42

267 40 14
                                    


Lee Sona sendiri masih tak percaya bahwa akhirnya ia bisa menerima Min Yoongi sebagai calon suaminya. Pada akhirnya Namja berkulit pucat itu dapat meluluhkan Sona dengan cara menawarkan sebuah pernikahan kontrak yang sudah disepakati oleh keduanya. Sona akan menerima uang setiap bulannya dengan hanya menjadi Istri seorang Min Yoongi. Tanpa menyentuhnya, tanpa Sona harus melayani Yoongi sebagai seorang Suami. Hanya berpura-pura sebagai seorang Istri yang baik ketika di depan kedua orang tua Yoongi. Dia sudah bisa mendapatkan banyak uang setiap bulannya. Cita-cita Sona untuk menjadi orang kaya akhirnya terwujud. Ia sudah sangat muak dengan kehidupan yang begitu sulit, sebentar lagi ia akan tinggal di sebuah rumah mewah dengan banyak pelayan di dalamnya. Dan setiap bulannya ia mendapatkan bayaran untuk hal itu. Sungguh, Lee Sona tak tahu kebaikan apa yang sebelumnya ia lakukan hingga mendapatkan sebuah tawaran yang begitu menarik seperti ini.

Deheman dari Nyonya Min membuat Sona sedikit tersentak dari lamunannya. Ia menatap pada Ibu dari calon suaminya tersebut. Mencoba untuk memaksakan sebuah senyuman. Ia harus kelihatan sangat bahagia malam ini, keluarganya juga hadir dalam acara pertemuan antara keluarga Min Yoongi dan keluarganya.

"Saya sangat bahagia akhirnya bisa bertemu dengan Ayah dan Ibu dari Sona." Ucap Nyonya Min sembari menatap Ibu dan Ayah Sona secara bergantian.

Nyonya Lee tersenyum canggung, ia masih sedikit tak percaya dengan semuanya. Putrinya akan segera menikah dengan seorang Pria kaya raya. Nyonya Lee masih terdiam, hampir rusak, matanya berotasi untuk menatap betapa mewahnya rumah dari keluarga calon Suami dari sang Anak. Bahkan rumahnya tak lebih besar dari ruang tamu keluarga Min. Apa Lee Sona memakai cara haram agar dapat menaklukan Pria putih pucat yang saat ini tengah duduk disamping sang Putri. Ohh ayolah, ini tidak penting. Yang paling penting adalah sebentar lagi ia akan menjadi orang kaya.

Berdehem sebentar guna sedikit mencairkan suasana yang tampak sedikit canggung saat ini, setelahnya Ibu dari Lee Sona itu berucap, "Saya juga sangat senang bisa bertemu dengan Anda, Nyonya Min. Saya juga sangat bahagia bisa bertemu dengan calon menantu Min... " Nyonya Lee memberi jeda pada ucapannya, mencoba mengingat siapa nama calon menantunya tersebut. Sona sempat memberitahunya sekali, tapi ia lupa.

Melirik sebentar pada sang Suami yang saat ini tengah duduk terdiam disampingnya, "Appa. Siapa nama calon menantu mu itu?" bisiknya pelan tepat disamping telinga sang Suami. Tuan Lee tampak terdiam, mencoba untuk berpikir.

Tuan Lee mendekatkan bibirnya pada telinga sang Istri, lalu berbisik, "Min Yoonji."

Nyonya Lee mengangguk paham, ia menatap pada Pria berkulit pucat yang saat ini tengah menatapnya. Tersenyum begitu ramah pada sang calon menantu yang saat ini sangat ia banggakan itu, "Min Yoonji. Kenapa memilih Putriku sebagai calon Istrimu, Nak."

Semua pandangan tertuju pada Nyonya Lee. Tuan Min dibuat terkekeh dengan pengucapan nama sang Anak yang keliru.

"Nama Putraku bukan Min Yoonji. Yoongi perkenalkan dirimu pada calon mertuamu, Nak." ucap Nyonya Min yang langsung mendapat anggukan dari sang Putra.

Yoongi berdiri dari duduknya, "Aku Min Yoongi. Pria tampan yang sudah menjadi takdir untuk Putri Anda." membungkukkan tubuhnya untuk beberapa detik, setelahnya kembali mendudukan dirinya tepat disamping Sona.

Sona menggigit bibir bawahnya gugup, kenapa Yoongi dengan sangat percaya diri mengatakan hal itu kepada kedua orang tuanya. Seketika wajahnya memerah karena menahan malu.

Sona berdo'a dalam hatinya, semoga pertemuan keluarganya dengan keluarga Min berjalan lancar. Meskipun otaknya sudah mulai rusak didalam sana, tak habis pikir dengan tingkat kepercayaan Min Yoongi yang luar biasa tinggi.

















🐣🐣🐣🐣


Park Jimin segera menggenggam erat pergelangan tangan Keina, saat gadis itu hendak pergi meninggalkan kamarnya.

"Aku mau pulang," ucap Keina sembari berulang kali menghentakkan kakinya lantaran kesal karena Jimin yang sedari tadi mencoba menghalanginya untuk pulang. Jam kerjanya sudah habis, dan seharusnya sudah dari dua puluh menit yang lalu ia meninggalkan rumah mewah keluarga Park jika saja Jimin tak menghalanginya untuk segera pulang.

"Kau tidak boleh pulang. Temani aku tidur ya." ucap Jimin sembari tersenyum lembut.

Keina menatap tajam pada Jimin, "aku tidak mau. Aku mau pulang." ucap Keina sembari mencoba melepaskan pergelangan tangannya yang di genggan erat oleh Jimin.

"Kau ini calon Istriku. Belajarlah menjadi seorang Istri yang baik untuk suamimu, jadi menurut saja."

Keina menatap bingung pada Jimin, ia berkedip berulang kali untuk mencerna ucapan Jimin barusan, "maksudmu apa? Kita ini belum menikah. Jangan memaksaku menuruti semua perkataan mu, Tuan muda. Aku ingin pulang."

Jimin melepaskan genggaman tangannya, manik indahnya menatap tajam pada Keina. Ini buruk. Jimin adalah Pria yang sangat mudah terpancing emosinya. Apa hanya karena hal ini dia marah? Keina perlahan melangkah mundur ketika Jimin melangkah maju untuk mempersempit jarak diantara mereka.

"Park Jimin..... " cicit Keina. Jimin mengabaikannya, ia tersenyum miring ketika punggung Keina membentur dinding, ia sudah tidak bisa kemana-mana lagi.

Park Jimin semakin mendekatkan wajahnya pada Keina, menarik tengkuk Keina, berujung kedua belah bibir keduanya bertemu. Dan untuk yang kesekian kalinya ciuman paksa itu terjadi. Bukan sekali, dua kali Jimin memaksanya sepeeti ini.

Jimin mencium Keina secara perlahan. Semakin lama semakin intens. Jimin menggigit bibir bawah Keina, membuat mulut gadis manis tersebut sedikit terbuka. Jimin langsung saja melesakkan lidahnya kedalam mulut Keina. Ia memainkan lidahnya disana.

Keina terus saja berusaha mendorong tubuh Jimin, namun Jimin tetap menahan tubuh Keina agar tetap dekat dengannya.

Jimin menghentikan ciumannya ketika Keina berulang kali menepuk dada Jimin. Pria itu menjauhkan wajahnya dari Keina, mempertemukan hidung keduanya untuk beberapa saat, lalu menjauhkan wajahnya dari Keina. Dapat Jimin lihat wajah Keina yang memerah dengan air mata yang mulai turun membasahi pipinya.

"Keina. Apa aku menyakitimu?" tanya Jimin mulai khawatir, ia mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata yang telah membasahi pipi Keina.

Keina terdiam, ia bungkam. Membuat Jimin semakin merasa bersalah.

"Keina.."

Keina dengan cepat menepis tangan Jimin, "aku tidak suka dengan sikap pemaksamu, Park Jimin."

Keina dengan cepat menghapus air matanya menggunakan punggung tangan. Melangkah cepat keluar dari kamar Jimin.

Jimin mengusak surainya frustasi, kenapa saat dengan Keina ia tidak bisa menahan semuanya. Gadis sudah membuatnya begitu candu.

My Stupid Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang