23

331 40 11
                                    


Chan Yun merasa begitu kuwalahan melayani pembeli saat ini. Belum lagi suara teriakan Song Hyura yang berulang kali memanggil namanya.

"Chan Yun. Tolong antarkan pesanan ini pada meja nomor dua belas ya."

Kim Chan Yun melangkah cepat mendekat pada Hyura. Mengambil nampan berisi makanan dan segelas minuman.

"Semangat Chan Yun." ucap Hyura menyemangati. Ia tahu temannya itu sudah begitu lelah karena sedari pagi Chan Yun bekerja dengan begitu keras. Apalagi keadaan Restaurant yang semakin ramai dengan pembeli.

Chan Yun mengangguk, lalu tersenyum begitu lembut. "Gomawa, Hyura."

Setelah itu Chan Yun melangkah cepat kearah meja nomor dua belas yang berada tak cukup jauh darinya.

mata Chan Yun seketika membulat ketika tak sengaja menyenggol bahu seorang Pria, hingga membuat nampan berisi makanan dan segelas minuman yang dibawahnya jatuh ke lantai. Hal itu sukses membuat beberapa pegunjung Restaurant menatap kearah Chan Yun.

"Apa kau tidak punya mata?"

Chan Yun membeku ditempat. Netranya menatap pada Namja bertubuh tinggi yang saat ini tengah berdiri tepat didepannya.

"Kau mengotori jass mahalku." ucapnya sembari menatap jas mahalnya yang sedikit basah karena tumpahan minuman.

"Mianhe. Tuan Jeon. Saya benar-benar tidak sengaja." ucap Chan Yun sembari membungkuk. Ia begitu merasa bersalah saat ini.

"Aku rasa maaf saja tidak akan mengembalikan semuanya. Benar begitu Nona?"

Chan Yun mengangguk paham, ia tak punya banyak uang untuk mengganti jass mahal milik mantan kekasih sahabatnya itu. Yang Chan Yun tau dulu Jeon Jungkook tidak seangkuh itu. Namja bergigi kelinci itu dulunya sangat baik, mungkin saja terlalu lama tinggal diluar Negeri membuat sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat.

"Saya benar-benar minta maaf Tuan. Saya tidak sengaja."

"Aku tidak menerima ucapan maaf."

Terdengar suara deheman Kim Namjoon sebelum Pria itu bersuara, "ada apa ini Tuan Jeon yang terhormat?" tanya Namjoon sembari tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipinya.

Tentu saja Kim Namjoon mengenal Jeon Jungkook. Namja bergigi kelinci itu begitu terkenal di seluruh penjuru kota. Siapa yang tidak kenal dengan Anak semata wayang dari Tuan Jeon yang begitu kaya raya. Pemilik pusat perbelanjaan terbesar di Korea Selatan. Ia juga memiliki banyak usaha dibidang poperty.

"Pelayanmu membuat jass mahalku basah." ucap Jungkook sembari menatap tajam Chan Yun.

Sesaat Chan Yun berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang. Berurusan dengan orang kaya yang memiliki sifat adalah hal yang paling merepotkan bagi Chan Yun.

"Tuan Saya aku bertanggung jawab." ucap Chan Yun. Ia memberanikan diri untuk menatap manik hitam Jeon Jungkook.

"Dengan apa? Tubuhmu?"

Chan Yun terpaku karena ucapan Jungkook barusan. Ia tak menyangka jika Jeon Jungkook telah sepenuhnya berubah.

Kedua tangan Namjoon spontan mengepal, ia ingin sekali melayangkan pukulan ke wajah kurang ajar Jungkook, karena telah berani menghina gadis yang ia cintai. Namun, ia masih tahu tempat. Ia tak mungkin melakukan hal itu didalam Restaurant miliknya. Apalagi Jungkook bukanlah orang sembarangan.

"Kau katakan saja berapa harga jassmu itu. Aku akan menggantinya." ucap Namjoon.

Kim Namjoon menyerahkan sebuah cek kosong pada Jungkook. Ia mati-matian menahan emosinya agar tidak bertindak diluar kendali.

"Tuliskan berapa nominal yang kau inginkan."

"Aku tidak butuh uangmu, Tuan." ucap Jeon Jungkook. Ia menyerahkan kembali cek kosong yang Namjoon berikan padanya.

"Jangan membuatku emosi Tuan Jung. Ucapanmu sudah merendahkan harga diri Chan Yun." ucap Kim Namjoon. Ia melirik sekilas pada Chan Yun yang saat ini hanya bisa terdiam dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya.

Jeon Jungkook tersenyum penuh arti "kau terlalu emosian Tuan Kim. Aku tidak butuh uangmu."

Dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana, Jeon Jungkook melangakah pelan untuk keluar dari dalam Restauran milik Namjoon.

"Chan Yun. Apa kau baik-baik saja?" tanya Namjoon sembari menatap pada Chan Yun yang masih terdiam ditempatnya.

Chan Yun mengangguk pelan "mianhe, Pak Namjoon. Saya selalu membuat masalah. Tolong jangan pecat Saya." ucap Chan Yun. Ia mendongak, menatap Namjoon tepat dimaniknya.

"Aku tidak akan melakukan hal itu. Lanjutkan bekerja." ucap Namjoon sembari menepuk pelan bahu Chan Yun.





🐥🐥🐥🐥


Jimin pov

Jimin sendiri tak mengerti kenapa dirinya merasa canggung ketika berdekatan dengan Han Keina. Ia merasakan jantungnya berdetak semakin kencang didalam sana. Seperti yang ia rasakan saat ini, ia duduk dibangku taman belakang rumah dengan ditemani Han Keina yang duduk disampingnya.

"Tuan muda mau Saya buatkan segelas coklat hangat?" tanya Han Keina.

Park Jimin menggeleng pelan "aku tidak suka coklat." jawab Jimin. Ia menatap sekilas pada Keina. Lalu dengan cepat mengalihkan atensinya. Menatap bunga-bunga yang bermekaran disekitar taman.

"Tuan muda mau Saya buatkan sesuatu?  Seperti jus, atau minuman yang lain?"

Park Jimin menggeleng sebagai jawaban.

Keina menghela napas kasar. Sudah terhitung empat jam mereka hanya duduk dibangku taman sembari melihat bunga-bunga yang bermekaran. Keina merasa begitu bosan dengan yang ia lakukan saat ini. Sedangkan Park Jimin sedari tadi terlihat begitu tenang, tak terlihat bosan sedikitpun.

Han Keina menatap jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Tuan ini sudah pukul lima sore. Apa Tuan muda tidak ingin kembali ke kamar?"

Park Jimin menghembuskan napasnya kasar. Ia menatap pada Han Keina, "kau ini sangat cerewet, Han Keina." ucap Jimin.

Jimin beranjak dari duduknya, menatap Keina sejenak, "dasar menyebalkan." ucap Jimin. Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, meninggalkan Han Keina yang masih duduk terdiam dibangku taman.

"Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Keina pada diri sendiri.

Han Keina segera beranjak dari duduknya, melangakah cepat menyusul sang Tuan muda yang masuk kedalam rumah.



My Stupid Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang