32

289 34 13
                                    

Malam yang begitu dingin bagi Han Keina. Berulang kali ia menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya, namun berulang kali juga Jimin menarik selimut tersebut darinya. Terhitung sejak dua jam yang lalu ia tak dapat menutup matanya barang sejenak saja, dengkuran halus dari Park Jimin yang tidur disampingnya sangat menganggu Keina.

Han Keina memutuskan untuk bangkit dari atas ranjang. Membawa satu bantal ditangannya, melangkah begitu pelan menuju sofa. Lalu membaringkan tubuh lelahnya diatas sofa tersebut.

"Aku hanya ingin tidur dengan nyenyak malam ini. Dasar Pria pendek menyebalkan." Ucap Han Keina. Merasa begitu kesal dengan sang Tuan muda yang dengan seenaknya menyuruh dirinya untuk kembali menginap. Padahal besok adalah hari liburnya.

Mata Han Keina perlahan terpejam. Ia sudah tak dapat menahan rasa kantuk yang menyelimuti dirinya. Jika di apartemen ia tak akan pernah tidur diatas jam sepuluh malam.

Sedangkan dalam tidurnya Park Jimin bergerak risau. Mimpi buruk kembali mendatanginya. Matanya spontan terbuka, dengan keringat yang sudah membasahi keningnya. Jimin segera mendudukkan dirinya, mencoba mengatur napasnya senormal mungkin. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengambil segelas air yang berada diatas nakas, lalu meminumnya hingga tandas tak tersisa.

Jimin menghela napas kasar ketika mendapati Han Keina tak tidur disampingnya. Ia menatap kesal pada Keina yang lebih memilih tidur diatas sofa, gadis itu meringkuk menahan dinginnya cuaca malam ini. Ia segera beranjak dari atas ranjang. Melangkah pelan mendekat pada sofa dimana Han Keina tertidur.

"Gadis bodoh. Kenapa kau malah tidur di  sofa?"

Park Jimin segera membawa Keina kedalam gendongannya. Menggendong gadis manis tersebut ala bridal style. Lalu melangkahkan kakinya mendekat pada ranjang. Membaringkan tubuh Keina diatas ranjang. Lalu menutupi sebagian tubuh Keina dengan selimut tebal miliknya.

Jimin menatap wajah damai Keina ketika tidur. Gadis itu terlihat begitu manis ketika dalam keadaan tidur seperti ini. Berbeda lagi ketika Keina dalam keadaan sadar, gadis itu akan sangat cerewet dan suka sekali mengomel. Jimin sendiri tak habis pikir bagaimana bisa seorang pelayan bisa bersikap berani pada majikannya. Apalagi Han Keina, gadis itu bahkan berani memarahi Park Jimin secara terang-terangan.

Jimin mendekatkan wajahnya pada wajah Han Keina. Ia dapat merasakan hembusan napas Keina yang begitu teratur ketika tidur. Dengan begitu perlahan ia menempelkan bibirnya pada bibir Han Keina. Hanya satu detik, lalu kembali menjauhkan wajahnya. Ia takut jika gadis itu terbangun dan kembali memakinya seperti beberapa hari yang lalu.

Ntah kenapa ia begitu suka mencium Han Keina. Jimin sendiri tak mengerti, tapi yang jelas rasanya begitu manis.  Jimin menyukai hal itu.

















🐥🐥🐥🐥




Park Jimin menggeliat dalam tidurnya ketika merasakan sinar matahari masuk melalui celah jendela. Ia mengerjakan matanya berulang kali, lalu menatap gadis manis yang masih tertidur dengan sangat pulasnya diatas ranjang yang sama dengannya. Bagi Jimin ini adalah pemandangan yang paling indah di pagi hari. Melihat wajah manis Keina yang masih tertidur dengan begitu damainya. Bahkan gadis itu sama sekali tak terusik ketika tangan Jimin terulur untuk mengelus lembut Surai hitamnya.

"Han Keina. Bangun, kau tidur apa pingsan?" Bisik Jimin tepat ditelinga Keina.

Han Keina mengerang ketika merasa tidurnya terusik. Ia menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Namun, dengan cepat Jimin kembali menarik selimut tersebut.

"Bangun, Han Keina."

Keina mengerjakan matanya berulang kali, hal pertama yang dapat ia lihat adalah wajah tampan Park Jimin yang sedang tersenyum manis padanya.

"Seharusnya hari ini adalah hari liburku." Ucap Han Keina, ia merasa kesal ketika menyadari jika hari ini adalah hari liburnya. Namun Park Jimin malah menyuruhnya untuk kembali menginap.

"Mandilah. Setelah itu kau boleh pulang." Ucap Park Jimin. Ia segera beranjak dari atas ranjang, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Keina menggeleng pelan, tak habis pikir dengan kelakuan sang Tuan muda nya itu. "Dia menyuruhku mandi, tapi kenapa dia yang masuk kedalam kamar mandi duluan."

Keina bergidik ngeri ketika melihat Park Jimin yang saat ini tengah berdiri didepan pintu kamar mandi dengan hanya mengenakan boxer kesayangannya.

Astaga kenapa dia melepas bajunya.

"Handukku ketinggalan." Ucap Park Jimin dengan santainya melangkah untuk mengambil handuk yang tergeletak diatas kursi samping ranjang.

"Bagaimana bisa handuk berada diatas kursi?" Keina kembali dibuat tak habis pikir dengan kelakuan Tuan mudanya itu.

Keina merasa kesal ketika Namja bermarga Park itu malah berjalan dengan santainya bak seorang model tanpa mengenakan baju.

"Yakk. Pakailah bajumu. Kau ini Pria dewasa." Ucap Han Keina. Sedangkan Park Jimin hanya terkekeh ketika melihat wajah kesal Han Keina.

"Kenapa? Kau tergoda?"

Keina menggeleng, "tidak juga." Ia segera memalingkan wajahnya kearah lain saat Jimin semakin mendekat padanya.

"Han Keina. Mau mandi bersama?"



























🐸🐸🐸🐸





Lee Sona berulang kali menutup telinganya ketika Chan Yun kembali  berteriak heboh saat menonton drama.

"Bisakah kau diam." Ucap Sona kesal. Ia ingin menikmati acara liburnya dengan menonton drama. Namun, Chan Yun malah menghancurkan semuanya dengan teriakan hebohnya itu.

"Astaga dia sangat romantis. Pria itu sangat romantis, Lee Sona." Ucap Chan Yun sembari mengguncang bahu Sona.

"Yakk. Chan Yun bisakah kau diam?"

Chan Yun segera menarik tangannya dari bahu Sona, saat menyadari tatapan horor Sona yang dilayangkan padanya.

"AKU PULANG."

Atensi keduanya teralihkan pada Keina yang saat ini tengah berjalan mendekat kearah padanya.

"Aku kira kau tidak akan pulang." Ucap Lee Sona sembari melipat tangannya di dada. Hari ini adalah jadwal Keina menyiapkan sarapan. Namun, Keina kembali menginap dirumah Nyonya Park.

Keina tersenyum, "hari ini aku libur kerja. Jadi kita bisa jalan-jalan bersama." Ucap Han Keina semangat.

Senyuman seketika terbit dari bilah bibir Chan Yun. Sudah lama ia tidak jalan-jalan bersama dengan kedua sahabatnya ini. Karena jadwal libur kerja mereka yang tidak sama.

"Aku ingin ke kedai ice cream Taehyung." Ucap Han Keina.

Chan Yun dengan cepat menggeleng, ia tak ingin bertemu Taehyung untuk saat ini. Apalagi dia sangat yakin jika Namja tampan itu sedang bersama kekasihnya. Ia tak ingin menahan rasa sakit karena cemburu.

Chan Yun sudah berusaha dengan keras untuk menghapus rasa cintanya pada Taheyunh. Namun, itu tak mudah baginya. Memang tak seharusnya Chan Yun menaruh hati pada sahabatnya sendiri. Taehyung tak pernah mencintainya. Ia menyayangi Chan Yun sebagai seorang sahabat.

Chan Yun memejamkan matanya sejanak ketika mengingat kembali ucapan Taehyung tadi malam. Pria itu menghubunginya dan berkata jika seminggu lagi ia akan bertunangan dengan Seonna. Ia mengajukan tanggal pertunangannya karena itu permintaan mutlak dari kedua orang tuanya. Hal itu semakin membuat rasa sakit hati Chan Yun menyebar ke seluruh tubuh.












My Stupid Boss (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang