ini.

"Perasaanku aku menaruhnya disamping wastafel. Tapi kenapa tidak ada, Han Keina?"

Keina dibuat hampir menangis saat ini, ia mencoba membantu Jimin mencari kunci kamarnya. Perasaan campur aduk saat ini.

Keina mengacak surainya frustasi, "bagaimana ini?" Ia menghentakkan kakinya berulang kali, ia sangat kesal dengan kelakuan sang Tuan muda yang selalu saja membuatnya berada dalam posisi rumit seperti ini.

Ceklekk

Terdengar suara pintu yang terbuka, Keina dan Jimin dibuat kalang kabut ketika mendengar sebuah langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat ke tempat mereka berdua berada.

"Apa yang kalian berdua lakukan?" Tanya Nyonya Park. Ia menatap penuh sedilik pada sang Putra dan Han Keina. Dan tepat dibelakangnya berdiri Pak Kim yang saat ini sedang menatapnya juga.

Park Jimin menggeleng, ia melangkah mendekat pada sang Ibu. "Eomma, aku bisa jelaskan semuanya."

"Kau mengunci pintu kamarmu dan Han Keina berada didalam bersamamu. Dan lihat penampilan kalian berdua, kenapa berantakan seperti ini?"

Park Jimin dan Han Keina saling mengisi pandang. Dapat Keina lihat Surai Jimin yang sangat berantakan, dan dapat Jimin lihat Surai Keina yang begitu berantakan.

"Eomma. Aku sempat mengunci pintunya. Dan kuncinya tak tau dimana saat ini. Aku bisa jelaskan."

Nyonya Park melipat tangannya di dada, "iya. Untung Eomma punya kunci cadangan. Mau jelaskan apa?"

My Stupid Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang