Park Jimin menatap tetesan air hujan dari balik jendela kamarnya. Sudah sangat lama ia tidak pernah keluar dari dalam kamarnya, memenjarakan dirinya sendiri didalam kamar, ia merasa begitu benci dengan dunia luar. Trauma akan masa lalu masih sering menghantui dirinya, datang tiba-tiba seperti mimpi buruk baginya. Terkadang terbesit dalam benaknya keinginan hidup normal seperti Pria dewasa pada umumnya. Bisa menikmati indahnya dunia luar, mengerti bagaimana rasanya jatuh Cinta. Jimin ingin sekali merasakannya.
Ceklekk
Atensinya seketika teralihkan pada Han Keina yang melangkah mendekat kearahnya dengan membawa nampan berisi sepiring makanan dan segelas susu untuknya.
"Waktunya makan malam Tuan muda Park." ucap Keina begitu semangat. Karena ini adalah tugas terakhirnya, setelah Park Jimin menghabiskan makanan dan segelas susu ia akan kembali ke apartemen.
Park Jimin tersenyum begitu lembut, ia tak pernah sebelumnya menemui gadis seperti Han Keina. Gadis itu begitu ceria, selalu tersenyum dalam hal apapun. Terkadang Jimin mengira Keina adalah gadis idiot. Sejak awal Keina bekerja sebagai Pelayannya Jimin sudah mulai merasa sedikit tertarik dengan kehidupan gadis itu. Han Keina berbeda dengan Pelayan sebelumnya, Keina berhasil membuatnya nyaman dengan tingkah anehnya. Gadis itu terlihat begitu lugu dan polos.
"Keina. Menginap lagi disini ya." ucap Jimin sembari menatap pada Han Keina.
Keina sedikit tersentak dengan ucapan sang Tuan muda. Ia tidak mau jika harus tidur seranjang lagi dengan sang Tuan muda, itu sangat tidak sehat untuk jantungnya. Ia juga takut ketika Jimin terbangun ditengah malam karena mimpi buruk. Keina jadi harus menenangkan sang Tuan muda dengan cara memeluknya.
"Tapi kan Nyonya Park sudah ada dirumah saat ini. Jadi Saya tidak ada kewajiban untuk menginap." ucap Keina.
"Memangnya kenapa jika Eomma ada dirumah? Kewajibanmu sebagai Pelayan kan menuruti semua perintahku." ucap Jimin sembari menatap tajam Keina.
Keina terdiam sejenak, berdebat dengan sang Tuan muda tidak akan ada habisnya. Ia akan selalu kalah jika melawan sang Tuan muda, karena keinginan Jimin adalah mutlak, tak dapat diganggu gugat.
"Tapi Saya tetap harus pulang." ucap Keina.
"Kau akan tetap disini. Lagipula diluar hujan deras."
"Saya membawa jas hujan. Jadi tidak akan basah karena air hujan."
"Aku tidak menerima alasan apapun, Han Keina."
Park Jimin melangkah mendekat pada Han Keina. Mengambil segelas susu yang berada diatas nampan yang masih dibawa oleh Keina, lalu meminumnya hingga habis.
"Aku kan sudah pernah bilang. Segelas susu sudah cukup membuatku kenyang dimalam hari."
"Tapi Bibi Choi menyuruh Saya untuk membawakan makan malam dan segelas susu, jadi Saya menurut saja."
Park Jimin terkekeh geli, Han Keina begitu lugu dan polos. Ia jadi merasa bahagia jika berada didekat Han Keina, gadis itu mampu membuatnya merasa nyaman ketika bersamanya.
"Tuan muda Park."
"Kenapa?"
"Boleh Saya pulang sekarang?"
Kedua tangan Park Jimin terkepal begitu kuat, ia semakin mendekat pada Han Keina. Mengambil alih nampan yang berada dalam genggaman gadis itu dan menaruhnya diatas meja.
Han Keina melangkah mundur ketika jarak mereka berdua semakin dekat. Dalam hati ia mengumpat ketika punggungnya membentur dinding dengan begitu keras.
Keina dapat merasakan bagaiman terpaan napas berat dan panas menerpa wajahnya. Matanya terpejam begitu erat ketika Park Jimin mendekatkan wajahnya pada wajah Han Keina. Park Jimin mengulas senyum ketika melihat mata Keina yang terpejam begitu erat, ia tau jika Han Keina sedang merasa takut saat ini. Keina meremang ketika merasakan sentuhan lembut pada bibirnya.
"Keina."
Keina masih memejamkan matanya, Park Jimin benar-benar membuatnya seperti tak berdaya saat ini.
"Han Keina. Apa yang kau pikirkan." ucap Jimin lalu menjauhkan tubuhnya dari Keina.
Keina perlahan membuka matanya. Ia menghela napas lega ketika menyadari jika Park Jimin sedikit menjauh darinya.
"Kenapa kau masih diam disitu seperti orang idiot. Bereskan makanannya dan setelah itu kembali kesini. Temani aku tidur malam ini, Han Keina."
Dengan langkah cepat Han Keina mengambil nampan yang berada diatas meja, lalu membawa nampan tersebut dan keluar dari dalam kamar sang Tuan muda.
"Sial. Kenapa jantungku berdetak secara brutal begini." ucap Jimin sembari memegang dadanya. Ia tidak mengerti dengan apa yang dirasakannya saat ini, ntahlah, tapi baginya ini sangat menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Boss (END)
Teen FictionHan Keina merasa tertipu ketika mengetahui yang seharusnya ia asuh bukanlah seorang Anak. melainkan seorang Pria dewasa bertubuh sexy bernama Park Jimin. {YUK FOLLOW SEBELUM MEMBACA}