19

360 42 19
                                    


"Kein. Apa diluar sangat menyenangkan?" tanya Park Jimin sembari menatap pemandangan taman belakang rumahnya dari balik jendela kamar.

Keina mengangguk cepat "tentu saja, Tuan muda mau keluar?"

"Tidak." jawab Jimin sembari menggeleng pelan.

Keina melangkah mendekati sang Tuan muda. Lalu menggenggam tangannya dengan begitu erat.

"Ayo ke taman belakang rumah, biar Saya temani." ucap Keina sembari tersenyum begitu lembut.

Park Jimin terdiam sesaat, ia mencoba menepis rasa takut yang saat ini tengah menyelimuti dirinya. Dengan perasaan bimbang Park Jimin mengangguk pelan, lalu tersenyum begitu lembut pada Han Keina.

"Tenang saja Tuan muda Park. Tidak akan ada yang menyakiti Anda, kita masih berada di area rumah kan."

Perlahan Keina dapat memahami Park Jimin. Nyonya Park bercerita banyak tentang trauma yang dialami Park Jimin karena kejadian beberapa tahun yang lalu, kejadian yang sampai merenggut nyawa Orang yang begitu Jimin sayangi yaitu Tuan Park. Dan Han Keina telah berjanji pada Nyonya Park ia akan berusaha menyembuhkan rasa trauma yang dialami Jimin selama ini.

Han Keina menarik tangan sang Tuan muda untuk ikut melangkah keluar bersamanya, dengan begitu hati-hati.

Saat menuruni Anak tangga genggaman tangan Jimin pada Han Keina semakin mengerat.

Han Keina menghentikan langkahnya, lalu tersenyum kearah Jimin. Mencoba meyakinkan sang Tuan muda bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu ditakutkan karena mereka masih berada didalam rumah.

Park Jimin mengangguk pelan, membalas senyuman lembut Han Keina. Ntah kenapa senyuman Han Keina dapat membuat hatinya terasa menghangat.

Saat sampai dilantai paling bawah rumahnya, dapat Jimin lihat beberapa pelayan yang berlalu lalang, ada yang membersihkan kaca, menyapu lantai, dan masih banyak lagi.

Saat mengetahui kehadiran sang Tuan muda beberapa Pelayan itu menghentikan aktifitasnya dan segera membungkuk pada sang Tuan muda. Park Jimin hanya terdiam dengan wajah datarnya.

"Ayo ke taman belakang, Han Keina." ucap Park Jimin yang langsung mendapatkan anggukan dari Han Keina.

"Aku sangat membenci Pelayan baru itu."

"Dia pasti menggoda sang Tuan muda."

"Dia memang tidak tau diri."

Banyak Pelayan dirumah besar itu yang membenci Han Keina karena gadis itu yang begitu dekat dengan sang Tuan muda. Padahal Keina terhitung masih baru bekerja dirumah besar tersebut, dan sebelumnya belum ada Pelayan yang sedekat itu dengan sang Tuan muda Park.

.




Sedikit berjinjit Han Keina membenarkan surai Park Jimin yang sedikit menutupi matanya karena hembusan angin yang begitu kencang pagi ini.

"Terima kasih, Keina." ucap Park Jimin sembari tersenyum begitu lembut.

Keina menangguk pelan "apa kau senang pagi ini?"

"Sedikit."

"Bagaimana jika lain waktu kita keluar, menikmati semangkuk ice cream dikedai ice cream milik temanku. Itu pasti menyenangkan." ucap Keina begitu semangat, ia begitu menyukai ice cream. Membayangkannya saja sudah membuatnya ingin menikmatinya.

"Aku tidak terlalu suka ice cream."

"Ahh.. Begitu ya. Bagaimana kalau meminum segelas kopi di kedai milik temanku." ucap Han Keina. Ia begitu bersemangat mengucapkan hal itu, berharap Park Jimin sedikit tertarik dengan ajakannya. Agar ia bisa membawa sang Tuan muda keluar dari dalam rumah untuk menikmati dunia luar.

My Stupid Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang